Geri adalah anak tertua di keluarganya. Mungkin ini seperti yang dikatakan oleh banyak orang, bahwa anak pertama menanggung beban paling banyak dalam keluarga daripada adik- adiknya. Ya, hal itu jelas terjadi di dalam beberapa keluarga.Â
Menikmati malam yang begitu tenang dan dingin, Geri duduk terdiam di salah satu bangku di depan rumahnya. Memikirkan nasib perekonomian keluarga yang bukannya surut, malah semakin menjadi.Â
Semua bermula ketika Geri baru saja lulus SMA. Ketika teman- temannya saling bertanya apa yang akan mereka lakukan ke depannya. Ada yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti tes perguruan tinggi negeri maupun kedinasan, bekerja, mempersiapkan diri untuk merantau ke negeri orang, atau bahkan ada yang sudah diterima di perguruan tinggi melalui jalur undangan. Dan Geri menjadi salah satu siswa yang sudah diterima melalui jalur undangan, mengingat ketika SMA Geri adalah salah satu siswa terbaik di bidang akademik maupun non-akademik.
Seharusnya Geri hanya tinggal mempersiapkan berkas apa saja yang harus dipersiapkan. Tidak lupa mempersiapkan mental untuk menjadi seorang mahasiswa. Namun, itu semua tidak semulus bayangannya.
"Tidak! Bapak tidak mengizinkanmu untuk melanjutkan pendidikan," kata bapak tegas.
Bagaimana penolakan tersebut secara tegas keluar dari mulut bapaknya di kala sore itu. Geri memang tidak memberitahukan pasal diterimanya dia melalui jalur undangan, mengingat sejak masih kelas 11 SMA, Bapak nya sudah mewanti- wanti nya untuk bekerja.
Benak remaja tersebut berkecamuk. Memang iya, melanjutkan pendidikan tanpa adanya persiapan uang sangatlah susah. Mungkin memang ada beasiswa, akan tetapi dia tidak yakin apakah itu akan mencukupi kehidupannya di sana, mengingat Geri berasal dari keluarga menengah ke bawah yang tidak memiliki surat- surat pendukung tidak mampu.
Jika dilihat memang keluarga Geri termasuk dalam golongan tidak miskin dan juga tidak kaya. Akan tetapi, megingat dalam rumah terdapat enam penghuni, yaitu Bapak, Ibu, Geri, dan 3 adik nya, jelas Bapak keberatan jika Geri akan melanjutkan pendidikan. Bapak hanya seorang karyawan di salah satu pabrik di kota. Sedangkan ibunya, hanya seorang guru honorer. Adiknya pun sedang menempuh pendidikan di jenjang SMP dan SMA.
"Nak, maafin Ibu ya, engga bisa bantu apa- apa. Ibu juga pengin kamu melanjutkan pendidikanmu. Akan tetapi, pengeluaran tahun ini sedang banyak. Ibu takut tidak bisa memberimu uang," tutur sang ibu.
"Tidak apa-apa Bu. Aku udah ikhlas kok. Bapak memang benar. Sebentar lagi si kembar masuk SMP dan Aldi kelas 12. Geri udah mutusin bahwa Geri akan nyari pekerjaan saja Bu," mata sendu Lili- ibu Geri semakin menyendu mendengarkan ucapan anak sulungnya tersebut.