Mohon tunggu...
T.I. Kuncoroaji
T.I. Kuncoroaji Mohon Tunggu... -

pendidik, pekerja seni, pemain basket

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahan Renungan untuk Capres (dan Timsesnya) (1)

29 Mei 2014   05:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam,

Tulisan ini adalah yang pertama saya buat, tentu jauh dari kualitas yang diharapkan. Namun keinginan untuk menulis kegelisahan di otak sudah mencapai batas yang tidak bisa ditahan lagi. Apalagi kegelisahan yang sering membuat saya mumet dan mules melihat begitu banyaknya hal yang kurang tepat dalam sudut pandang subyektif saya.

Ditakdirkan menjadi PNS membuat saya memilih untuk menyampaikan aspirasi tentang kondisi negara kita dalam bentuk tulisan.

Bagian Pertama : LOGICAL FALLACY

Logical Fallacy adalah kesalahan dalam mempersepsikan logika yang membuat kita tersesat dalam argumentasi dan menjauhkan dari hal yang seharusnya dapat disimpulkan. Inilah kondisi yang terjadi dalam manajemen dalam negara kita.

Contoh (1) :

Kemacetan itu terjadi di jalan raya. Jalan adalah tanggung jawab Kementerian Perhubungan. Maka kesimpulannya kemacetan adalah tanggung jawab Kementerian Perhubungan.


Bagi saya, logika tersebut sah-sah saja, tapi fatal untuk pengelola negara.

Contoh (2) :

Gaji buruh kecil. Tenaga Kerja/Buruh adalah tanggung jawab kementerian Tenaga Kerja. Maka kesimpulannya Kementerian Tenaga Kerja bertanggung jawab atas kecilnya upah buruh.


lagi-lagi... bagi saya, logika tersebut sah-sah saja, tapi fatal untuk pengelola negara.

Menilik visi misi capres/cawapres, saya kurang bersemangat karena semua normatif dan tidak ada pemikiran baru. Masing-masing hanya menjanjikan perbedaan pada implementasi/eksekusinya. Masalahnya, jika eksekusi diambil dari sebuah kesimpulan yang salah maka negara kita tidak akan pernah beranjak dari kondisi saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun