Sekitar 119 tahun  silam, Surabaya pernah dihadiahi miniatur big ben, menara jam Inggris yang dikirim langsung dari Inggris tahun 1899, diserahkan oleh paguyuban  warga Inggris yang tinggal di Surabaya, untuk  memperingati kenaikan tahtah ratu Inggris.Â
Sejak awal pendiriannya, keberadaan menara jam kota itu terus-menerus menjadi polemik, bahkan menggangu hubungan dua bangsa.Â
Isu rencana pembuatan jam Inggris di Surabaya sejak dua tahun sebelumnya sudah viral seluruh negeri jajahan Belanda ini. Koran besar terbitan Jakarta, Bataviaasch Nieuwsblad pada 1 Oktober 1897 mengulas rencana itu.Â
Berikut artinya dari bahasa Belanda. Â "Pada hari ulang tahun Ratu mereka, penduduk Inggris di Surabaya menyusun rencana untuk menawarkan Surabaya jam hadiah dengan tulisan yang sesuai.Â
Jam itu, yang tingginya hampir 10 meter, dengan alas sederhana, telah dipesan di Inggris, menurut Courant Sourabaya. Pada alas muncul tulisan: Disampaikan ke kota Sourabaya oleh komunitas Inggris dalam rangka  Jubilee Diamond Ratu Victoria 1897 (perayaan kenaikan tahtah. Red)," Kata tulisan dia jam akan berdentang setiap setengah jam dengan nada yang cukup untuk didengar di sebagian besar kota.Â
Dua tahun kemudian, 1899, Koran nasional asal Semarang  De Locomotief memberi update: "Akhirnya, jam, yang diberikan kepada kota sebagai hadiah untuk pesta penobatan oleh penduduk Inggris di Surabaya, telah tiba. Dengan SS Telamon (nama kapal. Red), komandan -kapal- R Tillotson, jam ini telah dipasang di sini;Â
Mr JR Campbell, chief executive officer dari RW Deacon & Co., akan bertanggungjawab atas persiapannya. Jam akan ditempatkan di taman kota, dengan bagian depan gedung Prottel and Co. "Â dan: "Jam, yang dipasang di pintu masuk Timur taman kota, di Surabaya, sekarang benar-benar siap. Taman kota telah menerima hadiah,"
Pada 31 Agustus 1899 menara jam dari besi itu diresmikan. Arlojinya dibuat oleh Gillett di kota Croydon. De Locomotief kembali menulis bahwa hanya sebagian kecil warga Surabaya yang peduli dengan jam Inggris ini saat peresmian.Â