Kita kembali ke ruang tamu rumah bersejarah ini. Saksi bisu pernikahan pertama Bung Karno. Tidak ada terop, tidak ada pelaminan. Hanya tikar menghampar ruang tamu. Semuanya yang duduk di sini laki-laki. Â Tamu perempuan di dapur, namun ada juga yang menemani Oetari di dalam kamar.
Namun suasana suka cita ini mendadak berubah perselisihan, gara-gara Bung Karno berniat membatalkan akad nikah. Ceritanya, pagi itu rombongan keluarga Bung Karno tiba. Saat melihat penampilan Bung Karno dalam iring-iringan masuk ke rumah, senyum para undangan berubah kecut. Â Â
BACA JUGA : Cinta Pertama Bung Karno di Rumah Sederhana Ini (1)
BACA JUGA : Cinta Pertama Bung Karno di Rumah Sederhana Ini (2)
Si Bung datang mengenakan jas dan dasi. Sebuah pakaian yang tidak lazim dikenakan pribumi saat itu.Â
Sampai ketika Bung Karno duduk bersila di depan penghulu, sang penghulu menyatakan sikapnya tidak berkenan.Â
Kardi, sang penghulu meminta jas dan dasi itu ditanggalkan sebelum akad nilah dimulai. Alasanya, gaya pakaian ini dianggap meniru penampilan Belanda. Tidak sesuai adat Islam atau Jawa pada masa itu.Â
Karuan saja Bung Karno menolak. Senyum bahagia berubah menjadi perdebatan. "Tuan Kardi... saya menyadari bahwa dulunya mempelai hanya memakai pakaian Bumiputra, yaitu sarung. Tetapi, ini adalah cara lama, aturannya sekarang sudah diperbarui," tukas Bung Karno dana buku karya Adams.
 Sang penghulu dibela seorang imam masjid yang juga menolak cara berpakai si Bung. Suasana panas karena si Bung lama-lama meninggikan volume suaranya.  Rumah di Jl Peneleh gang 7 ini heboh.Â

"Persetan tuan-tuan semua. Saya pemberontak dan akan selalu memberontak. Saya tidak mau didikte di hari pernikahan saya," teriaknya. Semua orang kemudian melerai. Keluarganya merangkul Bung Karno dan menariknya keluar ruang tamu menuju depan rumah. Niatnya agar emosinya tenang.Â