Mohon tunggu...
Kumil Laila
Kumil Laila Mohon Tunggu... -

Selalu berusaha dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bermain untuk Anak Berkebutuhan Khusus

10 Mei 2018   05:27 Diperbarui: 10 Mei 2018   05:48 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermain bagi anak Berkebutuhan khusus itu membutuhkan pengaturan lingkungan secara khusus pula sehingga mereka dapat melakukan kegiatan bermainnya secara efektif. Misalnya, seorang anak yang menggunakan kursi roda tidak akan mampu bermain balok apabila balok tersebut diletakkan di lantai. Anak yang buta tidak akan mudah mengenal permukaan alat mainannya, sedangkan anak dengan gangguan pendengaran membutuhkan bantuan dalam berkomunikasi.

Anak yang perkembangannya lambat, pada umumnya akan bermain seperti anak yang usianya lebih muda, mereka biasanya tidak mampu bermain sesama anak lain, juga tidak mampu memainkan kegiatan bermain yang menggunakan aturan tertentu. Beberapa anak bahkan perlu bimbingan khusus dalam keterampilan bermain, mereka mungkin tidak memilki keterampilan sosial dalam melakukan kegiatan bermain dengan teman-teman mereka. Meskipun demikian, anak yang perkembangannya terlambat masih dapat dilatih untuk melakukan keterampilan bermain tertentu yang diperuntukkan bagi anak di bawah usiannya.

Anak yang cemerlang kecerdasannya juga membutuhkan perencanaan khusus sehingga dapat memperoleh pengalaman yang optimal. Anak yang cemerlang biasanya perkembangan sosial dan kecerdasannya  itu di atas kemampuan rata-rata. Perencanaan tersebut perlu dilaksanakan karena dalam kegiatan sehari-hari, anak cemerlang harus bermain dengan anak yang tingkat kecerdasannya seperti yang dimiliki oleh anak kebanyakan pada umumnya.

Gunsberg dalam Patmonodewa (2003), mengemukakan bahwa kegiatan bermain yang dapat dimainkan secara berulang-ulang sangat baik untuk anak yang ditelantarkan. Para guru dapat melakukan pendekatan yang efektif, dengan memberikan respons kepada anak-anak yang ditelantarkan para orang tua mereka, bahkan anak akan melakukan kelekatan dan percaya kepada guru. Bila anak menutup kepalanya, orang tua bermain ciluk ba, bila anak bertepuk tangan, guru bermain tepuk ramai-ramai. 

Mainan tersebut biasanya dimainkan oleh kebanyakan anak bersama para orang tua atau pengasuh. Kegiatan bermain tersebut sering kali akan membangkitkan perilaku kelekatan, dengan tujuan membantu anak agar mampu mengendalikan impuls-impuls dari dalam dirinya, membantu anak agar merasa lebih mampu dal membina hubungan yang lebih efektif dan memotivasi mereka untuk bermain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun