Mohon tunggu...
Cerpen

Selamat Hari Ayah! Jejak 'Ayah' di Museum Diorama Purwakarta

22 April 2019   22:24 Diperbarui: 22 April 2019   22:27 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disisi kota mereka berhenti sejenak, menikmati senja dibalik hiruk piruk Oasis, duduk berdampingan di bukit kecil sambil memandang langit

"Apa, aku ingin menjadi puteri seperti itu, katanya kalau menjadi puteri itu bisa mendapatkan hadiah yang sangat besar" lirih gadis tersebut

"Apapun itu akan selalu Apa dukung" kata Ayahnya sambil mencium kening puterinya.

.."Pergi sana bedebah tua, kau tak pantas masuk ke dalam sini, lebih baik kau kembali ke tumpukan sampah sampah itu !!" hardik seorang pria penjaga gedung megah tersebut sambil menendang nendang orang yang memohon mohon dibawah kakinya.

"saya mohon pak, puteri saya ingin daftar menjadi Mojang di kompetisi ini" (Mojang adalah sebutan untuk Puteri di daerah)

Mendengar keributan, gadis yang sedari tadi diperintahkan menunggu digerobak oleh ayahnya kemudian menghampiri asal suara, mengintip dari balik pepohonan, terlihat ayahnya sedang ditendang tendang dan ditarik paksa untuk pergi. Gadis itu meringis, menangis dan menahan sakit di dadanya, lantas segera berlari memeluk ayahnya. Mereka berdua menangis tersedu sedu di luar gerbang gedung tersebut.

Kemudian gerbang tersebut terbuka, terlihat seorang gadis seumuran dengannya menghampiri dan memberikan sebuah kertas.

"Ini formulir pendaftarannya, tadi aku mendengar permintaan ayahmu, mari masuk ke dalam gedung dan mengisinya" katanya

Gadis itu mengambil kertas tersebut dan melihat wajah ayahnya yang mengangguk yakin, dengan air mata yang masih mengalir di wajahnya ia mencium ayahnya kemudian ikut masuk ke dalam.

Dengan menanti resah diluar gerbang, tiba tiba puterinya keluar sambil berlari dan langsung memeluk ayahnya.

"Ayah aku Lolos" satu kata yang dikeluarkan puterinya membuncah di hati sang ayah yang membuat pelukannya semakin erat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun