Setelah mendaftar sekolah dan melalui masa tunggu selama satu bulan (atau lebih tergantung ketersediaan tempat), akhirnya anak-anak bisa berangkat sekolah. Â Ternyata ada beberapa langkah adaptasi yang harus dilalui oleh seorang anak yang akan masuk sebuah Kindergarten (TK) di sini, yaitu:
1. Â Kontak/Pertemuan pertama
Kontak pertama adalah saat pertemuan pertama antara orang tua dan guru untuk membicarakan detail kebutuhan dan prosedur dalam sekolah. Kontak ini biasanya dilakukan seminggu sebelum jadwal anak masuk sesuai dengan perjanjian antara orang tua dengan pihak sekolah. Hal ini merupakan aspek terpenting dalam prosedur adaptasi untuk mengetahui kebutuhan anak saat ditinggalkan di sekolah.
Saat pertama ini, kami datang berempat. Sesampai di sana ditunjukkan ruang kelas (grup) tempat Kakak di Bärengruppen (kelompok Beruang) dan Adik di Mäusegruppen(kelompok Tikus). Ruang kelas mereka masing-masing sekitar 100 m2, dilengkapi dengan toilet (4 ruangan), dan tempat penyimpanan jaket dan sepatu.  Anak-anak langsung menyukainya karena di kelas mereka ada rumah pohon dan mainan yang menarik. Kelas ini menampung 21 anak (fix), mereka baru akan menerima murid jika ada murid lama yang naik kelas atau keluar atau pindah. Kami berkenalan dengan guru kelas keduanya. Satu kelas memiliki dua orang guru, kadang ada yang didampingi guru magang. Guru juga memberitahu beberapa barang yang perlu dibawa, yaitu sandal rumah, sepatu boot, celana lapang dan satu set baju ganti. Kami juga ditanya tentang pantangan makan untuk anak-anak (kami minta makanan halal).
2. Periode dasar tiga hari
Salah satu dari kedua orang tua akan tinggal di sekolah selama tiga hari untuk menjaga anak. Pada tahap ini anak mengikuti kegiatan sekolah sekitar satu jam (dan bertambah jika anak menyukainya). Dalam tiga hari pertama, gura tidak memisahkan antara orang tua dan anak tujuannya adalah agar anak merasa lebih aman. Guru akan mengajak anak berkomunikasi dan melibatkan anak dalam kegiatan di kelas sambil mengamati kondisi anak secara keseluruhan. Anak masih boleh membawa mainan yang disukai dari rumah.
Pada hari pertama masuk sekolah kami berangkat berempat karena anak-anak berada di kelas yang berbeda. Kakak bersama ayah dan saya menunggu Adik.  Saat melihat Adik mulai bermain, saya mencoba keluar ruangan tapi nampaknya Adik masih merasa asing dan dia menangis. Saya kemudian menemaninya sampai jam sepuluh.
3. Â Pemisahan pertama dan keputusan sementara mengenai waktu adaptasi yang diperlukan
Orang tua dapat pada hari keempat dengan anak ke kindergarten, mengucapkan selamat tinggal dengan jelas dan meninggalkan kelas selama 30 menit atau lebih. Orang tua menunggu di ruang tunggu.
Ada dua peluang yang mungkin terjadi
- Jika anak dapat beradaptasi atau menangis namun dapat ditenangkan oleh guru, dia bisa bermain sendiri selama beberapa waktu (mudah beradaptasi)
- Jika anak tidak dapat tenang dan ribut dan guru tidak dapat menenangkannya selama beberapa waktu. Atau dia menangis lagi tanpa alasan yang jelas (sulit beradaptasi)
Anak-anak relatif mudah beradaptasi. Mungkin karena Kakak lebih besar, dia lebih cepat beradaptasi dalam hal ini. Pada hari kedua, ayahnya sudah dapat tinggal di ruang tunggu sampai saat pulang (jam 11). Sedangkan Adik masih harus ditemani sampai hari ketiga. Hari ketiga Adik sudah ditinggal sampai makan siang, sayangnya kemudian dia menangis (usut punya usut ternyata karena makanan yang dihidangkan sayur semua...hehehe). Hari berikutnya Adik sudah ditinggal sampai lepas makan siang (saya menunggu di ruang tunggu sampai akhir minggu pertama)
4. Periode penguatan hubungan
Secara perlahan waktu pemisahan dengan anak bertambah hingga saat makan (meski orang tua ada di sekolah). Jika anak memiliki masa adaptasi yang lebih panjang, guru akan mencoba menjalin hubungan lebih kuat pada hari kelima dan keenam. Pada hari ketujuh akan dimulai pemisahan kembali, kemudian akan dilihat reaksi anak untuk menambah waktu berpisah atau masih perlu beradaptasi lagi.
Di rumah, anak-anak selalu didorong untuk berani di sekolah, berani untuk bicara, mencoba, menerima atau menolak sesuatu. Sebagai kasus tentang makanan, saya minta anak-anak mencoba sedikit makanan di sekolah jika tidak suka dia boleh menolak. Setiap pulang sekolah saya menanyakan apakah yang mereka makan di sekolah. Perlahan-lahan mereka mulai beradaptasi dengan makanan Jerman (roti, kentang, nasi)
5. Langkah terakhir
Orang tua tidak lagi tinggal di Kindergarten, tapi masih bersedia untuk datang saat diperlukan. Masa adaptasi berakhir jika anak sudah merasa nyaman dengan guru dan dapat bermain dengan senang di kelas.
Dalam minggu kedua anak-anak telah ditinggal di Kindergarten sendiri dan secara bertahap bertambah waktu tinggal di dalam kelas hingga jam 3. Tentang bahasa, Adik mulai percaya diri (cuek) menggunakan bahasa Indonesia dengan teman-temannya. Sedangkan Kakak memilih diam sambil mempelajari bahasa teman-temannya. Setiap hari mereka bercerita tentang sekolah dan mulai terlihat serapan bahasa yang mereka terima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H