Sudah tujuh tahun saya minum air Hewa. Tetapi baru pada Sabtu (17/09/2022) saya sampai di sumber mata airnya. Sejak pertama datang di Hewa, kesan saya adalah desa ini sangat kelimpahan air.Â
Hewa bagai sebuah "sumur" karena dikelilingi banyak sumber mata air. Memasuki Hewa dari arah timur, ada dua kali yang dialiri air. Di dalam kampung, air meluap, mengaliri jalan setiap saat. Benar-benar kelimpahan air.
Air yang melimpah di Hewa berasal dari beberapa sumber mata air yang berada di sebelah atas kampung Hewa.Â
Jadi, di sumber mata air ini, pada Sabtu (17/09/2022), bersama rekan guru dan pegawai dan juga beberapa siswa Spentig Hewa, kami mengadakan bakti sosial. Membawa pasir untuk pembangunan bak penampung air.
Perjalanan ke sumber mata air Hewa cukup menguras energi. Kita harus mendaki hingga di sumber mata air. Apalagi perjalanan dengan membawa beban, dibutuhkan tenaga ekstra untuk sampai di sumber mata air.Â
Namun, perjalanan kami ke sumber mata air Hewa dalam rombongan menjadikan suasana terasa menyenangkan walau harus mendaki menempuh jarak kira-kira 4 km. Waktu tempuh lebih kurang 45 menit pun tidak terasa.
Untuk sampai di sumber mata air Hewa, kita akan melewati jalan setapak yang menjadi pembatas antara kebun warga dengan hutan dan kali.Â
Ada dua kali kecil yang harus dilewati yaitu kali Kobu Tilun dan Lewuk. Di musim kemarau, air di kali Kobu Tilun tidak mengalir. Sementara kali Lewuk dialiri air dengan debit yang cukup besar.
Rasa lelah saya terbayar saat tiba di sumber mata air. Suasana alam di sekitar sumber mata air begitu asri. Banyak pohon besar dan tua di sekeliling. Sampai di sumber mata air, saya membasuh muka dengan air yang keluar dari pipa pembuangan di bak penampung. Segar. Rasa capeh dan lelah hilang seketika dibasuh segarnya air yang terus mengalir.