Komunitas Guru Garis Depan (GGD) kabupaten Flores Timur terpanggil untuk membantu korban erupsi gunung Ile Lewotolok. Kepeduliaan ini diwujudkan dengan menggalang dana diantara para GGD yang berkarya di Flores Timur.
Seperti diketahui gunung Ile Lewotolok yang berada di kabupaten Lembata, NTT meletus pada Minggu (29/11/2020) lalu. Erupsi ini membuat status gunung dinaikkan ke level III yaitu siaga. Dengan status ini, masyarakat yang berada di sekitar gunung diimbau untuk tidak boleh beraktivitas dalam zona perkiraan bahaya dan menjauh ke area aman dengan radius tertentu.
Akibatnya, masyarakat yang berada di tiga kecamatan yaitu Ile Ape, Ile Ape Timur, dan Lebatukan harus mengungsi. Masyarakat dievakuasi ke Lewoleba, ibu kota kabupaten Lembata. Pemerintah daerah Lembata pun cepat tanggap dengan mendirikan posko untuk menampung para pengungsi. Selain posko utama yang dibangun Pemda, para pengungsi juga ditampung di posko-posko lain seperti sekolah, di rumah penduduk dan atau keluarga.
Salah satu posko yang menampung para pengungsi adalah Spensa Nubatukan. Posko ini berada di SMPN 1 Nubatukan, Lewoleba. Posko ini diiniasi oleh para guru SMPN 1 Nubatukan di bawah koordinasi Kepala Sekolah Melkior Muda Making. Pintu sekolah dibuka untuk menampung sesama saudara yang harus menghindar dari amukan Ile Lewotolok.
Selain pendirian posko untuk menampung pengungsi, juga dilakukan penggalangan dana untuk memenuhi kebutuhan harian para korban. Banyak pihak membuka donasi menerima bantuan untuk disalurkan kepada para pengungsi. Seiring dengan itu, bantuan dari berbagai pihak berdatangan dari berbagai tempat. Pemerintah, LSM, lembaga pendidikan, organisasi profesi, maupun perorangan mengulurkan tangan memberi bantuan.
Melihat kesusahan yang dialami sesama saudara di Lembata akibat erupsi Ile Lewotolok ini, GGD Flotim tergerak menggalang dana untuk meringankan beban mereka. Koordinator GGD Flotim, Fandi Setiyanto menjelaskan bahwa aksi ini dilandasi oleh rasa kemanusiaan ketika melihat sesama saudara ditimpa bencana. Karena itu sebagai koordinator, guru asal Semarang ini membangun diskusi bersama rekan-rekan GGD Flotim untuk ikut memberikan bantuan.
Diskusi yang dibangun lewat group WA ini mendapat respons positif dari anggota GGD Flotim. Karena para GGD tersebar di tiga pulau maka pengumpulan donasi dilakukan melalui rekening bendahara GGD, Ibu Sulis. Para GGD memberikan sumbangan secara sukarela. Dan dalam waktu singkat terkumpul dana untuk disumbangkan bagi pengungsi.
Setelah dana terkumpul, GGD kemudian membangun komunikasi dengan koordinator posko Spensa Nubatukan dengan maksud bantuan GGD Flotim disalurkan untuk pengungsi di posko tersebut. Donasi yang diberikan dalam bentuk barang sesuai kebutuhan para pengungsi di posko Spensa Nubatukan yaitu pakaian dalam pria/ wanita, popok diaper bayi dan dewasa, ikan kering, telus, sandal untuk anak-anak dan dewasa.
Dengan kapal laut dari Larantuka dengan waktu tempuh 4 jam, donasi GGD diantar langsung oleh koordinator GGD Flotim ke Lembata pada Sabtu (12/12/2020). Kepala SMPN 1 Nubatukan, Melkior Muda Making menjemput bantuan ini di pelabuhan laut Lewoleba. Setiba di pelabuhan, bantuan ini langsung diantar ke posko Spensa Nubatukan. Para pengungsi di posko ini terdiri dari berbagai lapisan usia: dari balita hingga lansia, ada ibu menyusui, juga penyandang disabilitas. Kondisi para pengungsi di posko tersebut memang memprihatinkan. Mereka tidur hanya beralaskan terpal. Namun para pengungsi dilayani dengan baik oleh kru Spensa Nubatukan.