Masing-masing dilahirkan dari Rahim Semesta (Ibu). Jika orang tua yang salah kenapa anak tersebut melakukan hal tersebut. Dia laki-laki. Dia perempuan. Masing-masing ingin mewujudkan mimpinya. Mengapa hal ini terjadi kembali menjelang bulan suci Ramadhan.
Aku khawatir bila mendengar kabar ini kembali. Aku belum bisa ditinggalkan oleh sejarah hidup. Sejarah hidupku belum terwujud. Ingin merawat kedua orangtua ku hingga cucuku kelak. Senang rasanya bila impian kedua orang tua ku terwujud dengan anak-anaknya. Berbakti pada orang tua dan menjauhi segala yang diharamkankan.Â
Kenapa mulai nanar kembali? Apakah ini jawaban tentang kenyataan pada mala mini. Ibu sedang tidur memerhatikan langkah-langkah pembawa kopor.mungkinkah ini untuk terakhir kalinya. Biarlah hukum alam yang menjera dirinya...
DIMANA..
Setelah hujan reda kuperhatikan ada yang menunggu di gigir pintu. Dia sedang duduk mencangkung menantikan iliran. Ia sedang mengangkat kopor berwarna ungu menuju kamar. Langkahnya penuh cemas dan ketakutan.Â
Seketika perempuan berambut pirang mengikuti langkahnya. Bunyi rembang kipas angina dan suara televisi. Memecahkan sunyi pada malam ini. Suara guruh tak terdengar kembali. Bintang berkelip-kelip seperti ada yang tak menghiraukan hadirnya. Bagaimana dengan perasaan itu tentang kenyataan pada kesalahan.
30 januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H