Ravee Rhodestra Tama (26) atau biasa dipanggil Ravee adalah seorang tatt0o artist yang bekerja di Java Irons. Tepatnya di Arkadia Communal Space, Jl. Prawirotaman. Ia mengatakan bahwa sudah memiliki ketertarikan dan menekuni dunia tato sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tepatnya pada tahun 2009.
Tato pertama yang ia buat terletak di kaki kirinya karena kesulitan untuk mencari media atau wadah untuk menato. Tato tersebut menjadi sejarah yang tak terlupakan untuk Ravee. " Kaki kiri saya jadi sejarah buat saya karena ada tato pertama yang saya buat. Soalnya dulu susah untuk cari orang yang mau di tato", ujar Ravee.
Sebelum bekerja di Java Irons, Ravee membuka jasa tato di rumahnya sendiri dan di sekitar Malioboro. Ia mengatakan bahwa membuka jasa tato di rumah tidak profesional dan terkadang menjadi pembicaraan warga sekitar. Sehingga ia memutuskan untuk pindah ke sekitar Malioboro lalu akhirnya di Java Irons. Menurutnya, tidak profesional karena bukan tempat yang benar- benar untuk usaha. Sedangkan menjadi pembicaraan warga sekitar karena menurutnya beberapa warga yang mempunyai stigma kurang baik terhadap tato maupun tattoo artist.
Sebagai seorang tattoo artist yang tentunya gemar menato. Tubuh Ravee hampir dipenuhi oleh tato. Namun hal itu justru membuat ia merasa tidak percaya diri akhirnya.
Ravee mengatakan bahwa saat ia bertemu orang banyak misalnya saat datang ke pernikahan teman atau ke pusat perbelanjaan merasa tidak percaya diri. Ia melihat tatapan orang terhadap dirinya seperti takut dan kaget. Ia mengatakan sering kali dianggap seperti orang yang jahat karena memiliki banyak tato.
Hal itu bisa teratasi karena adanya dukungan dari kedua orang tuanya dan teman terdekat. Orang tuanya memberi kebebasan untuk menjalani profesi apapun yang penting tidak membuat kerugian atau kejahatan terhadap seseorang. "Saya bersyukur memiliki kedua orang tua yang kasih kebebasan buat saya pilih jalan hidup saya mau jadi apa", ujar Ravee.
Ia mengatakan setiap tattoo artist mempunyai kemampuan dan standar yang berbeda-beda sehingga tidak bisa disamaratakan. Sangat jauh berbeda hasil dari seorang tattoo artis yang baru setahun memulai karirnya dengan yang sudah sepuluh tahun. Hal itu terkadang tidak diketahui oleh pelanggan terutama warga lokal.
Jika dihitung, Ravee sudah hampir sepuluh tahun menjadi seorang tattoo artist. Tentu bukan waktu yang singkat. Ia memiliki banyak pengalaman baik maupun buruk saat bekerja. Salah satunya adalah pernah ditegur pelanggan. Ia mengatakan bahwa pernah ditegur pelanggan karena pelanggan mengalami alergi pada kulitnya. Hal itu yang membuat Ravee hingga saat ini tidak pernah lagi menggunakan tinta berwarna, terutama merah.
Namun setelah ditangani oleh dokter ternyata bukan karena tinta atau jarum yang digunakan Ravee melainkan kulit pelanggan yang sensitif sehingga tidak bisa menerima tinta merah dikulitnya. Ravee mengatakan bahwa tidak semua orang bisa mempunyai tato. Harus memastikan bahwa tidak pernah mempunyai riwayat alergi dan tidak mengalami penyakit diabetes karena luka akan susah sembuh dan bisa mengakibatkan pendarahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H