Mohon tunggu...
Kukuh Sugandi
Kukuh Sugandi Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP, Pemerhati Pendidikan dan Pembelajaran IPA

Berupaya menghadirkan pendidikan dan pembelajaran IPA yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

13 Agustus 2024   21:41 Diperbarui: 13 Agustus 2024   21:46 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setelah melewati tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, berikut kesimpulan dan refleksi pembelajaran modul 3.1 yang disusun dalam bentuk catatan tanya jawab :

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka yaitu gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pedoman perilaku guru agar menjadi panutan siswa dan masyarakat, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

Seorang pemimpin wajib memberikan teladan bagi bawahannya sebagaima prinsip “ing ngarsa sung tuladha”. Guru harus menjadi pembelajar abadi serta mau mengakui kesalahannya. Guru juga harus menjadi motivator sebagaimana prinsip “Ing Madya Mangun Karsa” serta memberikan dorongan bagi kebaikan siswa sebagaimana prinsip “Tut Wuri Handayani”

Dalam pengambilan keputusan, Pratap Triloka dapat menjadi panduan bagi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin harus menjadi teladan, membangun motivasi serta mendukung pelaksanaan sebuah keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai adalah sesuatu yang kita yakini kebenarannya. Nilai atau norma dalam diri kita terdiri atas nilai agama, nilai kesopanan, nilai kesusilaan serta nilai hukum. Prinsip pengambilan keputusan ada tiga macam, yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli.

Nilai yang tertanam pada diri kita akan mempengaruhi keyakinan kita untuk mengambil suatu keputusan. Dalam mengambil keputusan, nilai agama menjadi pijakan utama seseorang untuk bertindak. Nilai agama mampu membedakan benar dan salah serta pahala dan dosa. Namun, di lapangan permasalahan yang muncul terkadang berupa dilema etika, yaitu benturan nilai kebajikan pada suatu masalah. Jika demikian, maka nilai kesusilaan, kesopanan dan hukum menjadi pijakan untuk memutuskan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching didefinisikan sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif (International Coach Federation). Dalam hal pengambilan keputusan, prinsip coaching penting untuk melatih sembilan langkah pengambilan keputusan. Di dunia nyata, pengambilan keputusan tidak mesti mengikuti prosedur tersebut. Terkadang butuh keputusan yang diambil cepat, terkadang juga dibutuhkan jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan. Prinsip coaching menerapkan pola pikir bertumbuh, dimana seseorang akan selalu berpikir, sudah benarkah keputusan yang diambil? Dengan demikian, proses diskusi dan refleksi akan terus menerus dilaksanakan guna menghasilkan keputusan yang baik dan berkesinambungan.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab merupakan salah satu keterampilan sosial emosional. Kemampuan ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

Dengan demikian, dalam mengambil keputusan pada masalah dilema etika, seorang guru harus mengambil keputusan yang minim resiko bagi semua orang.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dalam memutuskan suatu kasus, nilai yang dianut pendidik akan berdampak pada keputusan yang diambil. Semakin yakin seorang guru akan sebuah nilai, semakin yakin pula keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan mempertimbangkan segala dampak atau resiko yang akan dialami seseorang dan lembaga yang dipimpinnya. Ketepatan keputusan dinilai dari kemampuan menganalisis masalah, menerapkan prinsip yang tepat dalam mengambil keputusan serta menentukan keputusan yang dapat diterima dengan baik oleh semua pihak. Keputusan yang diambil dengan matang akan memberikan keadilan, rasa nyaman dan penghargaan bagi semua orang. Keputusan juga menjadi hal yang berkesinambungan, tidak hanya untuk kepentingan sesaat.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pada pengambilan keputusan, tantangan yang dimiliki adalah sekolah merupakan entitas yang besar, yang melibatkan banyak orang, sehingga tidak mungkin semua orang mau menerima dengan lapang dada segala keputusan. Pemimpin harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai paradigma dan kepentingan yang berbeda. Keputusan mungkin diterima oleh sebagian besar orang, sementara sebagian orang yang lain masih mengkritisi terus menerus keputusan tersebut. Yang paling utama, bagaimana keputusan tersebut sudah memihak pada kepentingan murid.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Salah satu prinsip pengambilan keputusan yang tepat dalam pembelajaran yaitu sejauh mana keputusan berpihak pada kepentingan murid. Dalam hal ini, sejauh mana guru memahami kebutuhan murid. Pengetahuan tentang kebutuhan murid akan menjadikan guru merancang pembelajaran yang tepat.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran wajib merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid. Terpenuhinya kebutuhan murid menjadi kunci bagi siswa untuk menyenangi kegiatan belajar. Bekal ini yang akan dia pakai di masa depan. Murid akan mengetahui bakat dan minatnya, tahu cara belajarnya, serta mengenal dirinya lebih dalam, sehingga nantinya akan memudahkannya untuk menentukan masa depan yang akan ia jalani

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah pentingnya pemimpin mempertimbangkan berbagai hal khususnya 4 paradigma, 3 prinsip, dan melaksanakan 9 pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik. Tentu dalam pengambilan keputusan berlandaskan 3 hal yakni berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid.

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab merupakan bentuk refleksi pendidikan (modul 1.1). Pengambilan keputusan penting bagi seorang guru dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran (modul 1.2) agar dapat melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada kepentingan murid (modul 2.1) serta membangun budaya positif (modul 1.4). Penerapan prinsip inkuiri apresiatif dalam visi guru penggerak membutuhkan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (modul 1.3). Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab merupakan bagian dari keterampilan sosial emosional (modul 2.2). Untuk melatih diri mengambil keputusan, diperlukan prinsip coaching (modul 2.3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun