Itu sebelum tahun 2009. Pada tahun tersebut, Kelompok Wanita Tani (KWT) Budi Rahayu menarik atensi banyak orang dengan mempelopori pendirian sebuah industri rumahan yang bergerak di bidang kuliner. Produk pertama industri tersebut, yang sekaligus mengatrol nama desa Ngroto hingga tingkat nasional, bernama egg roll waluh.
Kudapan berbahan dasar waluh atau labu kuning ini berbentuk silinder sepanjang belasan sentimeter dan berongga di tengahnya. Pemilihan bahan dasar waluh dilatari oleh alasan sederhana: itulah produk pertanian yang paling melimpah di desa Ngroto.
Seiring waktu, tak hanya KWT Budi Rahayu yang berkecimpung di industri egg roll waluh ini. Beberapa anggotanya memilih untuk mendirikan unit industrinya sendiri, dan banyak masyarakat sekitar, yang sebelumnya tak berafiliasi dengan KWT Budi Rahayu, ikut menjadi produsen egg roll waluh. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Blora, saat ini terdapat 16 unit industri egg roll waluh di seluruh wilayah Cepu, yang mana masing-masing unit industri itu mampu menghasilkan omset puluhan juta rupiah dalam sebulan.
Masih berdasarkan data Disperindagkop Blora, terdapat 69 orang yang bekerja di industri egg roll waluh. Data tersebut hanya mencantumkan orang-orang yang terlibat dalam proses produksi; seandainya kita memperhitungkan tenaga kerja yang terlibat dari hulu ke hilir, dimulai dari petani waluh hingga pada jaringan distribusinya, maka kita bisa sepakat bahwa industri ini memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat.
Sama seperti industri kerajinan kayu jati, mayoritas pelaku industri egg roll waluh memiliki toko tempat mereka memajang produknya. Kudapan ini telah menjadi ikon baru kota Cepu, sehingga para wisatawan kerap membelinya sebagai buah tangan. Meski begitu, penjualan egg roll waluh tak terbatas di kota Cepu dan bergantung hanya pada wisatawan; egg roll waluh juga bisa diperoleh di daerah lain, seperti Semarang, Jogjakarta, Jakarta, hingga Aceh.
Signifikansi Jaringan Distribusi
Masih ada beragam jenis UMKM di kota Cepu, seperti sentra kerajinan bambu, tas kulit kayu, keripik tempe, wingko, dan lain-lain. Walaupun begitu, dari dua jenis UMKM yang telah diulas di atas, serta memperhatikan data tentang kontribusi UMKM dalam menyerap 97 persen tenaga kerja dan 60 persen Produk Domestik Bruto, kita sudah bisa menarik kesimpulan mengenai peran UMKM yang semakin bermakna bagi perekonomian masyarakat.
Selain semangat kewirausahaan dan kreativitas, jaringan distribusi juga memegang peranan krusial bagi pengembangan UMKM. Jaringan distribusi yang baik akan memudahkan pelaku usaha untuk mendapatkan bahan baku produksi yang tak dimiliki daerahnya, sekaligus menjadi sarana vital untuk menyalurkan produk-produknya ke daerah lain.
Di sinilah peran PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Perusahaan logistik ini memiliki jaringan distribusi ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri, yang tentu amat bermanfaat bagi para pelaku usaha UMKM. 28 tahun pengalamannya bergerak di bidang logistik menjadikannya sebagai perusahaan yang kredibel di mata masyarakat.