Mari kita saling terbuka, jika dalam suatu kondisi anda mulai bersinggungan dengan rekan kerja ataupun teman sejahwat terkait suatu permasalahan, bagaimana cara anda meresponnya terlebih dahulu ? Teorinya kita duduk bersama saling berbicara dari hati ke hati dan saling menyampaikan duduk permasalahannya dengan santun dan mencari solusi terbaik. Sayangnya, praktisnya tidak demikian !
Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data, merekap semua bukti yang tujuannya cuma satu, pragmatisme pemikiran : Bukan salah saya.
"Eh beneran gak sih ini salah gue, jangan-jangan keburu ngegas tahunya gue yang salah, hadeuh !''Â
Setelahnya kita siap beradu argumen dengan pakem masing-masing. Ketika menyadari kesalahan ada di pihak kawan, tidak lantas membuat pihak tersebut meminta maaf dan menurunkan arogansi. Begitu juga ketika letak kesalahan pada diri kita sendiri, pantang sekali mengakui kesalahan di depan umum. Kalau pun ada yang tidak demikian, tentu jarang tergantung bobot kesalahannya.
Jangan khawatir, umumnya di lingkungan kerja selalu ada pribadi yang secara tulus ingin menyelesaikan masalah dengan solusi terbaik tanpa memandang kesalahan siapa. Tetapi anda juga harus tetap menjaga profesionalisme saat bekerja dengan siapapun. Pemikiran 'salah siapa sih ini' selalu muncul di awal masalah yang sudah terjadi, sangat wajar karena nantinya kronologis bagaimana masalah tersebut muncul harus selalu dibuat.
Jika anda seorang pemimpin/atasan dan mendapati beberapa kesalahan dalam kinerja anggota tim, bagaimana cara memulainya ?
Pertama, kita harus paham betul setiap orang akan selalu mengedepankan pemikiran 'bukan salah saya' sifat defensif seperti penjabaran di atas. Anda tidak bisa meminta mereka mengakui kesalahan di depan forum resmi, karena posisi anda adalah seorang teladan, cara penangannya tentu harus berbeda.Â
Sayang sekali dalam banyak penyelesaian masalah, selalu mengedepankan teori manajemen konflik yang dalam praktiknya kedua belah dipertemukan dan saling berargumen. Jika si pihak ketiga tidak luwes mengimbangi, bagi saya pribadi seperti mengadu domba secara halus. Selesai di permukaan, tetapi dalamnya belum tentu. Lalu bagaimana baiknya ? Saya dan Anda tentunya pernah berada dalam posisi tersebut.
Dalam hal ini, mari sejenak kita berproses menjadi pribadi yang tulus menyelesaikan masalah tanpa berlarut-larut membebani pikiran dengan mencari ini salah siapa.
Kedua, mari kita selalu memandang permasalahan dan di satu titik saat kita tahu 'siapa', tidak lantas terburu-buru ingin mengadakan rapat, meluruskan, dan menghakimi.Â
Mari berhenti sejenak tanyakan pada diri kita sendiri : Bagaimana mengubah orang tersebut tanpa menyinggung atau membangkitkan sikap defensifnya ? Disitulah letak sikap kepemimpinan anda yang sebenarnya. Bagaimana bersikap dan bagaimana kebijaksanaan anda melakukannya. Jika masih merasa kesulitan, bayangkan saja anda adalah orang tersebut, bagaimana seharusnya anda diperlakukan ?
Ketiga, inilah poinnya. Merujuk bukunya Dale Carnegie dalam 'How to win friends and influence people' menjelaskan betapa pentingnya poin ketiga ini.Â
Saya sadur dengan sedikit perubahan. Singkat cerita salah satu perusahaan kontraktor bekerja sama dengan subkontraktor bahan baku hiasan perunggu untuk finishing gedung.Â
Segalanya berjalan lancar, dan suatu ketika pesanan mengalami keterlambatan dan pihak subkontraktor tidak bisa menyanggupi pesanan tersebut tepat waktu. Sedangkan progress gedung hampir selesai.Â