Mohon tunggu...
Kukuh Adhi Nugroho
Kukuh Adhi Nugroho Mohon Tunggu... -

PKnH Uny 2011|\r\nBanjarnegara|\r\n"Berani kotor itu baik"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suporter dan Sepak Bola

26 Mei 2013   12:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:00 4284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suporter adalah orang yang memberikan dukungan atau sokongan dalam satu pertandingan, demikian KBBI mendefinisikannya. Pengertian ini tidak merujuk pada pertandingan yang spesifik, namun keberadaan suporter pada kenyataannya begitu lekat dengan pertandingan olahraga. Daniel L. Wann menyebut suporter yang menyaksikan pertandingan olahraga sebagai pribadi yang aktif secara fisik, politik dan sosial. Oleh karena itu keberadaan suporter bukan hanya soal dukungan. Suporter membuat pertandingan menjadi lebih berkesan dan dinamis. Bahkan tak jarang keberadaan suporter justru lebih menonjol dan menarik perhatian ketimbang pertandingannya sendiri.

Sepak bola sebagai olahraga paling populer, telah menarik begitu banyak orang untuk menjadi suporternya dengan fanatisme yang sangat kental. Fanatisme ini yang kemudian mendorong suporter sepak bola untuk mengorganisir dirinya serta melakukan berbagai aksi yang mencolok sebagai manifestasi dari fanatisme tersebut.

Kerusuhan suporter adalah wujud fanatisme yang paling kentara. Masalah ini tidak terjadi secara parsial di wilayah tertetu di dunia, namun sudah menglobal, dari negara berkembang sampai negara maju sekalipun. Bahkan tingkah suporter di negara maju macam Inggris dan Italy menjadi kiblat bagi suporter negara berkembang seperti Indonesia.Menurut Fajar Junaedi dalam bukunya Bonek: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia, sepak bola adalah olahraga yang berwatak sosialis. Sepak bola mengajarkan kesetaraan sebagaimana sosialisme mengajarkan kesetaraan sosial. Lambat laun, watak kesetaraan inilah yang menyuburkan komunitas suporter klub sepak bola dengan fanatisme yang tinggi. Fanatisme ini diekspresikan dalam perilaku dukungan terhadap klub dan agresifitas menyerang komunitas lain dari klub yang berbeda. Agresi-agresi ini didorong oleh banyak faktor. Salah satunya adalah masalah-masalah sosial yang ada di luar sepak bola sendiri.

Tidak sedikit suporter yang datang ke stadion dengan membawa frustasi atas masalah yang dialaminya. Sepak bola lalu dipandang sebagai pengalih atas masalah yang menimpanya. Frustasi itu menurut Sindhunata adalah sumber yang melahirkan agresi dan pertandingan sepak bola merupakan satu dari sedikitnya sarana untuk menumpahkan agresi tersebut.Faktor lain yang tak kalah penting adalah apa yang terjadi di lapangan, yakni sikap pemain. Mengutip Guus Van Holland yang mengatakan kekerasan suporter dapat diatasi jika sepak bola mampu menemukan jati dirinya sebagai sebuah sport, yang mana para pemain bisa turut meredam kekerasan dengan permainan yang lebih sportif di lapangan. Kerusuhan Suporter ini memang menjadi masalah yang serius. Namunapakah kekuatan massa suporter hanya akan menelurkan fanatisme berlebih yang berujung pada kerusuhan demi kerusuhan? Nyatanya suporter memiliki potensi yang mampu melahirkan kekuatan yang tidak melulu bertujuan merusuhi.

Suporter adalah sumber pendapatan utama bagi klub, misalnya. Dengan membeli tiket dan menyaksikan pertandingan, suporter telah tururt menghidupi klub. Tak Cuma itu, penjualan marchandise klub juga menemukan pasar yang menguntungkan lewat suporter. Suporter bahkan bisa bertindak lebih dari sekedar menjadi konsumen. Aremania misalnya yang membuat usaha penjualan marchandise Arema. Sebagian hasil penjualannya diberikan pada Arema untuk memenuhi kebutuhan klub. Hal ini amatlah membantu keuangan Arema mengingat klub ini bukanlah klub binaan pemda yang mudah mendapatkan kucuran dana.Semenatara itu, dari sisi psikologis pun demikian. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa kelakuan pemain di lapangan akan turut mempengaruhi sikap suporter. Hal ini berlaku pula sebaliknya. keberadaan suporter memberi efek psikologis yang sangat signifikan bagi pemain.

Anung Handoko dalam bukunya Sepak Bola Tanpa Batas menuturkan bahwa sepak bola tak hanya diposisikan sebagai olahraga melainkan kehidupan itu sendiri. Suporter menjadi elemen penting di dalamnya yang turut mewarnai perkembangan sepak bola dari masake masa. Angle ini secara khusus akan membahas yang pertama, sejarah sepak bola dan filosofinya.Dari model permainannya, sepak bola sudah dikenal berbagai bangsa jauh sebelum Inggris mencetuskan sepak bola modern dengan segala hukumnya. Tinjauan sejarah ini akan melihat bagaimana permainan “menendang bola”dilakukan oleh berbagai bangsa dengan latar belakang budaya yang mereka miliki. Misalnya apa yang membedakan permainan sepak bola suku Indian Inka dengan orang-orang Cina. Hal ini akan mengarah pada filosofi yang ada dibaliknya.

Lalu memasuki era sepak bola modern yang dimotori oleh Inggris. Bagaimana Inggris mampu menyebarluaskan konsep sepak bola modernnya ke negara-negara di Eropa. Lalu bangsa Eropa membawanya ke tanah jajahan mereka di benua lain.Tinjauan sepak bola dari masa ke masa ini akan memaparkan pula karaktersepak bola yang pada akhirnya menjadi magnet bagi banyak orang. Pada akhirnya,  ini akan menegaskanbetapa eratnya hubungan suporter dan sepak bola karena saling mempengaruhi satu sama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun