Mohon tunggu...
Dhe Jhe
Dhe Jhe Mohon Tunggu... -

Penulis Lahir di Desa Baru Pangkalan Jambu - Merangin Jambi dan saat ini bekerja di Lembaga Non Pemerintahan yang berfokus di Lingkungan Dan Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kilauan Emas dan Derita Anak Cucu

7 November 2015   21:58 Diperbarui: 7 November 2015   22:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar: aktivitas pencarian emas dengan mengunakan alat berat.

Kabupaten Merangin merupakan salah Satu Kabupaten di Provinsi Jambi dengan luasan kabupaten 7.668,61 km2, sebelum tahun 1998 Merangin merupakan gabungan dari Sarolangun Bangko (Sarko), setelah adanya wacana pemekaran Kabupaten wilayah Bangko menjadi kabupaten tersendiri yang di beri nama Merangin dengan ibu kota Kabupaten Bangko secara geografis posisi Kabupaten Merangin sendiri berada di posisi yang sangat strategis berada di jalur Lintas Sumatera yang menyebabkan perkembangan Kabupaten mengalami perubahan yang besar di sektor pembangunan,

Di lihat dari sektor kekayaan sumber daya alam Merangin terbilang merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam ini di dukung dengan topografi wilayah Merangin yang bervariasi dari dataran rendah dan dataran Tinggi di dataran tinggi berada di wilayah hulu seperti Kecamatan Jangkat, Kecamatan Pangkalan Jambu dan Kecamatan Tabir Barat di sektor perkebunan sendiri wilayah yang berada di Kecamatan Jangkat dan sungai tenang merupakan wilayah penghasil sayuran segar yang produktif setiap tahunya sehingga sampai saat ini kehidupan dan perekonomian masyarakat di daerah tersebut bisa dikatakan selalu stabil ini di dukung dengan kesuburan tanah yang tersedia dan faktor transportasi yang lancar dengan adanya perbaikan jalan raya yang telah di aspal sehingga jalur ekonomi berjalan dengan Baik.

Sementara untuk Kecamatan Pangkalan Jambu dan Tabir kehidupan masyarakat beraktivitas di sektor perkebunan tanaman karet dan merupakan daerah lumbung padi dengan ketersedian areal persawahan yang mendukung dan adanya tradisi turun kesawah yang bisanya di lakukan secara serentak secara 1 kali dalam setahun, jika di lihat dari keturunan, masyarakat yang berdomisili di wilayah hulu terutama kecamatan Pangkalan Jambu merupakan garis keturunan dari Sumatera Barat, Ini dapat dilihat dari logat bahasa yang di gunakan masyarakat dalam kehidupan sehari – hari,

Dahulunya negeri Pangkalan Jambu di kenal dengan nama renah sungai kunyit  berada di bawah kedudukan depati Muara langkap yang berkedudukan di Tamiai yang sekarang masuk ke wilayah Kerinci, renah kunyit di berikan karena di wilayah pangkalan Jambu banyak terdapat biji emas, informasi tersebut terdengar oleh orang minang kabau dari Tjindur Mato sehingga di utuslah Datuk  Putih dan Datuk Mangkuto Dirajo untuk mencari lokasi renah kunyit, kedua orang ini lah yang melatih dan membentuk Marga Pangkalan Jambu mula – mula tujuan mereka dalah mencari emas tapi setelah mereka membawa anak dan keponakan mereka kerenah kunyit selain mencari emas mereka juga membuka sawah di karenakan banyak di jumpai lahan datar dan cocok untuk di jadikan areal persawahan di sinilah awalnya daerah renah kunyit mulai ramai, sampai saat ini.

Budaya mencari emas dan bersawah di negeri Pangkalan Jambu sebenarnya telah di mulai sejak dahulu sehingga di Pangkalan Jambu banyak di Jumpai areal persawahan dan bekas galian pertambangan emas yang dilakukan secara tradisional, ketersedian sumber daya alam yang di wariskan oleh nenek moyang telah mencukupi kebutuhan hidup masyarakat jika dilakukan secara arif dan mempertimbangkan keberlanjutan untuk anak cucu.

Setelah tahun 2012 terjadi perubahan besar di negeri Pangkalan Jambu aktivitas pertambangan emas dilakukan bukan lagi secara tradisonal, penambangan secara besar – besaran dilakukan dengan mengunakan alat berat, kilauan emas yang dihasilakan dari pengerukan hasil bumi membuat sebagian besar masyarakat yang dahulunya dikenal dengan kearifan lokal mereka terhadap sumber daya alam menjadi gelap mata areal persawahan yang produktif di ubah menjadi lokasi tambang emas sehingga berbondong – bondong masyarakat melakukan pembukaan areal sawah mereka 

dengan harapan bisa mengubah perekonomian secara cepat, kegiatan tersebut berjalan dalam beberapa tahun terakhir dari tahun 2012 sawah yang dahulunya menjadi lumbung padi bagi setiap keluarga sekarang tidak lagi bisa di mamfaatkan karena menyisakan lobang bekas galian dan hamparan padang batu,  aliran sungai yang jernih kini sulit untuk di temui, pencarian emas bukan hanya dilakukan di areal sawah warisan yang di titipkan oleh leluhur dari dahulu tapi dilakukan juga di sepanjang aliran sungai dan areal perkebunan karet, 

Kilauan emas yang ada dari dahulu selain menjadi daya tarik pendatang yang mengunjungi negeri ini juga merubah pola hidup dan budaya masyarakat dari waktu ke waktu, Berubahnya pola yang digunakan masyarakat demi memperoleh kilauan emas menyebabkan laju kerusakan di wilayah Pangkalan jambu semakin cepat kegiatan seperti ini di khawatirkan akan meningalkan derita  waktu panjang terhadap kelangsungan anak cucu, yang akan datang,

Pola memperoleh kilauan emas bukan hanya terjadi di wilayah Pangkalan Jambu sendiri namun sudah menyebar ke beberapa wilayah di areal huluan Merangin seperti kecamatan Tabir barat dengan pola yang sama.

By : Jasmal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun