Mohon tunggu...
Chaeruddin Tito Nurrasyid
Chaeruddin Tito Nurrasyid Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Yang Menyukai Geopilitik dan Geoekonomi Dunia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Selamat Datang Soverign Wealth Fund

31 Januari 2024   19:49 Diperbarui: 2 Februari 2024   00:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah uang yang kini telah bergeser fungsinya. Pada tahun 1900-an kurang, uang belum menjadi uang menjadi raja seperti sekarang. Uang difungsikan pelancar transaksi uang sebagai alat bayar dan sejak zaman masih menggunakan transaksi sistem barter, hingga sebelum zaman Keynesian, yang mana Masih di zaman ekonomi Adam Smith. "Uang atau Money is Just for Grassing the Transaction. Perlu kita ketahui barter memiliki kelemahan yaitu menghitung nilai selisih dari kebutuhan barang sehingga uang tercipta. Uang pada awalnya menggunakan logam fungsi awalnya untuk pelumas atau pelancar transaksi. Pergeseran uang yang berawal uang logam menjadi uang kertas atau Fiat terjadi distorsi yang disebabkan kecurangan.

Melihat fisik logam sulit dipecah-pecah untuk bilangan kecil maka kertas lebih mudah dan tersering kertas dicetak lebih banyak dan hal tersebut awal dari sebuah Inflasi. Kertas berharga tidak berhenti di uang, yang tentunya berbasis logam mulia. Dunia mengenal saham kepemilikan atas aset lain bukan logam mulia tetapi perusahaan aktif atau perusahaan sehat untuk menerbitkan sebuah nilai. Hal tersebut rumit karena wajib mempunyai valuasi dan lain sebagainya yang semua itu bersifat abstrak (tak jelas kebenarannya). Namun harus dipastikan demi tercipta nilai pada uang kertas atau Fiat tersebut.

Printing saham sama juga dengan printing money. Pada tahun 1929, semua memuncak dunia depresi, resesi,uang kertas dan saham tidak terkendali cetakan dan nilainya. Menitikberatkan Emotional Value nilai emosional bukan Nilai Riil atau nilai sebenarnya yang ada di sisi produksinya. Efek tersebut menimbulkan great depression yang mana ada dua yang harus diperhatikan yaitu inflasi. Tepatnya selisih Mix Match barang produksi dengan jumlah uang beredar dan peredaran uang yang harus dijaga oleh Bank Sentral.

John Mayard Keynes mencetuskan teori Create Demand, menciptakan kebutuhan, disaat sekarang banyak orang yang tahu, tahu menyatakan setuju Printing Money dengan tujuan Create Demand untuk stimulus ekonomi hal tersebut salah. Perlu kita melihat mesin produksi, di mana Printing Money kalau tidak memiliki ilmu Post Keynesian MMT, berbahaya.Sehubungan dengan itu semua, kita tidak membahas sejarah kita bicara diri kita sendiri. Saya sebagai penulis menganut MMT Post Keynesian, bagi saya Keynesian doesn't work, bahkan lebih parah bagi penganut MMT garis keras, Keynesian is Dead. Bagi penulis, Post Keynesian percaya bahwa setiap terbitnya uang harus ada Underlying Proyek, dan proyek tersebut harus sektor produktif dan harus industri, manufaktur, atau ada logam mulianya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun