Daripada menulis serius seperti seri pajak yang bikin puyeng, hari Senin ini aku menulis suka-suka meskipun aku masih punya hutang tulisan tentang pajak (cara isi SPT Tahunan 1770 S dan Restitusi).
Pertanyaan yang paling aku benci adalah apa pekerjaanku? Mau jawab terus terang malu, mau berbohong takut dosa. Baiklah, pekerjaanku gak jelas! Yang jelas bukan pegawai kantoran! Jam segini (nulis 10.10) pegawai kantor tak seharusnya keluyuran di kompasiana. PNS juga bukan, jam segini PNS tidak mungkin berada di sini, jam segini mereka sibuk keluyuran... di pasar, mall, kantin, bahkan ada yg keluyuran ke tempat gak jelas.
Sebagai warga negara dengan pekerjaan gak jelas, aku merasa diabaikan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Padahal tugas kemenakertrans adalah MEMBUKA lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Tetapi nyatanya? Mereka cuma bisa MEMBUKA mulut selebar-lebarnya alias jago main klaim. Pak Menteri mengklaim dalam setahun telah membuka lapangan kerja 3X lipat. Setelah aku amati, klaim ini memanfaatkan fenomena demam K-Pop. Dulu penyanyi 1 orang atau paling banyak trio 3 orang, nah sejak demam K-POP penyanyi dalam satu grup 7, 9 orang bahkan ada yang sampai puluhan orang.
Kembali ke pekerjaan aku yang gak jelas. Karena pekerjaanku gak jelas, maka dapat duitnya juga gak jelas, sekali ADA, seringkali GAK ADA. Meskipun begitu jangan remehkan orang yang pekerjaannya gak jelas. Ada orang yang kerjanya gak jelas, tapi dapat duitnya jelas, yaitu anggota dewan. Bandingkan dengan penyanyi, penyanyi kerjanya jelas, menyanyi! Dapat duitnya juga jelas, kalau manggung dapat sekian, kalau album laku sekian dapat royalti sekian. Atau bandingkan dengan sales, sales kerjanya jelas, jualan! Dapat duitnya juga jelas, kalau mampu menjual dalam jumlah tertentu akan dapat komisi segini. Lha kalau anggota dewan ini kerjanya ngapain sih? Yang kita lihat, mereka ini suka tidur di saat sidang, ngisi daftar hadir lalu menghilang, asyik main BBM-an atau ngomong sembarangan. Meski kerjanya gak jelas, duit anggota dewan jelas sekali, gaji ADA, tunjangan rumah ADA, tunjangan jalan-jalan ke luar negeri ADA. Kalau soal duit mereka jagonya mengada-ADA,.
Setelah dipikir-pikir, menjadi anggota dewan memang bukan pekerjaan tapi pengabdian. Bukan mengabdi pada rakyat tapi mengabdi pada PARTAI. Mereka mengabdi sesuai latar belakang atau pekerjaan mereka sebelum menjadi anggota dewan. Anggota dewan yg PENGUSAHA, rajin USAHA cari proyek untuk dana partai, makanya ada proyek hambalang, proyek wisma atlet, dll. Anggota dewan yg PEDAGANG, memanfaatkan kelihaian mereka berdagang untuk memperjual-belikan pasal Undang-Undang. Modusnya, saat pembahasan RUU, mereka mengundang semua pihak yang bersinggungan. Nah jika ada pihak yang ingin RUU itu menguntungkan bisnis mereka, anggota dewan mengeluarkan jurus satu kata, WANI PIRO? Eiitss, sebentar, sebentar. Bukannya wani piro itu dua kata? Ya, maklumlah namanya juga anggota dewan, satu bisa berarti dua, dua bisa berarti satu bahkan ada bisa berarti tiada atau sebaliknya. Yang paling ringan adalah anggota dewan yg berasal dari SELEBRITIS. Tugas mereka hanya harus berada di banyak tempat, sambil melambaikan tangan dan senyum kiri-kanan, hanya satu yang menjadi pantangan. Mereka dilarang ngomong, sebab begitu buka mulut akan ketahuan kapasitas otaknya. Ya, sudahlah, mereka ada di sana, itu bukan salah mereka tetapi salah kita. Kita lah yg memilih mereka untuk mewakili kita duduk di sana. Melihat tingkah mereka, anggap saja kita sedang kena azab Tuhan.
Ngomongin kelakuan anggota dewan gak akan ada habis-habisnya. Daripada makin gak jelas seperti statusku, maka aku sudahi saja sampai di sini. Akhir kata, mengutip kata mas Tukul dan acara komedi lainnya, tulisan ini hanya tulisan tanpa tujuan, mohon maaf bagi yg tersinggung dan terima kasih bagi yg tersungging.
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H