Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KBK (Kurikulum Berbasis Keliru)

20 Juli 2011   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari mulai memasuki SMP saya sudah mengenal sistem pembelajran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Tetapi entah mengapa saya selalu tidak pernah nyaman dengan sistem yang satu ini. Yang saya rasakan, sistem KBK ini hanya mengacu pada hasil (nilai) bukan pada proses belajar, jadi bagaimanapun cara belajarnya yang penting nilai kita bagus (hasil). Dengan sistem KBK ini, sebagian besar siswa jadi lebih kreatif. Kreatif dalam mencari kunci jawaban, contekan, koalisi dengan teman, dan lain lain. Begitu pula kepada para pengajar dalam sistem tersebut, mereka hanya kejar setoran untuk deadline bab-bab mata pelajaran yang ada tanpa memberi asupan moral. Sehingga hasil dari lulusan-lulusan sistem tersebut juga hanya mempunyai mental curang, kurang bermoral, dan lebih parah lagi dampak luasnya tidak mampunyai prinsip dalam kehidupan.

Tidak jauh berbeda dalam dunia kampus, ternyata fakultas saya juga menganut sistem KBK. Pada semester ganjil kemarin tidak diadakan ujian terstruktur (baca: UTS, UAS), tetapi entah mengapa pada semester genap, fakultas saya mengadakan ujian terstruktur ini. Sebagian besar mahasiswa pasti merasa aneh, tetapi apa boleh buat mereka harus menghadapi ujian terstruktur itu. Sama seperti pada masa-masa sekolah, ujian terstruktur dalam sistem KBK hanya mengacu pada nilai (hasil) bukan pada proses perkuliahan. Bagi saya, hal ini mampu menghambat rangsangan kreatifitas karena dalam ujian terstruktrur kita hanya dituntut untuk mempelajari sub-bab materi perkuliahan hanya untuk hari itu, bukan untuk jangka panjang atau proses implementasi bermasyarakat. Tidak sedikit dari mereka-mereka yang membuat contekan, berkoalisi dengan teman, atau hal-hal lain yang bersifat fragmatisme.

Apakah tujuan kita belajar semata-mata hanya untuk hasil ? nilai bagus ? IPK tinggi ? Tidak.

Tujuan belajar bukan hanya untuk petualangan intelektual semata, tetapi bagaimana kita bisa menerapkan nilai-nilai moral pada kehidupan bermasyarakat. Ketika suatu Negara dihuni oleh manusia-manusia intelektual nonmoral, maka cepat atau lambat Negara itu akan dikuasai oleh pecundang-pecundang berpendidikan. Ini hanyalah bentuk rasa simpati terhadap suatu sistem pembelajaran. Inilah yang disebut dengan sistem KBK, Kurikulum Berbasis Keliru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun