Dasarkanlah keputusan anda pada hasil yang terbaik, bukan karena mudahnya keputusan itu di buat.
Istilah ‘’hasil terbaik’’ bias berarti banyak hal, tetapi yang pasti adalah perubahan yang mendatangkan kebaikan bagi organisasi yang kita pimpin. Dan prioritas kepemimpinan kita adalah untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik; baik bagi diri sendiri , keluarga, bagi mereka yang kita pimpin, dan bagi mereka yang kita layani.
Bila tugas pemimpin hanya satu , maka tugas itu adalah membuat keputusan.
Bila dia terpaksa mendelegasikan semua tugasnya pada bawahannya, hanya satu tugas yang tidak boleh diserahkan kepada siapapun, yaitu tugasnya untuk mempuat keputusan;yang dampaknya bias berarti kelangsungan hidup, atau, penghapusan perusahaan dari keberadaannya.
Dan bila semua keputusannya bias dibuat oleh bawahannya, maka untuk apa kita mengangkatnya sebagai pemimpin?
Itu sebabnya kepemimpinan kita harus di bangun dengan pondasi kompetisi yang memadai, karena cepat atau lambat akan dating sebuah keadaan yang membutuhkan keputusan yang tidak bisa diwakilkan. Dan bila saat untuk membuat keputusan seperti itu, pastikanlah kita memeriksa keadaan dan masalahnya dengan teliti dan berhati – hati. Pastikanlah bahwa kita memusatkan perhatian pada dampak terbaik dari keputusan kita.
Tidak ada jalan pintas untuk keputusan strategis. Kualitas kepemimpinan kita hanya sebaik kualitas keputusan kita.
Fokus kepada hasil terbaik yang bisa di capai oleh sebuah keputusan, tidak menjadikan tindakan yang harus diambil menjadi mudah. Demikian juga dengan membuat keputusan dengan menghindari proses yang lebih cermat dan tidak mudah ; tidak menjamin bahwa tindakan yang mengikutinya setelah itu akan juga mudah. Tetapi keputusan yang dibuat untuk mencapai hasil terbaik, mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menghasilkan tindakan yang efektif.
Kualitas keputusan kita bergantung pada tingkat pengetahuan dan keterampilan yang tersedia untuk kita saat keputusan itu harus dibuat.
Tantangan yang di hadapi oleh seorang pemimpin bisa mengambil bentuk masalahyang sederhana. Tetapi akan lebih banyak lagi yang kesulitannya tidak ramah bagi pengetahuan dan cara – cara yang selama ini telah digunakannya. Kita cenderung membuat keputusan dengan menggunakan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang sekarang ada pada kita. Padahal pesaing kita dan pasar yang kita layani selalu memperbaharui dirinya.
Itu sebabnya kitabisa menyimpulkan bahwa masa depan semua bisnis sangat bergantung kepada kualitas pemimpinnya. Organisasi yang dipimpin oleh orang – orangyang gemar belajar, akan melihat masa – masa jaya yang panjang ke depan.
Namun, bila anda cermat meneliti jumlah jam yang digunakan oleh para pemimpin perusahaan untuk membuatdirinya menjadi lebih mengerti mengenai industrinya, lebih berpengetahuan dan terampil mengenai manajemen dan kepemimpinan; Anda akan menemukan banyak alas an untuk merasa khawatir.
Bertentangan dengan harapan umum, justru banyak pejabat senior yang tidak lagi sempat memperhatikan peningkatan kopetensi kepemimpinannya, karena peletakan prioritas yang salah pada kepentingan pelestarian jabatan.
Dan ternyata hal itu sudah biasa dan umum.
Padahal, kalau kita ingin menonjol di antara yang biasa, kita harus melakukan hal-hal yang tidak biasa.
Yang tidak biasa adalah dia yang selalu berupaya menggunakan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi dari tingkatyang selama ini digunakannya untuk membuat keputusan-keputusannya.
Seorang pemimpin membangun peningkatan hormat kepada kapasitasnya untuk memimpin dengan cara membuktikan kualitasdari dampak keputusan-keputusannya.
Karena masalah, kesulitan, dan tantangan mempunyai kecenderungan untuk menjadi semakin kompleks dan pelik, maka para pemimpin sepertikita ini dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tidak biasa.
Menghindari keharusan untuk berpikir cermat dalam membangun jalan-jalan keluar dari masalah; seperti menggampangkan masalah, menyepelekan resiko, membuat keputusan berdasarkan pertimbangan yang tidak repot, akan mengikis pasir di bawah landasan kepemimpinannya.
Karena, kita akan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang harus kita hadapi nanti, kalau kita hanya mau melakukan hal-hal yang kita udah bisa? Dan tidak berupaya membangunkemampuan menghadapi hal-hal yang kita belum bisa?
Maka,…
Pastikanlah bahwa Anda tidak membuat keputusan berdasarkan pertimbangan yang mudah saja, karena yang mudah belu tentu menjawab kebutuhan organisasi Anda untuk keluar dari masalah.
Karena dengannya, Anda bisa (nanti) dwaiibkan untuk mengobati kekeliruan itu dengan keharusan untuk melakukan lebih banyak hal yang lebih sulit dari yang telah Anda hindari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H