Di beberapa media elektronik TV, banyak disuguhkan tontonan perdebatan tentang gerakan ISIS yang mengerikan itu. Dan di beberapa video juga disuguhkan betapa mengerikan perbuatan mereka pada jaman super moderen. Siapa saja yang tidak sepaham dengan pandangan mereka, maka jika mereka tertangkap akan digoroklah batang lehernya. Dengan kata lain, perbuatan mereka sangat biadab tanpa ada rasa kemanusiaan sedikitpun. Kebetulan ISIS ini keberadaannya jauh di luar sana.
Bagaimana seandainya ini terjadi di Indonesia? Wah Sangat mengerikan!!! Akan terjadi pembantaian atas nama agama. Karena kelompok ISIS itu beranggapan bahwa siapa pun tidak sepaham atau sejalan dengan kelompoknya, maka hukumnya adalah mati dengan cara-cara yang sangat mengerikan.
Bagaimana mengatasi kondisi ini sekiranya terjadi di Indonesia? Sebelum terjadi perlu ada pembinaan bangsa ini. Bangsa ini telah sepakat bahwa kita dalam bernegara menganut paham pluralisme berdasarkan Pancasila dan UUD '45. Ini seharusnya harga mati, tak boleh ditawar-tawar lagi.
Bangsa Indonesia harus kembali kepada roh Indonesia yang sejati. Kita sebagai bangsa mempunyai budaya nusantara yang sangat tinggi dan sangat luhur, yang kemudian oleh para founding father itu diterjemahkan dalam Pancasila. Seharusnya kita kembali kepada roh jati diri bangsa yakni Pancasila. Kini ada kekacauan di mana-mana dan keributan di mana-mana, karena menurutku Pancasila hanya untuk 'lamis'-lamis" saja. Omongannya Pancasila, tapi tindakannya melawan Pancasila. Ada bebrapa ormas yang menolak menta-mentah tentang Pancasila. Seharusnya pemerintah sebagai pembina bangsa ini bertindak cepat dan berani untuk bertindak untuk menjaga negeri ini termasuk aparatnya seperti TNI dan Polri. Negeri ini harus dijaga agar negeri ini menjadi negeri yang aman, tenteram, gemah ripah loh jinawi. Seluruh bangsa harus diberdayakan untuk menjaga keutuhan negeri NKRI ini melalui saluran yang ada.
Tetapi semuanya akan gagal, kalau para petinggi negeri ini hanya berkutat untuk urusan pribadi, gelongan atau kelompoknya. Orang-orang seperti itu ibaratnya 'benalu', karena pasti dia akan memakan orang lain. Dalam terminologi Latin ada yang disebut "homo homini lupus", artinya manusia itu menjadi serigala untuk orang lain". Dengan kata lain, orang yang seperti mempunyai sifat jahat yakni dengan menjadikan orang lain sebagai musuhnya. Dan tentu saja ini berlawanan dengan 'homo homini socius", artinya manusia menjadi sahabat bagi yang lain". Tentu saja "homo homini socius" dibutuhkan untuk membangun bangsa ini yang menurut pengamaatanku makin hari makin hancur. Sadar atau tidak, kita sudah mengkhianati budaya lokal sebagai "local genius". Bahasa daerah sudah makin ditinggalkan, budaya setempat sudah punah karena digantikan oleh budaya pendatang. Banyak orang sudah tidak berani memegang budaya lokal karena dianggap musyrik, sehingga akhirnya orang harus menyebrang kepada budaya pendatang. Di lain pihak, banyak orang tidak bisa membedakan antara budaya dan agama. Ada yang berangapan budaya dan agama itu pada wae. Tidak sama. Secara umum, agama akan membawa umatnya ke dalam tanah air baru yang lebih bahagia dari pada dunia ini. Ada yang dengan jalan yang menakutkan (teror), ada pula dengan cara-cara yang adem. Dan sebalik. Dan kita tahu bawha agama adalah masalah 'belief". Kalau orang sudah sampai pemahaman tentang 'belief', maka sulit bagi yang bersangkutan untuk merubahnya.
Kembali kepada topik yang di atas yakni 'bagaimana menangkal radikalisme di Indonesia", menurut opini saya, kita harus kembali kepada jati diri bangsa. Kita hidupkan local genius nusantara, hidupkan budaya lokal, hidupkan bahasa daerah. Itulah indahnya pluralisme dalam Bhineka Tunggal Ika.
Salam damai,
Jus Soekidjo (Kuasa Doa).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H