Kisah Sedih: Ketika KDRT Menghancurkan Kebahagiaan Keluarga dan Membuat Anak-Anak Terlantar Â
Di sebuah kota kecil, hidup pasangan muda, Rani dan Arya, bersama dua anak mereka, Adi (6 tahun) dan Nisa (3 tahun). Rumah tangga yang awalnya damai dan penuh kebahagiaan berubah menjadi tragedi ketika tekanan ekonomi dan konflik pribadi mulai mendominasi kehidupan mereka. Â
Awal Mula Kekerasan Â
Masalah dimulai ketika Arya kehilangan pekerjaannya akibat perusahaannya bangkrut. Beban ekonomi semakin berat, dan Rani yang berjualan makanan kecil di pasar berusaha keras mencukupi kebutuhan keluarga dengan penghasilannya yang terbatas. Namun, situasi ini membuat Arya kerap melampiaskan frustrasinya kepada Rani. Â
Awalnya, kekerasan hanya berupa ucapan kasar, tetapi lama-kelamaan berkembang menjadi kekerasan fisik. Ketika Arya pulang dalam keadaan mabuk, ia sering memukul Rani, bahkan di depan Adi dan Nisa. Anak-anak kecil itu hanya bisa menangis dan bersembunyi, menyaksikan ibunya menderita. Â
Dampak pada Anak-Anak
Kekerasan dalam rumah tangga berdampak besar pada kondisi anak-anak. Adi yang semula aktif dan ceria menjadi pendiam dan sering absen dari sekolah. Gurunya mulai menyadari ada sesuatu yang salah, tetapi tidak mengetahui apa yang terjadi di rumah. Â
Nisa, yang masih kecil, juga terkena dampaknya. Ia sering terlihat kotor dan berpakaian lusuh karena kurang perhatian. Bahkan untuk makan pun, ia bergantung pada belas kasih tetangga. Â
Keputusan yang Menyakitkan
Setelah bertahun-tahun hidup dalam kekerasan, Rani tidak lagi mampu menanggung penderitaan. Suatu malam, setelah pertengkaran hebat, Arya pergi meninggalkan rumah dan tak pernah kembali. Rani, yang sudah kehilangan harapan, memutuskan pergi ke kota dengan alasan mencari pekerjaan. Namun, ia tak pernah kembali ke rumah atau membawa anak-anaknya. Â