Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Transformasi BKKBN Menuju Kementerian Kependudukan (Kompasiana Nangkring BKKBN Jakarta)

16 Oktober 2014   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diskusi dimulai, dengan dihadiri oleh satu nara sumber yaitu DR. Sonny Harry B Harmadi (Kepala LDFE UI). Pada awalnya, DR Sonny memberitahukan bahwa sebenarnya dia sendiri juga pada awalnya tidak paham apa itu kependudukan. Terutama karena DR Sonny pada awalnya adalah seorang ekonom, namun setelah beberapa lama, beliau meyadari betapa pentingnya isu kependudukan. Saking pentingya, beliau bahkan pernah mengirim surat kepada presiden tentang langkah-langkah di bidang kependudukan yang perlu dilakukan.

Beliau kemudian melakukan elaborasi mengenai pentingnya nilai (value) dalam permasalahan keluarga berencana (KB), dengan mencontohkan bahwa pada satu saat dia pernah diancam oleh seorang pemuka agama setelah melakukan sebuah talkshow di TVRI, dimana disebutkan bahwa pil KB ternyata isinya adalah kotoran binatang. Pandangan bahwa punya banyak anak itu banyak rezeki sangat perlu untuk dirubah. Beliau mencontohkan dengan kondisi pada masa lampau dimana pada dasarnya hal itu adalah alamiah, dimana dalam hokum ekonomi hanya ada dua hal utama, capital dan tenaga kerja, sehingga karena capital tidak tersedia maka wajarlah bila yang diperbanyak adalah tenaga kerja. Karena itu, perubahan nilai merupakan hal yang sangat krusial apabila BKKBN kelak bisa benar-benar sukses.

Kemudian beliau juga mencontohkan bagaimana perubahan paradigma bahwa BKKBN bukan sekadar ngurusin kontrasepsi, melainkan lebih menyeluruh adalah sebuah hal yang krusial. Karena selama ini yang paling dipertentangkan adalah sebenarnya masalah kontrasepsi yang sering diidentikkan dengan seks bebas. Padahal lingkup dari BKKBN lebih luas dari sekadar alat kontrasepsi. Dengan terlepasnya BKKBN dari stigma kontrasepsi diharapkan bisa lebih menjangkau semua kalangan masyarakat tanpa perlunya mendapat resistensi yang hebat.

Diskusi kemudian bertambah seru ketika Pak Akbar Faizal tiba, beliau langsung mengemukakan mengenai pentingnya kementerian kependudukan. Karena selama ini BKKBN sering dianaktirikan. Beliau bahkan berkata bahwa di kalangan DPR sendiri juga sangatlah sulit untuk mendapati anggota dewan yang mengerti tentang masalah kependudukan. Beliau memperkirakan bahwa bila 10 persen saja paham mengenai masalah kependudukan, itu sudah patut untuk disyukuri. Hal ini juga diamini oleh DR. Sonny yang berkata bahwa banyak pejabat daerah yang merasa bahwa mereka “dikotakkan” ketika mereka diberi tugas memimpin BKKBN. Pak Faisal Akbar kemudian menimpali bahwa memang isu kependudukkan bukan isu yang “seksi”. Kemudian pak akbar Faizal memberi contoh tentang bagaimana ada seorang juragan tanah di Jakarta, karena anaknya ada 12 (!), anaknya sekarang malah terpaksa mengontrak rumah. Sebuah bukti betapa pentingnya perencanaan keluarga.

Kemudian beliau menjabarkan bahwa kementerian kependudukan dibuat untuk bisa menyinkronkan kebijakan antar kementerian. Dimana menurut beliau, bahwa ada kemungkinan bahwa pada 2050 republik Indonesia akan mencapai titik daya dukung populasi yaitu 350 juta penduduk. Sehingga untuk menghindari terjadinya ini, beliau mendorong betul munculnya kementerian kependudukan.

Diskusi kemudian di pending ishoma.

Setelah ishoma diskusi berpusat pada tanya jawab. dimana pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa 1. Perlunya ada perubahan nilai-nilai yang masih berlaku di masyarakat. 2. Bahwa keteladanan dari pemimpin mutlak diperlukan 3. Kementerian kependudukan perlu dimunculkan 4. Bahwa bantuan dari para netizen untuk menyebarluaskan pesan kependudukan sangat dinanti oleh BKKBN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun