Banyak yang berpendapat bahwa HUT TNI yang dilakukan pada tanggal 6 oktober kemarin adalah yang terbaik, terbesar, dan sanggup menggetarkan lawan. Bagi mereka yang tidak terbiasa mengamati, betul, sangat menggugah. Tetapi sadarkah para pembesar TNI ketika mereka merencanakan demo kemarin bahwa setiap detik rekaman akan dianalisis, dilihat, dan diinspeksi? Bahwa setiap ucapan pembawa acara akan coba ditaruh ke dalam konteks global security and balance of power? Bahwa menerjunkan satu batalyon penuh adalah sebuah prestasi, tetapi menyebutnya sebagai satu Brigade akan membuat orang berpikir “berapakah jumlah pasukan di dalam satu Brigade Indonesia ? 800 ?”. Sadarkah kita sebagai rakyat, bahwa kita mungkin saja bangga, tapi apa kata para analis militer negara lain? Bila penulis saja yang amatiran bisa menemukan beberapa hal yang kurang mengenakkan?
Sebagai insan yang senang mengamati kemiliteran, HUT TNI kemarin meninggalkan perasaan bercampur aduk, antara senang melihat beberapa alutsista yang logis untuk dibeli, ketawa terbahak-bahak bercampur sedih melihat demo “norak”, sampai merasa tidak dihargai sebagai rakyat di ujung acara.
Mungkin beberapa pembaca merasa penulis terlalu berlebihan dalam menanggapi isu ini, tetapi mohon dimengerti bahwa ini semua penulis lakukan untuk memberi saran agar kelak, TNI bisa benar-benar menjadi tentara yang professional dan disegani lawan.
1.Demo ASW (Anti Submarine Warfare)
Awalnya Demo berjalan dengan lancar, dimulai dengan F-5 yang melakukan bombing run, disusul dengan iring-iringan korvet parchim menembakkan roket RBU-6000 (buatan tahun 1960), dan kemudian dilanjutkan dengan Helicopter launched torpedo, yang jelas terlalu dekat, dalam kondisi tempur, mungkin dilakukan 1-2 km dari posisi sasaran (tapi tidak apa, ini demo). yang membuat demo ini menjadi konyol adalah fakta bahwa torpedo (setelah dibangga2kan sebagai smart torpedo oleh announcer) setelah diluncurkan, tidak tenggelam, dan terus mengapung. Adalah sebuah fakta bahwa harga satu torpedo ini adalah 120.000 US$ (1,44 M), jadi bisa dipahami bila yang dipakai adalah mock-up. Yang tidak bisa dipahami adalah mengapa tidak dikasih pemberat, agar mock up ini menjadi realistis, setidak-tidaknya bertindak seperti layaknya torpedo asli (menyelam). Tentunya memberi ballast berupa pasir atau batu tidak akan menghabiskan anggaran milyaran ?
Penulis sarankan bentuk sebuah skenario ASW adalah 1. Ada fly by oleh helicopter ASW atau pesawat pengintai 2. Berikutnya adalah heli + torpedo 3. Korvet melakukan gerakan zigzag sambil meluncurkan roket 4. Peledakan bom laut (depth charge). penulis jamin skenario ini akan mendapat sambutan yang lebih meriah (depth charge murah meriah dan ledakannya besar).
2.Demo Anti Pembajakan
Demo ini sebenarnya termasuk yang ditunggu-tunggu mengenai kemampuan TNI-AL. Dan demo ini sebenarnya sama seperti ASW sebelumnya, awalnya mantap, berantakan di tengah, sedih di akhir. Mengapa demikian? Mencoba tekhnik separate para-dropping, terpisah antara operator dan RIB (Rigid Inflatable Boat), patut diacungi jempol. Kenyataan bahwa operator mendarat di mana RIB dimana, bisa dimaklumi. Usaha mendarat di kapal yang terbajak juga patut mendapat standing ovation, sayangnya, TNI rupanya merasa eman-eman untuk memperlengkapi operator dengan QRB (Quick Release Bracket), sehingga operator bisa langsung melepas parasut tanpa perlu bergumul terlebih dahulu dengan parasut (bila ini situasi tempur, operator ini sudah pasti pulang tinggal nama).
Penulis sudah menempelkan kepala penulis ke layar TV, berharap melihat senjata baru DenJaka yaitu M416RIS, yang juga dipakai oleh SEAL Team 6 yang membunuh Osama bin Laden. Apa daya, MP5SDN dan K7 saja tidak ditongolkan. Malah adegan dari film The Raid dan latihan bela diri Tarung Drajad yang disuguhkan. Mengecewakan.
Bila TNI-AL ingin memperbaiki demo ini (bila ingin), maka sebenarnya garis besarnya sudah benar, cukup gunakan senjata api, lengkap dengan blank firing adaptor, jadi penonton bisa merasa ini counter-piracy operation, bukan senam pagi. Karena pembajak di selat malaka pun sudah melengkapi diri mereka dengan AK-47 selundupan. Jadi ketika TNI-AL demo anti pembajakan dengan modal Tarung Drajad, mohon maaf, peluru versus bogem mentah, peluru menang.
3.Demo Counter insurgency ala TNI-AD (dan marinir)
Tank Leopard 2A4, berat 62 ton (full loaded), meriam Rheinmetall L44 120mm,bisa menembak sasaran sampai 3000 m, siang-malam, bergerak maupun diam. Oleh beberapa analis disebut-sebut sebagai tank terbaik dunia, mengalahkan Merkava 2 Israel,T-90 Soviet, dan M1A2 Abrams Amerika Serikat. Dan oleh TNI demo perdana nya apa? Lagi-lagi Tarung Drajad. Dan judul demonya adalah : “kemampuan TNI mempertahankan material perang dari sergapan insurjen” artinya apa? Berarti pernyataan selama ini oleh TNI yang mengatakan bahwa pembelian leopard adalah untuk melakukan perang modern sebenarnya bohong belaka. Bahwa TNI akan menggunakan Tank ini untuk operasi pengamanan internal. Dan definisi operasi pengamanan TNI ini termasuk penumpasan gerakan yang mengandalkan beladiri tangan kosong (sesuai skenario demo), dimana seyogianya adalah domain kepolisian. Mungkin para perencana demo ini tidak berpikir ke arah sana. Namun, alam bawah sadarnya pasti masih berpikiran seperti itu. Karena bila berpikiran perang modern, pastilah demonya adalah tembak target, tembak sambil berjalan (seperti demo Tank amfibi BMP-3F korps marinir), yang pada intinya memamerkan kemampuan tank terbaik dunia. Bukan sekadar menjadi gelanggang pencak silat kejuaraan tarkam TNI. Bila dirasa live firing demo terlalu berbahaya ? Cukup di defile kan saja.
4.Demo Air Rescue dari kapal selam
Penulis tidak tahu apakah TNI-AL paham bahwa operasi penurunan personel dari helicopter ke kapal selam mengandung resiko yang amat besar. Karena listrik static yang dihasilkan dari baling-baling heli sangat besar. Dan petugas yang akan menangkap di kapal selam mesti berpakaian anti listrik. Lain kali TNI-AL cukup menerjunkan saja KOPASKA di samping kapal selam. Karena resiko demo heli to submarine terlalu besar.
5.Demo Air-Air Refueling
Demo ini cukup bagus. Secara estetika. Secara teknis militer, ini bisa menjadi bahan lawakan untuk setahun berikutnya.
Seperti yang bisa dilihat, tidak ada air-to-air refueling pod nya. Jadi ya, cuma gaya saja. Mohon TNI-AU, bila tidak mempunyai air-to-air refueling pod, ya tidak perlu dicontohkan demikian. Cukup terbang formasi saja, sudah bangga kok kami (walaupun sampai sekarang belum punya senjata).
Demo dan Defile Alutsista baru yang sudah bagus
Tentu tidak adil bila kita hanya melihat yang jelek-jelek nya saja. Ada pula demo yang bagus, seperti Demo penerjunan Brigade (Batalyon) linud, Demo terjun payung Tontaipur, dan yang terbaik, Demo LVTP-7 lompat ke laut. Kemudian juga ada kemunculan perdana AH-64 Apache (mau dipake buat apa, penulis juga tidak tahu), Rudal Yakhont (Anti kapal, jangkauan 200 km),dan Exocet blok 3, serta yang special, Rudal Anti-tank dan Helikopter FGM-148 Javelin. Kemudian ada peluncur roket dari AVIBRAS, meriam FH-2000 buatan Singapore serta SPG CAESAR dari Perancis.
Motto dari HUT TNI ke 69 adalah PATRIOT SEJATI-ya kami akui ,PROFESIONAL-belon ,dan DICINTAI RAKYAT-bagaimana mau dicintai kalau rakyat tidak dianggap, ini buktinya:
Kemana TERIMA KASIH RAKYAT yang sudah membayar pajak untuk membeli Alutsista yang barusan dipamerkan dan dibangga2kan, mengirim anak-anak untuk dididik menjadi prajurit dan terus mendukung ketika para politisi menghilang, serta memilih dalam pemilu untuk anggota KOMISI 1 dan PRESIDEN?
Kepada yang terhormat Bapak JOKO WIDODO selaku Panglima Tertinggi TNI pada HUT ke 70, ojo ngisin-ngisine kaya iki, nggih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H