Oleh : King Valen Stevano Suseno
Iran merupakan sebuah negara di wilayah Timur Tengah yang memiliki sumber daya alam melimpah. Kekayaan alam ini diiringi juga dengan stabilitas kawasan yang sering mengalami konflik dari berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal.Â
Pada perkembangannya, Iran adalah salah satu dari banyak negara yang berusaha untuk mengembangkan proyek Nuklir, dalam tahapannya ia memiliki lima tahap periode penting yaitu pada masa Mohammad Shah  Reza  Pahlevi,  kemudian dilanjutkan  pada  masa  Ayatullah Khomeini (Revolusi Iran), masa Ali Akbar Hasmemi Rafsanjani, masa Mohammad Khatami, dan kemudian pada masa Mahmoud Ahmadinejad. Kemudian, terdapat tahapan berupa fase - fase penting yang telah dilewati oleh Iran yakni : fase  permulaan pada (1950-1960-an), fase  semangat  pengembangan  (1970-an), fase revolusi, perang, dan hubungan rahasia (1979 --1988), fase pengayaan dan pengadaan (1988 --2002), fase investigasi, diplomasi, dan sanksi (2003 --2009), fase ketegangan internasional (2010 --2012), dan fase perjanjian internasional (2013 --2015).
Program nuklir di Iran awalnya berkembang pada tahun 1957 direzim Syah Reza Pahlevi, Iran melakukan usaha pengembangan fasilitas dengan menyepakati kerjasama nuklir bersama Amerika Serikat di bawah program Atoms For Peace.Â
Pada tahun 1960, Iran membeli sebuah reaktor riset kecil yang diletakkan di Pusat Penelitian Nuklir Teheran yang kemudian mulai beroperasi pada tahun 1967 dan mendapat dukungan dari Amerika Serikat sebesar 5 megawatt reaktor termal.Â
Program nuklir yang kian berkembang membuat Iran Pada 1974 dibawah kepemimpinan Syah Reza Pahlevi berencana memproduksi tenaga listrik bertenaga nuklir sebesar 23.000 megawatt dalam jangka panjang dengan mendirikan Atomic Energy Organization of Iran (AEOI). Iran juga tercatat berhasil membuat kerjasama dengan Jerman Barat maupun Perancis kala itu.
Pada masa kepemimpinan Khomeini, perkembangan program nuklir Iran tidak menjadi prioritas sejak awal hingga saat berlangsungnya perang Iran dan Irak, banyak proyek terselubung program nuklir Irak dan ketakutan atas Amerika Serikat yang membantu Saddam Hussein kala itu serta Israel yang juga merupakan musuh Iran. Namun, perkembangan nuklir Iran semakin terlihat secara signifikan pada tahun 1996 dimana Iran berhasil melakukan kerjasama dengan beberapa negara seperti Rusia, China, dan Jerman.Â
Selanjutnya hal yang perlu untuk diketahui yakni dalam pembuatan pengayaan uranium dengan metode gaya sentrifugal untuk memisahkan isotop pada unsur Uranium yang kemudian menghasilkan Low Enrichment Uranium (LEU) dan High Enrichment Uranium (HEU) dimana keduanya merupakan fissile material yang digunakan dalam pembuatan senjata nuklir.Â
Oleh karena itu, mengumpulkan bahan fisil merupakan tantangan terberat bagi negara dalam mengembangkan senjata nuklir. Tercatat antara 20 Januari 2014 dan 21 Agustus 2015, Iran telah melakukan pengayaan uranium secara signifikan dengan menghasilkan total 136,4 kg UF6 yang diperkaya hingga 5% U-235.
Pada tahun 2015 tanggal 14 Juli, Iran secara sadar mengambil langkah untuk menyepakati Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Artinya, Iran tunduk dan menyepakati kesepakatan bersama dengan P5 + 1 Â (Tiongkok, Perancis, Rusia, United Kingdom, Amerika Serikat + Jerman) yang memuat ketentuan terkait Level Pengayaan Uranium, Kapasitas Pengayaan, Stok Uranium, Stok Plutonium, serta Pengawasan. Namun, pelaksanaan dalam perjalanan JCPOA tidak berjalan mulus begitu saja. Terjadi dinamika yang hingga saat ini (08/2022)membuat Iran dan P5 + 1 harus terus melakukan upaya negosiasi dalam upaya untuk mendorong negara -- negara yang terlibat untuk selalu patuh dan kembali terhadap perjanjian JCPOA.
DAFTAR PUSTAKA