Mohon tunggu...
Ksatria Nusantara
Ksatria Nusantara Mohon Tunggu... -

Cinta NKRI, Berjiwa Merah Putih, Anti Penjajahan... Moerdeka ataoe mati!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanggapan Atas Surat Terbuka Untuk Harry Tanoe

11 Juli 2014   23:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:37 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tidak mengenal dengan cukup dekat dan baik pribadi Bapak Harry Tanoe. Saya hanya orang biasa yang diberi kesempatan sekolah sehingga mengerti bagaimana cara mencintai negeri ini. Bagi saya Indonesia adalah sekeping surga yang jatuh ke dunia.
Di Indonesia saya belajar menghargai perbedaan keyakinan, di Indonesia juga saya belajar tentang keberagaman dan kerukunan. Banyak hal yang saya pelajari dari Indonesia termasuk bagaimana kaum minoritas terutama etnis Tionghoa yang  dimarginalkan dalam kehidupan politik pada masa Orde Baru.
Bagi saudara kita Tionghoa, jangankan bermimpi menjadi politisi hingga mencalonkan diri sebagai cawapres, bercita-cita menjadi PNS apalagi ingin menjadi Polisi atau Tentara saja sulit sekali rasanya di Indonesia pada masa Orde Baru. Saudara kita yang kebetulan dari lahir sudah bermata sipit beretnis Tionghoa ditakdirkan oleh negara untuk menjadi pekerja swasta. Jika ada yang beruntung dapat menjadi pengusaha.
Harry Tanoe beruntung dapat melanjutkan studi hingga ke Kanada. Melihat kiprahnya selama ini yang sukses mengelola bisnis terutama industri media, menunjukkan dia seorang pekerja keras yang tangguh pantang menyerah.
Saya dengar dari beberapa teman yang bekerja di perusahaan media milik Harry Tanoe, bukan saja dia termasuk orang yang taat beribadah tetapi juga menghargai ibadah orang lain yang berbeda keyakinan dengannya. Di setiap kantor miliknya selalu dibangun mesjid atau mushalla tempat ibadah umat muslim. Harry Tanoe termasuk berhasil menciptakan kerukunan umat beragama di lingkungan perusahaan miliknya.
Walau telah sukses dengan apa yang telah diraihnya, saya melihat Harry Tanoe orang yang tidak pernah puas dengan keadaan di sekitarnya. Mungkin dia merasakan Indonesia negeri kaya tapi koq tidak bisa jaya? Inilah yang mengusiknya untuk terjun ke dalam kancah politik yang penuh carut marut ini.
Awalnya dalam hati saya berfikir, apa lagi yang Anda cari Pak Harry Tanoe? Anda sudah kaya raya, banyak taipan sukses seperti Anda sibuk kembangkan bisnis dan tidak tertarik pada politik praktis. Untuk mengamankan bisnisnya, banyak dari mereka bermain aman, semua capres, cagub atau cabub diberi bantuan. Agar siapapun yang menang, bisnis mereka tetap aman.
Kalaupun ada taipan sukses yang berpolitik biasanya menjabat Bendahara atau Dewan Pengarah. Pilihan itupun tidak jauh-jauh dari pertimbangan bisnis. Coba lihat Rusdi Kirana, taipan pemilik maskapai Lion Group (Lion Air, Wings Air, Batik Air) yang merajai penerbangan domestik. Memilih masuk PKB dan duduk langsung menjadi Wakil Ketua Umum PKB.
Banyak orang awam heran, mengapa Rusdi memilih PKB sebagai persinggahan politiknya? Tapi banyak orang tidak paham pilihan tersebut merupakan keputusan bisnis bukan keputusan politik Rusdi Kirana. Rusdi ingin kuasai jalur penerbangan jama'ah Haji dan Umroh ke Arab Saudi yang selama ini dipercayakan pada Maskapai Garuda.
Jabatan Menteri Agama selama ini selalu diisi oleh orang NU. Memilih PKB berarti mendekat ke NU. Itu hanya salah satu kepentingan bisnis Rusdi memilih masuk PKB. Masih banyak pertimbangan bisnis lainnya termasuk jumlah warga NU yang fantastis merupakan pasar bagi koperasi simpan pinjam untuk mencuci keuangannya.
Tapi Anda, Pak Harry Tanoe...
Anda kaya raya tapi memilih masuk Nasdem. Awalnya saya juga bersimpati dengan gagasan restorasi yang diusung Nasdem. Di tengah kejenuhan politik domestik, Nasdem mengusung gagasan segar tentang restorasi. Apalagi saat itu Nasdem berjanji tidak hendak menjadi partai politik. Seketika saya tertegun, batin saya "lnilah jalan keluar menuju Indonesia baru".
Mungkin hal itu pula yang difikirkan Harry Tanoe sehingga memutuskan berlabuh ke Nasdem. Namun apa lacur? Nasdem berubah menjadi parpol. Saya terpukul, nyaris tidak ada harapan lain menuju Indonesia baru. Jokowi? Ah, lupakan dia... Saya tidak suka orang apalagi pemimpin ingkar janji. Saya muslim taat, merasakan seperti dihina dengan sumpah palsu di bawah Al-Qur'an saat Jokowi menjabat Gubernur DKI.
Kecewa dengan Nasdem Harry Tanoe berlabuh ke Hanura. Ini parpol yang awalnya juga menarik simpati saya. Hati Nurani, itu yang hilang dalam mengelola negeri ini. Oleh Hanura Harry dipasangkan sebagai Cawapres Wiranto.
Sampai di sini saya melihat, tidak ada yang dikejar Harry Tanoe kecuali perbaikan nasib bangsa. Harry Tanoe tidak pernah pertimbangkan bisnis dalam keputusan politiknya. Bahkan busnis dia tinggalkan untuk terjun bebas berpolitik demi perbaikan bangsanya. Harry Tanoe merupakan Taipan pertama di Indonesia yang terjun ke politik demi bangsanya.
Sekelebat saya teringat perjuangan Sun Yat Sen di Tiongkok. Dia tinggalkan profesinya sebagai dokter untuk memimpin revolusi bangsanya.
Tidak banyak taipan sukses memilih terjun bebas masuk dunia politik untuk perbaikan bangsanya seperti Harry Tanoe. Saat ini Harry Tanoe memilih mendukung Prabowo. Sama seperti dia, saya juga berfikir hanya Prabowo pintu keluar darurat untuk menyelamatkan bangsa ini dari ancaman neo-komunisme dan neo-kolonialisme.
Sebagai pemilik media yang bervisi kebangsaan wajar jika Harry Tanoe menggunakan stasiun TV-nya sebagai alat perjuangan bangsa. Karena itu Harry Tanoe dicerca. Tentu yang mencerca dari kubu capres lawan Prabowo. Terhadap orang seperti ini, ingin rasanya saya sodorkan cermin untuk mengaca. Mungkin siaran MetroTV tidak sampai di rumahnya atau dia pasti tidak pernah membaca Koran Tempo dan Kompas termasuk Jakarta Post. Semua media itu jelas mendukung Jokowi.
Harry Tanoe juga dituduh membiayai IRC sebuah lembaga survey yang sering muncul di RCTI miliknya. Kalau dasarnya itu, boleh dong saya menuduh LSI, SMCR atau Cyrus dibiayai oleh Surya Paloh karena sering muncul di Metro TV.
Bukan saya ingin kampanye hitam, dibanding IRC, lembaga survey yang memihak Jokowi-JK seperti LSI, SMRC dan Cyrus jelas miliki rekam jejak tidak baik karena jelas tidak independen. Mau bukti, buka aja berita media online besar berikut ini :
LSI Tim Sukses Jokowi
http://m.antaranews.com/berita/434407/denny-ja-dukung-jokowi-karena-ideologi
SMRC Tim Sukses Jokowi
http://www.jpnn.com/read/2014/06/11/239670/Tuding-Prabowo-Pembunuh,-Saiful-Mujani-Dilaporkan-ke-Bawaslu
http://nasional.kompas.com/read/2014/06/11/2016450/Saiful.Mujani.Benarkan.Bagi-bagi.Uang.Usai.Kampanye.untuk.Jokowi
Nih satu lagi, Cyrus lembaga survei  tidak pernah teruji tapi sukanya muji-muji Jokowi. Rupanya  Direkturnya Hasan Batupahat  merupakan kordinator Komunitas Biji Kopi pendukung fanatik Jokowi. Coba baca ini deh : http://politik.rmol.co/read/2014/06/27/161339/Agus-Gumiwang-Hadiri-Deklarasi-Laskar-Biji-Kopi-Dukung-Jokowi-JK
Jadi untuk kepentingan bangsa, maju terus Pak Harry Tanoe! Kehadiran Bapak dalam pentas politik nasional menegaskan watak Bhinneka Tunggal Ika dalam sistem politik Pancasila. Pilihan Bapak untuk mendukung Prabowo semakin mendekatkan Indonesia menuju kejayaan.
Hormat saya rakyat pinggiran kota untuk Pak Harry Tanoe...
KN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun