Tanggal 16 April 2015 Presiden Jokowi didaulat menjadi inspektur upacara dalam rangka penerimaan dirinya sebagai warga kehormatan TNI. Namun ada satu pemandangan yang sangat tidak lazim dan sangat mengganggu. Bagaimana tidak dalam upacara militer besar-besaran yang melibatkan 6.450 prajurit (Sila baca : http://m.beritasatu.com/nasional/265898-pembaretan-presiden-jokowi-libatkan-6450-personel-tni.html ) Jokowi merupakan satu-satunya Presiden di dunia yang tidak menghormati tentaranya. Saat menjadi inspektur upacara Jokowi tega dan tanpa sungkan hanya mengenakan pakaian 'seadanya'. Padahal upacara itu dibuat Panglima TNI untuk menghormati dirinya sebagai Presiden sekaligus Panglima Tertinggi. Kejadian seperti ini pasti tidak akan ditemui di negera beradab yang merebut kemerdekaannya dari penjajah dengan darah dan nyawa jutaan rakyatnya.
Percaya atau tidak, terkait langsung atau tidak, ada peristiwa lain yang juga tidak lazim terjadi. Upacara kebesaran yang seharusnya sakral itu diwarnai dengan insiden tragis yang menyedihkan. Satu orang Prajurit Denjaka TNI AL cidera berat saat demo dan atraksi ketangkasan yang seharusnya merupakan aksi taktis milik domainnya TNI AD. Tidak hanya itu, satu pesawat tempur F16 yang akan melakukan demo flypass bisa gagal take off di Lanud Halim Perdanakusuma. Roda kiri pesawat copot dan mesin terbakar. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam dua insiden yang memprihatinkan itu. Semesta sepertinya tidak merestui pemberian baret pada Presiden Jokowi. Sila baca : http://m.detik.com/news/read/2015/04/16/110942/2889030/10/dua-insiden-warnai-pembaretan-jokowi-sebagai-warga-kehormatan-tni Dua peristiwa tragis ini juga harusnya menjadi renungan bagi Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk menghentikan ambisi politiknya yang haus kekuasaan. Sila baca : http://hankam.kompasiana.com/2015/04/15/duh-panglima-tni-akan-melakukan-pembaretan-presiden-jokowi-738091.html
Namun hebatnya media dengan cepat mendesain berita, dengan cara membelokkan informasi bahwa pesawat tempur itu bukan hendak melakukan demo flypass dalam rangka pembaretan Jokowi, melainkan untuk pengawalan Konfrensi Asia Afrika (KAA). Hampir setiap hari rakyat dibohongi media. Ini kebohongan apa lagi yang ingin disajikan media. Baca: http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/16/10053001/F-16.yang.Terbakar.Bukan.untuk.Misi.Pengawalan.Pembaretan.Jokowi
Padahal sudah jelas masyarakat disekitar Lanud Halim Perdanakusuma dan disekitar Mabes TNI saat melihat sendiri saat latihan menjelang keesokan harinya akan upacara.
Hadeuuuh...
Kasihan sekali TNI, hanya untuk menghormati Presidennya yang akan diberi baret, mereka harus rela dilecehkan oleh inspektur upacara, harus mengorbankan satu rekannya yang cidera, dan satu pesawat tempur canggih. Itulah harga dari sebuah baret sang Presiden.
Meski ada sebagian pengamat yang menyampaikan bahwa mungin saja itu bukan karena 'baret Jokowi' tetapi karena profesionalitas TNI AL dan TNI AU yang belakangan ini merosot kerena lebih sering terlalu mendemokan kemampuan yang menjadi domainnya TNI AD. Beruntung, wajah buram TNI saat ini masih bisa selamat karena ada Prajurit Kopassus yang mampu pecahkan rekor kerjasama payung di udara tingkat Asia-Australia. Kopassus, kapanpun dan dimanapun selalu membanggakan Indonesia. Sila baca:
http://m.detik.com/news/read/2015/04/16/070118/2888764/10/hebat-kopassus-pecahkan-rekor-kerjasama-payung-di-udara-tingkat-asia
Oleh karena itu, wahai Panglima TNI, tolong jangan gunakan prajurit kami, prajurit rakyat Indonesia dan menghamburkan uang rakyat Indonesia hanya untuk kepentingan politik praktis dan mengejar ambisi kekuasaanmu. Insyaflah, karena kami sungguh cinta TNI seperti tak habis cinta kami untuk Indonesia. Save TNI, save NKRI!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H