Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nurul Arifin Versus Blusukan dan Manajemen Abad 21

9 November 2014   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:13 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415526845585745862

[caption id="attachment_373525" align="aligncenter" width="318" caption="E-book ini yang saya baca (dok http://www.amazon.de/Synaptisches-Management-Strategische-Unternehmensf%C3%BChrung-Jahrhundert/dp/3658055189)"][/caption]

Saya baru saja membaca 2 buku tentang Manajemen di Abad 21. E-bukunya Hans Gerd Prodoehl dan buku Robert T.Kiyosaki, kedua buku ini memberikan pencerahan bagi perusahaan-perusahaan dan individu agar berhasil menghadapi tantangan abad 21.

Hans Gerd Prodoehl adalah seorang Doktor di bidang Ekonomi, Sosiologi dan Politik, berkiprah di Jerman dan Internasional sebagai konsultan Bisnis untuk Perusahaan dan Pemerintahan. Sedangkan Robert T. Kiyosaki adalah Advokat Finansial dan penulis buku world best seller Rich Dad Poor Dad, buku finansial untuk individu yang out of the box, menganjurkan pembacanya untuk berani dan melepaskan langkah-langkah konvensional untuk kesuksesan bisnis, yang ternyata resepnya ini cocok untuk bisnis di abad 21.

Apa hubungan kedua buku ini dengan Nurul Arifin dan anti-blusukannya ?? Abad 21 adalah abad di mana, jaringan komunikasi tidak lagi sulit dan murah, tantangan serta kompleksitas politik, ideologi dan ekonomi sudah berpangkat banyak.

Saya ambil contoh, perusahaan-perusahaan di Jerman sekarang ini, baik itu perusahaan-perusahaan besar atau pun kecil, bila tidak ingin bangkrut menerapkan segala macam pakem sukses mulai dari sertifikasi kualitas, lingkungan, kesinambungan sampai optimasi-optimasi manajemen yang kompleks, seperti Kaizen, Kanban, Just-in-time dll. Demikian juga untuk menghadapi tantangan abad ke-21 ada perusahaan yang masuk bursa dan tetap bertahan tanpa bursa, semua itu strategi bertahan dan menjadi sukses.

Tapi apakah kesemua usaha itu menjamin keberhasilan usaha ?? Tentu saja TIDAK, manajemen menurut Prodoehl pada prinsipnya adalah manajemen ketidakpastian dan kompleksitas, tidak ada jaminan 100% atas keberhasilan dari usaha dan keputusan perusahaan atau individu, yang ada hanyalah usaha mempersempit kegagalan.

Nah, abad 21 ini menurut Gerd H. Prodoehl memiliki dimensi baru ketidakpastian dan kompleksitas, yang menuntut paradigma baru untuk mengkonfrontasi dan menghadapinya. Tidak lagi cukup menghadapi tantangan abad 21 ini dengan manajemen klasik 1.0, tapi dibutuhkan pembaruan, penambahan dan modifikasi manajemen sehingga manajemen tidak lagi hanya menjadi instrumen mencapai sukses tapi instrumen yang proaktif mencari jalur sukses, manajemen tidak lagi mengadaptasi tujuan institusinya tapi membuat institusi aktif beradaptasi untuk menggapai kesuksesan.

Selain itu menurutnya juga, manajemen abad 21 itu juga harus mampu menstimulasi dinamika internal institusi agar cerdik, cekatan, aktif dan tahan banting, adaptif dan proaktif, fleksibel dan elastis dalam menyelami dinamika lingkungan eksternal supaya tidak tercecer dan ketinggalan kereta.

Jadi bila Nurul Arifin melalui cuitannya yang menghebohkan medsos dan media utama, menilai blusukan itu tidak cocok untuk memanej Indonesia di abad 21 ini, ya mungkin ia menilai manajemen lawas 1.0 dari balik meja dan mengontrol dari atas awan lebih pas untuk Indonesia di abad 21 ini, ya itulah pendapatnya dia, haknya dia berpendapat apa saja. Tapi sampai muntah menurut saya lebay namanya, sehingga maklum saja bila reaksi jengkel sampai lebay pun bermunculan dari para tweeps yang pro blusukan, gak mengherankan lah.

Saya pribadi menilai, manajemen lawas sudah dikerjakan oleh banyak kabinet, hasilnya ??? Puas ??? Lalu sekarang model manajemen baru diterapkan untuk menghadapi abad 21, kenapa tidak, lah memang abad 21 memiliki dimensi baru kompleksitas dan ketidakpastian, sehingga butuh kecepatan tanggap, fleksibilitas dan tajam seperti dijelaskan di atas, tentu butuhlah para ksatria dan srikandi kabinet ini mengaplikasikan kuda-kuda dan jurus pencakar langit yang lebih canggih dari model klasik. Kalau masih tidak setuju juga, ya gak harus muntah, sumbanglah dengan analisa dan pendapat yang lebih melangit, ya kan ... gitu saja repot. (ACJP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun