[caption id="attachment_352612" align="aligncenter" width="428" caption="Hoerbuecher alias Audiobook alias buku audio (dok pribadi)"][/caption]
Pernah dengar tentang Hörbücher atau Audiobook ?? Hörbücher sebetulnya adalah buku, bedanya buku harus dibaca sedangkan Hörbuch didengarkan. Buku audio ini untuk orang yang dalam perjalanan atau sedang nyetir sendiri, tapi suka membaca buku, maka buku audio ini bisa menjadi pilihan untuk menggantikan buku sebagai pengusir bosan. Di Jerman banyak peminatnya, termasuk anak-anak dan suami saya.
Ketika anak-anak kami kecil apalagi, pernah ketika kami melakukan perjalanan hampir 4000 km menembus Eropa dari Utara ke Selatan, untuk mengusir kebosanan anak-anak di dalam mobil, kami selalu memainkan Hörbücher atau Buku Audio ini, dulu sih banyaknya masih dalam bentuk kaset.
Mulai dari Nemo, Frau Holle, Petterson und Findus, Sindbad, Paddington. Favorit anak-anak dulu adalah Nemo, mungkin juga karena mereka pernah nonton Nemo jadi mendengarkan dongengnya lagi dari kaset seperti nonton filmnya. Terus terang sangat membantu buku audio ini karena anak-anak menjadi tenang dan asyik mendengarkan, seperti didongengkan barangkali, ya. Bahkan saya pun turut menikmati dan sampai hafal pula percakapan-percakapan dalam cerita Nemo itu, karena seringnya dimainkan hehe.
Dulu waktu saya kecil, saya masih ingat ada Sanggar Cerita, saya dulu juga punya beberapa kaset cerita dari Sanggar Cerita ini. Tapi terus tak terdengar lagi ya. Padahal untuk orang seperti suami saya yang waktunya di rumah terbatas dan sering pergi dinas, buku audio ini sangat menolongnya untuk mengusir bosan selama nyetir. Jadi dalam buku audio itu, selain kualitas buku, kualitas yang membacakannya pun perlu sekali baik, supaya menarik.
Rubrik buku di Kompasiana kurang bergairah
Kalau saya perhatikan, dalam rubrik media di kompasiana rubrik buku jarang ya ... lebih sering diisi oleh tulisan-tulisan untuk rubrik new media dan mainstream media. Saya sendiri kurang yakin apa definisi dari new media dan mainstream media yang digagas oleh pendiri kompasiana, karena terus terang saya perhatikan isi tulisan yang muncul dalam rubrik Internet dan New Media, hanya beda tipis saja.
New media saya mengerti sebagai media terbaru digital dan online lalu mainstream media adalah media utama yang memang biasa dikonsumsi selama ini seperti koran atau televisi. Lalu apa isi tulisan new media misalnya melulu hanya tentang media terbaru yang sedang meroket atau semua substansi dalam new media, bisa masuk kategori rubrik ini, tapi .... kalau begitu apa bedanya dengan rubrik tematis lainnya ?? Ah ... bagi saya pembagian rubrik ini terkadang rancu dan membingungkan.
Saya tahu, para kompasianer aktif maupun tidak terlalu aktif dan hanya pembaca pasif seperti saya, sangat menyukai menulis, berbagi informasi dan seyogyanya juga membaca. Namun, yang saya tidak mengerti kenapa resensi buku jarang sekali saya temukan, padahal sebagai orang jauh dari tanah air terkadang saya ingin tahu lho buku-buku bermutu terbaru berbahasa Indonesia apa yang sedang ramai dibaca.
Buku Audio Belum Disukai di Indonesia
[caption id="attachment_352613" align="aligncenter" width="636" caption="Buku dibeli (dok pribadi)"]