[caption id="attachment_317724" align="aligncenter" width="300" caption="dok http://www.dein-blechschild.de/bilder/produkte/gross/143S15009_Blechschild-Technik_39.jpg"][/caption] Sejak umur 11 tahun, putra kami mengungkapkan ingin menjadi loper koran, ketika ia tahu bahwa di Jerman paling muda anak berumur 13 tahun dapat bekerja sebagai loper koran. Setengah tidak percaya, saya tanya alasannya, yang ia jawab dengan ringan ingin mengumpulkan uang. Tentu saja, saya tanya lagi karena ingin tahu lebih dalam, uang yang terkumpul itu untuk apa. Putra saya menjawab dengan ringan, untuk mainan.
Sebagai orangtua, memang kami tidak selalu meluluskan semua keinginan anak-anak. Apalagi bila dibandingkan dengan beberapa teman Jerman putra kami atau anak teman kami lain seusianya, terkadang saya merasa saya terlalu memanjakan anak-anak karena memberi anak-anak uang saku lebih banyak. Padahal, saya memberikan uang saku itu sesuai dengan anjuran pendidik Jerman, yang bisa dibaca di internet.
Pendidikan mengelola uang sudah saya terapkan cukup dini pada anak-anak, demikian juga ketika mereka bersekolah di Indonesia. Bedanya, uang jajan anak-anak saya dulu paling sedikit dibandingkan teman-teman dekatnya, karena anak-anak kami selalu membawa bekal setiap hari ke sekolah jadi tidak perlu jajan.
Sementara teman-teman anak-anak saya di Indonesia selalu jajan dan makan besar di sekolah. Jadi apa yang diterima anak-anak saya selama seminggu, hampir sama dengan uang saku satu hari rata-rata teman-temannya. Alhamdulillahnya, anak-anak saya dulu tidak pernah memprotes saya, ketika saya jelaskan kenapa saya tidak setuju mereka jajan di sekolah dan lebih memilih membekali mereka setiap hari, walaupun bagi saya merupakan pekerjaan tambahan setiap pagi yang membuat repot, sebetulnya jauh lebih mudah merogoh dompet dan membekali mereka uang.
Anak Bekerja di Jerman
Seperti negara maju pada umumnya, di Jerman anak dilindungi hukum. Hukum demikian kuat dan ditegakkan, sampai-sampai bila tetangga bisa membuktikan bahwa anak-anak tidak diperlakukan dengan baik dan seharusnya oleh orangtuanya, maka orangtua tersebut dapat kehilangan hak dalam mendidik dan mengasuh anak-anak mereka sendiri.
Demikian juga dalam hal bekerja, Jerman memiliki Hukum Perlindungan Anak dan Remaja yang ketat. Secara sederhana, Hukum Perlindungan Anak dan Remaja ini di Jerman berlaku untuk anak yang belum genap berumur 18 tahun. Secara hukum, anak dan remaja di bawah 18 tahun dan di atas 13 tahun dapat bekerja. Bedanya di lama jam kerja dan jenis pekerjaan.
Mulai umur 13 tahun, anak dapat bekerja yang ringan-ringan untuk menambah uang saku di waktu sekolah, misalnya seperti putra kami menjadi loper koran, menjaga anak yang lebih kecil, membantu belanja, memberikan les tapi itu hanya dilakukan maksimal 2 jam dalam seminggu dan dilakukan antara jam 8 pagi sampai jam 6 sore.
Mulai umur 15 tahun, remaja dapat bekerja selama 4 minggu dalam setahun artinya 8 jam perhari selama 4 minggu atau 20 hari kerja dalam setahun di liburan sekolah misalnya. Namun bukan orang Jerman bila peraturannya tidak detil, karena untuk anak usia 15 -17 tahun ini juga dimungkinkan bekerja lebih dari 20 hari kerja dalam setahun bahkan sama seperti pekerja umur produktif bisa bekerja sampai maksimal 40 jam kerja per minggu, bila mereka sudah tidak wajib belajar (wajib belajar di Jerman tergantung jenis sekolah, bila mengambil pendidikan (sejenis SMK) maka mulai kelas 10, mereka tidak masuk wajib belajar lagi).
Belajar Bekerja Semasa Remaja, Kenapa Tidak ??
Saya sendiri walaupun agak khawatir dan was-was, berusaha mengerti keinginan putra saya. Tidak ada salahnya saya kira, memberikannya kepercayaan dan membuatnya belajar bertanggung jawab atas tugas dan pekerjaannya. Steve Jobs, Bill Gates, Zuckerberg adalah contoh-contoh anak muda yang mulai bekerja di usia muda. Daripada putra saya, duduk di depan komputer chatting tidak jelas, atau main game saja, atau nongkrong entah di mana, saya lebih tenang bila tahu ia sedang berkeringat memasukkan koran dari satu kotak pos ke kotak pos lainnya dan mengambil hikmah dari sulitnya mendapatkan cent demi cent dari usahanya sendiri. Semoga usahanya ini bermanfaat untuk hidupnya kelak di kemudian hari. (ACJP)