Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Keindahan Edensor yang Berbalut Salju

19 Januari 2018   13:44 Diperbarui: 19 Januari 2018   18:51 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangkaian liburan kami, Edensor di Derbyshire menjadi salah satu tujuan kunjungan. Pagi akhir bulan Desember 2017 itu, suhu di Sheffield sangat dingin dan turun salju. Perangkat navigasi kami memperlihatkan perjalanan ke sana hanya sekitar 30 menit. Namun, berita pagi yang kami dengar sebelumnya di hotel mengingatkan untuk tidak keluar rumah, karena beberapa tempat di Inggris Raya lumpuh oleh salju yang turun dengan tiba-tiba dan berlimpah.

Tapi tekad kami sudah bulat, sungguh kuat juga pengaruh buku Edensor ini terutama di saya yang untungnya dimaklumi oleh suami. Dari keempat buku dalam tetraloginya Andera Hirata, hanya Edensor yang bisa membuat saya membaca tanpa henti hampir hanya dalam waktu 3 jam, dengan senang dan rakus pula lho membacanya, karena banyak bagian yang lucu dan momen-momen de ja vu bagi saya.

Hutan berbalut salju menuju Edensor (dokumentasi pribadi)
Hutan berbalut salju menuju Edensor (dokumentasi pribadi)
Keluar dari kota Sheffield menuju Derbyshire, kami melalui kawasan hijau yang memutih dan hutan dengan pohon berdaun salju. Bahkan kami melalui kawasan yang namanya Robin Hood segala. Berhubung kami keluar cukup pagi, jalan-jalan masih sangat lengang, pandangan ke depan hanya putih. Sisanya gelap dan samar-samar tertutup butiran salju lembut. Dengan perasaan khawatir dan waspada, kami mulai juga perjalanan ke Edensor. Sayang sekali kan, sudah di Sheffield kalau tidak jadi ke Edensor.

Kecantikan daerah Derbyshire ini bisa saya bayangkan akan terlihat hijau asri saat musim panas. Karena sepanjang perjalanan ke sana, kepadatan kota tidak lagi terlihat. Ya.... C'est la vie,mungkin memang hidup harus begitu, kadang putih, kadang hijau, ya kan. Kami ambil hikmahnya saja, Edensor hijau mungkin sudah banyak kita lihat di internet, maka giliran saya melihat Edensor berbalut salju dan membaginya di Kompasiana.

Gambaran Andrea Hirata tentang Edensor, mulai saya cari-cari dalam ingatan. Tidak mudah memang, maklum saya membaca buku itu hampir 10 tahun yang lalu Tapi sensasi dan keheranan terhadap saya hingga bisa terpaku dan lupa diri selama 3 jam, oleh pesona sebuah buku, yang masuk nominasi penghargaan sastra KLA ini, cukup menghenyakkan juga. Jadi melihat langsung Edensor, bagi saya mungkin lebih kepada menenangkan rasa penasaran dan menyamakan bayangan dan kenyataan.

Salah satu jalan di Edensor (dokumentasi pribadi)
Salah satu jalan di Edensor (dokumentasi pribadi)
Sesampai di gerbang Edensor, suasananya sangat sepi. Hanya ada satu orang saja terlihat sedang masuk melalui gerbang kota atau lebih cocok disebut desa karena kecilnya. Nampaknya jumlah rumah  yang ada di situ pun dapat dengan mudah dihitung cepat, jalannya juga dari depan gereja St Peter yang terpampang di sampul buku Andrea Hirata, hanya ada 2 jalan dan selesai di dalam radius 1 km saja? Setelah foto-foto dan jalan-jalan di sekelilingnya, kami pun putuskan untuk masuk mobil. 

Dingin sangat menggigit, diiringi mata-mata memperhatikan dari balik jendela. Saya cukup yakin, pengaruh buku Edensor ini, penduduk Edensor mungkin sudah tidak asing lagi dengan wajah-wajah Asia seperti saya. Tentu banyak orang Indonesia datang dan juga ingin menenangkan rasa penasarannya akan Edensor... hehehe.

Edensor dari atas (dokumentasi pribadi)
Edensor dari atas (dokumentasi pribadi)
Yang pasti, penasaran saya terobati. Orang Jerman bilang, tidak bisa kita bertengkar tentang selera. Selera saya tentang desa asri, mungkin tidak sama dengan Andrea Hirata, Edensor memang tenang. Namun, tetap buku Edensor adalah salah satu buku favorit saya. (ACJP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun