2 Hari yang lalu kami nonton pertandingan bola volley Champion League Eropa, antara tim Jerman dan tim Zenit Kazan dari Rusia. Tim volley Zenit Kazan adalah juara bertahan Champion League Eropa tahun lalu. Koran Jerman menyebut tim Zenit Kazan ini sebagai raksasa dari Kazan. Ternyata, memang tidak berlebihan karena pemain Zenit Kazan rata-rata di atas 2 meter tingginya, Liberonya paling pendek (185 meter tingginya!). Padahal, sebelum melihat tim Zenit Kazan ini, saya berpendapat tim Jerman tinggi-tinggi tapi ketika mereka berhadapan, waaahhh ... ternyata sebutan raksasa untuk tim Zenit Kazan ini tidak berlebihan.
Set pertama, tidak hanya membuat pemain Jerman nervus tapi juga membuat saya terpana. Belum pernah saya melihat tim Jerman favorit saya ini demikian tak berdaya dan hampir boleh dikatakan tanpa perlawanan. Service ngawur dan bola tidak dapat dikembalikan sampai smash yang selalu berhasil diblok, sungguh membuat saya juga berkeringat dingin. Raksasa dari Kazan ini demikian kuat, Ingo penabuh genderang pemimpin fans dari tim Jerman, berulang kali berusaha menebarkan semangat untuk tim Jerman, supaya mulai berjuang. Tabuhan Ingo terdengar bertalu dalam lesunya suasana. Set pertama berakhir 13-25 untuk raksasa dari Kazan.
Set kedua, lebih baik ... usaha penonton menggelorakan semangat juang membuahkan hasil, tim Jerman walaupun mepet berhasil menang. Jangan ditanya bagaimana reaksi penonton Jerman saat angka 25-23 berhasil dicetak tim Jerman, seluruh stadion terasa bergetar, semua loncat dari tempat duduknya dan berteriak lega. Sayangnya, saya tidak mengabadikan momen itu, karena saya pun turut loncat-loncat girang hehehe. Bagaimana tidak senang, pertandingan yang menghimpit dari awal ini bagaikan pertarungan antara David dan Goliath. Hanya keajaiban yang bisa membuat tim Jerman menang.
Set ketiga, kembali dimenangkan oleh si raksasa dari Kazan 13-25, tim Jerman terasa mengendor perlawanannya atau memang karena kepiawaian tim bintang ini, ya? Tim bintang dari Kazan ini memang luarbiasa, terutama saat Wilfredo Leon memberikan service. Belum pernah saya lihat dari banyaknya pertandingan bundesliga satu bola volley Jerman, service tidak bisa dikembalikan sampai beberapa kali. Moderator pertandingan malah menyinggung kecepatan service dari Wilfredo Leon ini sampai mencapai kecepatan 130 km/h wawwww ... kalau memang kecepatan service Leon secepat itu, sungguh fantastis dan bisa dimengerti bila tim Jerman sulit mengembalikannya. Bila menahan mobil dengan kecepatan ini kan, bukan hanya benjol tapi remuk.
Set keempat, kembali tim Jerman kerja keras untuk mengimbangi kekuatan panzer tim Kazan ini. Hampir bisa mengimbangi bila tidak gagal service. Tapi harus diakui, raksasa dari Kazan ini memang satu kelas di atas tim Jerman. Lebih kuat, lebih bervariasi, lebih cepat ... tim Jerman kembali kalah 21-25. Sebagai penonton, tentu saya berharap setidaknya set keempat ini bisa menang, jadi bisa lebih lama menikmati kehebatan tim Kazan. Tapi yah ... nasib bercerita lain.
Hah ... belum pernah saya pulang nonton pertandingan volley, walaupun tim favorit saya kalah tapi rasanya eufori senang dan puas sangat eksplosif dalam hati saya. Pelatih tim Jerman sendiri, mengatakan di koran kemudian bahwa walaupun timnya kalah ia tetap bangga timnya bisa memberikan perlawanan di set kedua. Demikian juga saya, argh ... rasanya bisa menyaksikan kepiawaian para bintang ini seperti makan gourmet di restoran berbintang-bintang, walaupun harus bayar mahal tapi puas sampai ke ujung kuku. (ACJP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H