Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Nasib Mobil Listrik saat Harga Minyak Dunia Jatuh

28 April 2016   16:48 Diperbarui: 29 April 2016   19:28 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobil listrik (dok. pribadi)

Mobil-mobil mini dengan konturnya yang manis terlihat genit terparkir dekat stasiun pengisi listrik di banyak kota di Eropa. Diaman dalam etalase ini sayangnya terlihat memelas, karena jalanan masih didominasi oleh kepongahan kendaraan berbahan bakar bensin dan diesel. Walaupun batuknya kendaraan bermotor ini memicu para pakar lingkungan untuk keras bersuara tapi bahkan di Jerman, di negara dengan mayoritas penduduk sadar lingkungan, mobil listrik tidak mampu mendobrak pasar otomotif dan menembuskan imej bersihnya di jalanan.

Bayangkan saja, berapa perusahaan mobil mengakar dari Jerman, VW, Audi, Mercedes, Porsche, BMW, Maybach menyandang nama-nama gemilang Jerman. Belum lagi produksi mobil listrik beroda empat pertama dibuat pula oleh perusahaan Jerman Flocken dari Coburg, namun pionir pembuat tidak otomatis menjadi pionir pengguna. Mobil-mobil listrik di Jerman baru tersingkap bungkusnya, belum terbuka betul apalagi distarter.

Terkadang dunia dan isinya memang aneh bin ajaib, munafik-er kelas kakap, ribut menyoal tingginya emisi CO2 dari kendaraan, kebisingan di jalan, perubahan iklim, bolongnya ozon tapi giliran beli mobil pribadi, pilih kendaraan yang boros bensin dan berknalpot bising. Urusan perubahan iklim? ... Ah itu sih tanggung jawab Cina, yang berpenduduk seperlima jumlah penduduk dunianya, pengayuh sepeda yang mulai tertarik dan mampu bermotor serta bermobil ria. Benarkah?

Mari kita tengok Cina, pemerintah Cina memang paling tinggi menargetkan untuk mengeluarkan izin berkendara mobil listriknya sampai tahun 2020 dibandingkan USA, Jepang, Perancis, Kanada, atau Jerman. Pembebasan pajak dan premi pembelian mobil listrik dari tahun 2014-2016 pun dijamin pemerintahnya. Tapi bagaimana dengan negara-negara industri maju, negara tanpa aturan yang diktatoris?

Mobil listrik tidak hanya mengungkap manisnya gula, tapi juga pahitnya kehidupan. Bila listrik habis dalam mobil listrik ini, memang tinggal nyolok saja dari stastion pengisi, tapi siapa dan apa yang mengisi stasion pengisi? Sebuah dilema teknologi, yang tidak hanya dipertanyakan oleh mantan bos VW Winterkorn, tapi juga ibu-ibu seperti saya. Ketahanan energi listrik, siapa yang berani menjamin?

Lalu pertanyaan selanjutnya, mobil listrik bersih... kata siapa? Bagaimana kalau listrik yang dipasok dari stasion pengisi itu berasal dari batubara, batubara muda lagi, yang efisiensi pembakarannya hanya 20%-an saja. Masih mau congkak mengatakan mobil listrik bersih?  

Mobil listrik ini memang indah terlihat dan dipegang saat kendaraan berbahan bakar bensin dan diesel belum ditemukan atau saat krisis dan harga minyak bumi melonjak angkuh di udara. Sekarang saat harga minyak bumi jatuh mobil listrik hanya pantas dipajang di etalase.

EU alias Uni Eropa memang selalu memperketat batas ambang emisi CO2 yang dikeluarkan kendaraannya dari tahun ke tahun. Tahun 2020 targetnya 95 gram/km. Eropa makin bersih emisi saja, Jerman pun di sektor produksi energi telah mencanangkan melepas satu demi satu sumber energi konvensional dan nuklirnya lalu mulai mengarah pada energi terbarukan, dengan target 100% listrik dipasok dari energi terbarukan pada tahun 2050.

Lalu baru-baru saja dalam Konferensi Permobilannya Jerman berani memutuskan untuk memberikan premi 4000 Euro bagi pembeli mobil listrik. Nah lho... saya pun terdiam, bila saja target Jerman tercapai, batubara (apalagi yang muda) tidak lagi dibakar untuk memenuhi kebutuhan listrik, tapi gantinya aliran air dan matahari sumber listriknya maka terjawab sudah ternyata mobil listrik memang 'semakin' bersih.

Mungkin inilah takdir dan nasib langkah panjang mobil listrik, majunya hanya setahap demi setahap, tapi tidak pernah dilupakan dan tidak pernah lelah diusahakan. Mungkin suatu saat nanti, saat minyak bumi habis terbakar, gas bumi tak lagi terhembus keluar dan batubara lenyap, mobil listrik dapat menjadi bukti bahwa masih ada sebuah kehidupan yang tidak kalah modern dengan pendahulunya. Semoga. (ACJP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun