Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pendingin Ikan Bertenaga Surya di Kampung Nelayan Indonesia, yang (Hampir) Terlupakan

13 Desember 2014   00:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:25 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_382215" align="aligncenter" width="440" caption="Pendingin Ikan berbasis tenaga surya di Indonesia, dari www.reeep.org/projects/financing-solar-powered-cold-storage-indonesian-fishing-communities"][/caption]

Dengan bergeliat dan gencarnya pemberitaan Kementerian Perikanan di bawah Ibu Susi, pembaca online jadi mengikuti lebih dalam bidang perikanan di negara maritim kita, Indonesia. Dan masalah yang sekarang sedang marak jadi bahan pembicaraan adalah menangkapi kapal asing liar yang memancing di perairan Indonesia. Sayangnya, ada hal penting lain yang luput diangkat oleh media adalah kerugian nelayan kita karena tidak adanya fasilitas pendingin ikan yang memadai.

[caption id="attachment_382218" align="aligncenter" width="557" caption="Pasar ikan tradisionil Indonesia tanpa atau sedikit pendingin ikan, dari www.reeep.org/projects/financing-solar-powered-cold-storage-indonesian-fishing-communities"]

14183806381228697234
14183806381228697234
[/caption]

Nah... berapa kerugian nelayan karena tidak adanya fasilitas pendingin ini? 15-30%. Tinggi ya! Jadi bisa dibayangkan, nelayan Indonesia itu selain harus berpacu dengan kapal asing yang mungkin lebih canggih juga ternyata bila ikan sudah tertangkap pun harus merugi karena 15-30% hasil tangkapannya tidak segar, amis atau membusuk dan tak layak jual karena tidak adanya fasilitas pendingin ikan ini. Untuk itu, hampir semua ikan yang ada dikeringkan dan jadi ikan asin, karena memang itulah jalan satu-satunya nelayan untuk mengawetkan ikan saat ini. Padahal tidak semua peminat ikan ingin ikan asin.

Bila melihat penjualan ikan sekarang ini di Jerman, ikan dari Vietnam tidak hanya memenuhi lemari pendingin di toko-toko Asia tapi juga di supermarket-supermarket besar Jerman. Terutama impor ikan pangasius atau ikan patin dari Vietnam walaupun bermasalah tapi tetap saja mendominasi impor ikan patin di Jerman. Jerman tahun 2010 mengimpor ikan patin sebanyak 50.000 ton. Nah... menurut saya dengan diragukannya kualitas ikan dari Vietnam ini, harusnya menjadi peluang ekspor ikan laut Indonesia masuk Jerman, ya kan.

Kerugian 15-30% itu, informasi yang saya baca dari sebuah buku, yang belum lama ini saya pinjam di perpustakaan di Jerman. Buku berisi karya ilmiah yang dikeluarkan tahun 1997, yang mana salah satunya berisi penelitian orang Jerman tentang kenapa pendingin bertenaga surya di Indonesia tidak berhasil. Padahal proyek pilot penelitian ini pernah ada tahun 1986 dilakukan antara BMFT dan BPPT dalam proyek Sonnendorf Indonesien. Tapi setelah penelitian selesai, aplikasi terhenti dan tidak meluas di bidang ini tanpa keuntungan yang berarti untuk para nelayan.

[caption id="attachment_382220" align="aligncenter" width="588" caption="Buku yang sedang saya baca (dok pribadi)"]

1418380939824781537
1418380939824781537
[/caption]

Sungguh disayangkan bahwa aplikasi pendingin ikan bertenaga surya ini tidak meluas, padahal matahari di Indonesia kan melimpah, tidak perlu sambungan listrik apalagi kalau kampung nelayannya terpencil. Lalu saat saya browsing di Internet ternyata sebuah proyek sejenis sedang berjalan dari tahun 2013 sampai tahun 2014, tapi kali ini dengan Swiss, untuk membuat cold storage atau pendingin ikan bertenaga surya di kampung nelayan Indonesia. O syukurlah, semoga tidak hanya terhenti di situ saja dan kali ini memberikan manfaat yang positif untuk para nelayan. Menurut tautan ini, ada 800 kampung nelayan kecil di Indonesia, yang hampir semuanya tanpa fasilitas pendinginan ikan.

Sebetulnya teknologi pendinginan itu sekarang sudah sangat beragam. Entah itu, teknologi hardwarenya ataupun pilihan jenis refrigerannya, demikian juga sumber energinya bisa berbasis tenaga surya, bio massa, tenaga angin dll. Bila 800 kampung nelayan ini bisa difasilitasi pendingin, tentu produksi ikan Indonesia bisa maju pesat. Teknologi tinggal memilih dan menerapkan, sebetulnya tunggu apa lagi? (ACJP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun