Mohon tunggu...
Kristupa Saragih
Kristupa Saragih Mohon Tunggu... -

Mulai menulis sejak 1991 dan mulai memotret sejak 1992. Menimba ilmu di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Mantan koresponden Majalah Hai, tahun 1992-2000. Mengabdikan ilmu dengan bekerja sebagai field engineer Schlumberger, sebuah perusahaan multinasional di bidang jasa perminyakan, dan ditempatkan di Vietnam dan Mesir. Sekarang berprofesi sebagai fotografer profesional. Mendirikan dan menjalankan situs komunitas fotografi Fotografer.net, yang terbesar di Asia Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Leica M9, Kamera Rangefinder Mahal tapi Pembeli Antri

28 April 2010   08:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:32 5461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_128593" align="alignleft" width="150" caption="Leica M9"][/caption] Siapa yang tak kenal Leica, merk legendaris produsen alat-alat optik. Kamera dan lensanya sudah menjadi saksi sejarah sejak awal abad 20. Kualitas selalu prima dan harga yang tak kalah prima pula. Awal pekan ini saya berkesempatan menyertai seorang teman mengambil Leica M9 pesanannya. Kamera Leica seri M adalah kamera-kamera bertipe rangefinder. Artinya, letak jendela bidik berbeda dengan lensa yang merekam gambar. Kamera-kamera yang lazim kita temui berjenis prism-finder, yang menggunakan prisma, sehingga gambar yang terlihat di jendela bidik sama dengan gambar yang terekam. Sebagai produsen kamera legendaris, Leica tak tenggelam di era fotografi digital dengan merilis pula kamera-kamera digital. Tahun 1998 Leica merilis kamera digital pertama berjenis kamera saku Leica Digilux. Respon produsen asal Jerman ini memang rada lambat, dan baru merilis kamera digital seri rangefindernya bulan September 2006 Leica M8 10,3 megapiksel. Baru pada September 2009 Leica melanjutkan suksesor seri-M yakni Leica M9. Tapi sejak itu, siapapun yang bisa memperoleh Leica M9 dipandang bak orang istimewa. Barang sedikit dan berharga mahal, tapi pembeli antri panjang. Hingga hari ini konon di salah satu toko di Jakarta saja masih tercatat lebih dari 100 orang masih antri membeli Leica M9. [caption id="attachment_128594" align="aligncenter" width="500" caption="Leica M9 dark silver body ketika baru dikeluarkan dari dus - Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Padahal, harganya tak murah. Kamera 18 megapiksel ini bisa ditebus dengan merogoh kocek lebih dari Rp 70 juta, hanya bodi kamera saja. Lensa dibeli terpisah. Lensanya pun tak murah. Lensa termurah Leica untuk bodi seri M adalah Leica 50mm f/2.5 Summarit seharga sekitar Rp 13 juta. Di jajaran termahal, ada lensa normal Leica 50mm f/0.95 Noctilux musti ditebus dengan uang sekitar Rp 110 juta. Keistimewaannya tidak hanya di kualitas optik yang prima, tapi juga di bukaan diafragma yang bisa dimaksimalkan hingga f/0.95. [caption id="attachment_128596" align="aligncenter" width="500" caption="Lensa Leica 35mm f/1.4 Summilux bersama Leica M9 dark silver body - Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Saat ini, merk-merk kamera populer memang buatan Jepang, seperti Canon, Nikon, Sony dan Olympus. Sementara kamera non-Jepang yang saat ini masih tegak berdiri gagah adalah Leica buatan Jerman dan Hasselblad buatan Swedia. Tentu, pemilik kamera Leica bukan orang sembarangan. Tapi fotografi sejatinya jauh dari unsur-unsur materialisme. Memang benar, alat yang bagus membantu dan mempermudah fotografer membuat foto bagus. Tapi untuk membuat foto bagus tak mutlak pakai kamera dan lensa mahal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun