Mohon tunggu...
Kristupa Saragih
Kristupa Saragih Mohon Tunggu... -

Mulai menulis sejak 1991 dan mulai memotret sejak 1992. Menimba ilmu di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Mantan koresponden Majalah Hai, tahun 1992-2000. Mengabdikan ilmu dengan bekerja sebagai field engineer Schlumberger, sebuah perusahaan multinasional di bidang jasa perminyakan, dan ditempatkan di Vietnam dan Mesir. Sekarang berprofesi sebagai fotografer profesional. Mendirikan dan menjalankan situs komunitas fotografi Fotografer.net, yang terbesar di Asia Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kisah Bagasi yang Tak Sampai - Petualangan ke Biak [8]

23 Februari 2010   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:46 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiba di Frans Kaisiepo, Tapi Bagasi Entah Ke Mana. [caption id="attachment_37195" align="alignright" width="300" caption="Bagasi saya tidak terbawa oleh Garuda. Yulius Baen, petugas dari Gapura Angkasa, melayani laporan kehilangan bagasi dan menuliskan laporan untuk kemudian dilanjutkan dengan pelacakan ke bandara-bandara yang saya kunjungi dalam perjalanan menuju Biak. Dalam penerbangan GA 650 yang tiba di Biak hari Minggu (20/9) itu saya membawa 2 koli bagasi, yakni 1 koper pakaian dan 1 tas tripod. Hanya tas tripod yang sampai di Biak, sementara koper pakaian belum diketahui rimbanya. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Hari pertama di Biak, Minggu (20/9) berlalu begitu saja. Setelah lebih dari 24 jam sejak ketibaan di Biak, belum ada kabar perihal bagasi saya tak sampai. Ilias, teman yang tinggal di Biak, berbaik hati meminjamkan beberapa helai baju. Tapi tentu tanpa perlengkapan pribadi, alat mandi dan lain-lain, badan terasa tak nyaman. Celana dan pakaian dalam pun tak berganti. Suasana Hari Raya Lebaran masih dinikmati penduduk Biak, dan semua toko tutup. Hari kedua di Baik, Senin (21/9) saya mulai gelisah. Hunting foto pagi tak terlalu konsentrasi. Sorenya, saya dan Ilias mendatangi Lost & Found Bandara Frans Kaisiepo, tapi tak menjumpai Pak Yulius Baen, petugas yang menerima laporan kehilangan bagasi saya sehari sebelumnya. Kami berinisiatif mendatangi rumah Pak Yulius petang itu, atas petunjuk alamat rekan-rekan kantornya. Hari sudah gelap tatkala saya dan Ilias memarkir mobil di tepi jalan, di muka sebuah klinik, dan masuk gang sempit tempat Pak Yulius tinggal. Semula kaget, Pak Yulius tetap melayani kami dan menunjukkan kesungguhannya membantu. Ia bahkan ingat nomor teleks dan nomor surat laporan kehilangan bagasi saya, seraya menjelaskan kronologi perjalanan laporan kehilangan itu ke Jayapura, Makassar dan Jakarta. Sarannya, tunggu saja ketibaan penerbangan GA 650 keesokan hari, kalau-kalau bagasi saya sudah dibawa. Pak Yulius tak yakin, dan tak bisa menjamin, tapi ia sungguh-sungguh membantu semampunya. [caption id="attachment_80284" align="alignright" width="300" caption="Antoni, petugas di kantor perwakilan Garuda Indonesia di Biak, menelepon rekan kantornya di Jakarta untuk mencari kabar perihal bagasi saya yang hilang, Senin (21/9). Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Pukul 6 WIT, saya dan Ilias mendatangi kantor perwakilan Garuda Indonesia di Biak. Hanya ada Antoni, satu-satunya petugas yang sedang bertugas hingga kantor tutup pukul 9 malam. Sebagai petugas piket, sebenarnya Antoni hanya mengurusi tiket saja. Tapi karena kami berdua setengah memaksa, Antoni pun menelepon rekan kantornya di Jakarta. Sudah banyak telepon yang dibuat, tapi belum ada kejelasan. Ilias mengajak saya makan malam sebentar. Pukul 7.30 WIT, 36 jam sudah bagasi saya tak ketahuan rimbanya. Saya dan Ilias kembali mendatangi Antoni. Dengan senyum tersungging di bibir, Antoni mengabarkan bahwa bagasi saya sudah ditemukan. Ternyata kelalaian petugas di Bandara Adisucipto membuat koper saya tak terangkut dan tertinggal di Jogja. [caption id="attachment_80286" align="alignright" width="225" caption="Setiba bagasi di Biak, ada beberapa berkas yang harus diisi sebelum saya bisa membawa pulang bagasi saya yang hilang, Selasa (22/9). Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Tak ada amarah yang muncul, hanya perasaan lega yang diikuti ucapan terimakasih bertubi-tubi kepada Antoni. Sebuah nomor telepon diberikan kepada saya, dan sejurus petugas di Bandara Adisucipto mengabarkan bahwa koper saya itu baru saja meninggalkan Jogja. Penerbangan GA 650 dari Jakarta malam itu akan membawa koper saya menuju Biak. Perkiraan tiba di Biak, pukul 5:15 WIT keesokan hari. Malam itu saya tidur setengah tenang, tak sabar menanti pagi. Terhitung 48 jam sejak lenyap tak berkabar, bagasi akhirnya sampai juga di tangan saya. Petugas di Bandara Frans Kaisiepo meminta saya mengisi beberapa berkas. Koper saya utuh dan tak rusak, lantas segera saja dibawa ke penginapan dan sayapun berganti pakaian. Rasa pun jadi segar kembali. Seumur-umur, menumpang pesawat sejak kecil, saya belum pernah kehilangan bagasi. Tidak di luar negeri maupun di kota-kota kecil di dalam negeri. Tapi kehilangan bagasi di ujung timur Indonesia pada hari libur nasional cukup membuat hati deg-degan. Sebagai pemegang kartu anggota GFF (Garuda Frequent Flyer) Gold, saya mendapat banyak fasilitas. Di tiap bagasi anggota GFF Gold pasti ada tag "Priority" berwarna jingga. Tapi hari itu, sepertinya kartu GFF Gold dan tag Priority tak berdaya menghadapi kelalaian petugas. Tips Jika Bagasi Hilang [caption id="attachment_80289" align="alignright" width="225" caption="Tag di bagasi saya yang hilang dalam perjalanan Jogja-Jakarta-Makassar-Biak. Tiba di Biak Minggu (20/9), bagasi baru kembali 48 jam kemudian, Selasa (22/9). BIK adalah kode bandara Frans Kaisiepo Biak. LLGA ada kode untuk kependekan dari Lost Luggage GA (kode maskapai Garuda Indonesia). Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] 1. Anda harus hapal benar warna tas atau koper dan jenis bahannya. Dalam kasus ini, saya ingat benar bahwa koper saya berwarna hijau tua, dan dicocokkan dengan kode warna di tabel resmi IATA (International Air Transport Associaton). Saya pun ingat benar bahan koper adalah jenis hard shell tanpa ritsleting. Semua itu dicocokkan dengan tabel resmi bagasi menurut IATA. 2. Pastikan kartu bukti bagasi (baggage tag) ada di tangan sebagai bukti hukum bahwa Anda lah pemilik tas tersebut. Undang-undang tentang penerbangan sipil menjamin bahwa selama tag tersebut ada di tangan Anda, maka tanggung jawab atas bagasi ada di pengangkut, maskapai penerbangan. 3. Datangi bagian Lost & Found. Buat laporan resmi dengan mengisi berkas resmi yang tersedia. 4. Catat nama petugas yang melayani Anda, lihat bahwa nama sesuai dengan kartu identitas yang terpampang di dada dan cocokkan foto dengan wajah petugas. Catat pula nomor telepon kantor Lost & Found di bandara dan nomor ponsel petugas yang melayani Anda. Konfirmasikan catatan tersebut kepada petugas yang bersangkutan. 5. Hubungi petugas Lost & Found secara teratur setiap hari hingga terbit kabar perihal bagasi Anda. Merupakan hak Anda untuk memperoleh bagasi milik Anda. Dan merupakan tanggung jawab maskapai penerbangan sebagai carrier, seperti telah digariskan oleh undang-undang penerbangan sipil nasional, untuk memastikan bagasi sampai ke tangan pemilik dalam keadaan utuh. [caption id="attachment_80291" align="aligncenter" width="499" caption="Sebagai anggota GFF Gold, saya mendapat tag "Priority" di setiap checked-in baggage. Bagasi diprioritaskan tetap di pesawat jika seandainya pesawat kelebihan beban dan ada muatan yang musti diturunkan. Bagasi dengan tag Priority juga akan keluar dari perut pesawat terlebih dahulu setiba di bandara tujuan. Dalam kisah ini GFF Gold dan tag Priority itu tak berdaya. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Keberangkatan dari Jogja - Petualangan ke Biak [1] Butuh Keberanian untuk Sendiri - Petualangan ke Biak [2] Enam Jam Bersama GA 650 - Petualangan ke Biak [3] Tiba di Frans Kaisiepo, Tapi Bagasi Entah Ke Mana - Petualangan ke Biak [4] Pantai Bosnik Nan Asri - Petualangan ke Biak [5] Kisah Pak Koibur dan Hidangan Kelapa Muda - Petualangan ke Biak [6] Bandara Frans Kaisiepo Pernah Jadi Bandara Internasional - Petualangan ke Biak [7]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun