Mohon tunggu...
Kristupa Saragih
Kristupa Saragih Mohon Tunggu... -

Mulai menulis sejak 1991 dan mulai memotret sejak 1992. Menimba ilmu di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Mantan koresponden Majalah Hai, tahun 1992-2000. Mengabdikan ilmu dengan bekerja sebagai field engineer Schlumberger, sebuah perusahaan multinasional di bidang jasa perminyakan, dan ditempatkan di Vietnam dan Mesir. Sekarang berprofesi sebagai fotografer profesional. Mendirikan dan menjalankan situs komunitas fotografi Fotografer.net, yang terbesar di Asia Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Enam Jam Bersama GA 650 - Petualangan ke Biak [3]

11 Desember 2009   01:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 3341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malam Lebaran di akhir pekan, Sabtu (19/9), kali ini menjadi istimewa. Setelah berangkat dari Jogja dan transit di Jakarta selama 4 jam akhirnya waktu itu tiba juga. Pukul 20:50 WIB pengeras suara di Gate F5 Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta (CGK) Jakarta berkumandang. Perjalanan ke Biak, Papua dilanjutkan. Pukul 20:50 WIB petugas Gapura Angkasa mengingatkan sekuen naik pesawat berdasarkan warna stiker boarding pass. Hijau naik paling dahulu, dilanjutkan biru dan terakhir stiker merah. Antrian pun tertib dan tak lama. Penumpang yang duduk di kursi baris belakang berstiker hijau, sementara boarding pass penumpang di baris depan berstiker merah. Burung besi Boeing 737-400 Garuda Indonesia bernomor penerbangan GA 650 lepas landas dari tarmak Bandara Soekarno-Hatta pada jam 21:35 WIB, dari jadwal 21:15 yang tertera di tiket. Menembus langit Jakarta nan gelap. [caption id="attachment_36319" align="alignright" width="225" caption="Menu mi goreng di GA 650 pada segmen penerbangan Jakarta-Makassar, Sabtu (19/9). Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Kapten pilot Gultom yang memimpin penerbangan menyebutkan, waktu tempuh dari Soekarno-Hatta ke Bandara Hasanuddin (UPG) di Makassar diperkirakan 2 jam 7 menit. GA 650 transit terlebih dahulu di Makassar, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Biak. Cuaca dilaporkan baik selama penerbangan di udara Laut Jawa itu, demikian kata Kapten Gultom melalui pengeras suara di kabin. Setelah berada di ketinggian jelajah (cruising altitude) awak kabin mengedarkan makanan dan minuman. Saya pilih mi goreng ayam, sebagai menu malam itu. Mi disajikan panas, dengan uap yang masih mengepul ketika bungkus dibuka. Cukup untuk memudahkan badan mengantuk karena pembakaran kalori. Bantal dan selimut sudah dibagikan sejak sebelum lepas landas. Tinggal membuka bungkus plastiknya saja dan menempatkan bantal dan selimut di tempat yang menyamankan diri. Benar saja, setelah makan tuntas, maka sejurus kemudian pun saya terlelap. Tak sempat baca beberapa majalah yang sudah saya siapkan. Lagu yang saya putar tak terdengar di earphone karena langsung terlelap. Karena ini adalah perjalanan pertama ke Biak, sebenarnya saya sudah membawa buku tentang Biak. Ada juga bekal catatan dari teman di Biak tentang tempat-tempat yang akan dikunjungi untuk motret. Bagi traveler, penting untuk mempelajari tempat tujuan, apalagi jika belum pernah ke tempat itu sebelumnya. Di tengah tidur yang lelap, tiba-tiba lampu kabin pesawat dinyalakan. Ternyata GA 650 sudah mendarat di Bandara Hasanuddin (UPG) Makassar. Jam menunjukkan pukul 00:20 WITA. Sudah lewat tengah malam, hari sudah berganti. Saat itu berarti sudah hari Minggu (20/9). [caption id="attachment_36323" align="aligncenter" width="499" caption="Interior Bandara Hasanuddin pada dini hari pukul 00:20 WITA, Minggu (20/9). Sepi dan sunyi. Padahal bandara yang menjadi "hub" utama penerbangan-penerbangan di Indonesia Timur ini pada jam normal amat sangat ramai. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Setengah sadar dan setengah kesal, lantaran tidur yang terganggu, saya beringsut melintasi garbarata memasuki gedung terminal Bandara Hasanuddin bersama ratusan penumpang lain. Awak kabin menyebutkan semua penumpang diwajibkan turun dengan membawa seluruh barang bawaan. Dengan menggendong tas punggung kamera, saya segera menyebar pandangan mencari tempat menunggu. [caption id="attachment_36324" align="alignright" width="300" caption="Papan informasi di Bandara Hasanuddin Makassar, yang menampilkan jadwal GA 650 dan penerbangan-penerbangan lain pada hari itu, Minggu dinihari (20/9). Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Ada waktu sekitar 40 menit untuk transit. Saya lantas memutuskan mampir di warung kopi yang terlihat memang sengaja buka pada jam dini hari bagi penumpang transit. Sembari memesan teh manis panas, saya menghidupkan ponsel. Waktu transit saya bunuh dengan membuka Facebook dan membalas SMS. Di papan informasi, terlihat bahwa GA 650 dijadwalkan terbang pukul 01:10 WITA, melanjutkan perjalanan ke Biak dan Jayapura. Agar tak terlambat, saya segera menuntaskan teh panas dan membayar di kasir. Sambil berjalan ke Gate 2, saya masih menyempatkan diri membalas SMS dan pesan-pesan di Facebook. Banyak penumpang yang masih bersantai di warung kopi. Ada juga yang baru bergegas masuk ke toilet. Padahal mustinya para penumpang siap di pintu keberangkatan sebelum panggilan untuk masuk pesawat. Pengabaian waktu akan mengakibatkan penerbangan terlambat, atau malah terhambat. Meski dini hari itu sudah memasuki Hari Raya Lebaran, suasana hari raya belum terasa. Mungkin karena memang tempat di airport bukanlah tempat berhari raya. Lagipula semua penumpang transit tak berlama-lama di bandara. [caption id="attachment_36328" align="alignright" width="300" caption="Menu hidangan di GA 650 pada penerbangan Makassar-Biak, berupa telur dan chicken nugget serta brownies untuk pencuci mulut, Minggu dini hari (20/9). Teman melintasi zona waktu dari WITA ke WIT. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Masuk kembali ke pesawat yang sama, masih disambut dengan tim awak kabin yang sama. Saya kembali menempati kursi semula. Terlihat jumlah penumpang lebih sedikit daripada penerbangan sebelumnya, Jakarta-Makassar. Ada pula beberapa penumpang yang baru naik di Makassar. Prosedur yang sama kembali dialami pada penerbangan lanjutan GA 650 dari Makassar menuju Biak. Setelah pesawat berada di ketinggian jelajah, awak kabin membagikan makanan dan minuman lagi. Kali ini saya memilih menu telur dan chicken nugget. Ada brownies untuk pencuci mulut, enak tapi terlalu besar porsinya untuk dimakan pada dini hari. Penerbangan Makassar-Biak memakan waktu sekitar 3 jam. Menembus batas waktu dari Waktu Indonesia Tengah (WITA) ke Waktu Indonesia Timur (WIT). Kali ini lampu kabin dipadamkan lebih awal. Bantal saya tempatkan senyaman mungkin dan selimut saya tarik. Pesawat menembus dinginnya pagi udara di atas Laut Banda dan Laut Maluku. Saya pun segera terlelap. Kali ini, bacaan sempat tersentuh sedikit dan lagu sempat terdengar sebentar di earphone. Tapi tak lama kemudian dalam tidur saya memasuki udara bumi Papua. Keberangkatan dari Jogja - Petualangan ke Biak [1] Butuh Keberanian untuk Sendiri - Petualangan ke Biak [2] [caption id="attachment_36329" align="aligncenter" width="500" caption="Jakarta-Makassar-Biak"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun