Gereja ini didirikan oleh seorang misionaris asal Belanda Pater Kook namanya, ada sejumlah anak-anak yang kini duduk di Sekolah Dasar (SD) ada yang  duduk di bangku kelas III ada juga yang duduk di bangku kelas IV mereka semua adalah calon penerima komuni pertama yang tentunya berasal dari sekolah yang berbeda-beda yakni: SDK Noelelo, SDK Tali, serta SDN Oemofa yang tengah duduk asik cerita sambil menunggu pendamping untuk memberikan arahan kepada mereka. Angin kencang yang bertiup kian tanpa henti membuat situasi pada sore itu makin tidak nyaman. Aku melangkahkan kaki menuju bangunan tua bercat putih itu, dengan perasaan yang sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Sepanjang perjalanan melewati pohon- pohon yang tumbuh berjejeran di sepanjang jalan masuk menuju bangunan tua itu,  aku bertemu dengan anak-anak yang telah menunggu kehadiranku sedari tadi.
Di bawah pohon beringin tua yang sudah tumbuh bertahun-tahun sejakSapu lidi, ember dan karung yang mereka bawah aku sangat yakin bahwa mereka telah mendengar apa yang dicsampaikan pada beberapa hari yang lalu seusai pembinaan. Tanpa ku sadari bahwa saat itu juga menjadi pengalaman pertama bagiku di mana aku sendiri harus siap dalam  menghadapi tingkah laku anak-anak yang berbeda-beda. Tampak dari kejauhan wajah-wajah ceria penuh semangat yang di perlihatkan sungguh sangat meyakinkanku pada perjumpaan kami sore itu.
 Aku mendekati mereka sambil membagi tugas dalam pembersihan sore itu. Muncul juga para THS-THM dan juga para kelompok misdinar yang terdiri dari 6 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari lima orang. Aku menyambut mereka dengan terlebih dahulu memberi salam.
Kini semua sudah dibagi menurut kelompok masing-masing, yakni anak-anak calon penerima komuni pertama bertugas membersihkan halaman depan dan samping kiri gereja, THS-THM dengan pembagian di depan pastoran, dapur pastoran, dan samping kanan gereja, sedangkan para misdinar menyiram semua tanaman yang ada di depan pastoran, samping kantor sekretariat paroki dan samping kiri kanan gereja. Kini masing-masing bekerja sesuai dengan pembagian.
" Setiap hari sabtu ada pembersihan seperti ini dan bukan hanya kami sebagai calon penerima komuni pertama yang sendiri membersihkan di halaman gereja, tetapi ada kakak-kakak mereka yang membantu kami sehingga kerjanya bisa ringan. Semua peralatan kami bawah sendiri dari rumah yakni dari awal pembinaan sudah di umumkan bahwa setiap pembinaan wajib bawah ember, sapu atau karung supaya sebelum pembinaan terlebih dahulu di adakan pembersihan di luar gereja " tutur Isabela Kuil salah satu calon penerima komuni pertama yang kini duduk di bangku kelas IV SD.
Kesibukan yang tengah dialami oleh anak-anak membuatku berpikir sejenak ketika melihat mereka yang dengan penuh semangat mengerjakan semua pekerjaan yang telah dibagikan tanpa ada rasa lelah sedikitpun. Bahwa hidup butuh kerja nyata yang merupakan bagian dari doa. ( Desy Ceunfin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H