Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hari Kemarin

9 Juni 2023   18:52 Diperbarui: 9 Juni 2023   18:54 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudut kamar yang gelap di sebuah rumah tua terletak di pelosok desa. Dengan penuh kesibukan, aku membungkukkan badan, mataku tertuju pada sebuah buku bersampel merah tua itu.

Aku terduduk lemas, perlahan aku menggerakan jari-jariku yang kini bergetar. Membuka halaman pertama buku itu, air mataku menetes melihat sebuah tulisan dengan ukiran huruf indah, "There are beautifull story with you". Kusandarkan kepala di tembok batako rumah tua itu, cerita indah di balik semua ini yang kini entah ke mana sosok yang pernah menjadi pemeran utamanya.

Hari kemarin yang telah berlalu, pasti selalu menjadi cerita, dengan sebuah kenangan seiring berjalannya waktu. Ada berbagai rasa ketika mencoba untuk berdamai dengan hari-hari itu, marah, sedih, kecewa, menyesal setiap mengingatnya.

Aku kembali membuka halaman berikutnya. Tanggal 23 September 2020, aku menyebutnya sebagai tanggal manis. Aku kembali diingatkan oleh sosok itu. Ketika pertama kali menjumpainya, dengan kaos biru dan jeans hitam yang dikenakannya, memiliki tubuh yang tinggi dan kurus, beramput keriting pirang kuning, mata dan bibirnya yang sama-sama indah menarik perhatianku untuk terus ingin memilikinya.

Tanpa sadar, kami telah menjadi dua sejoli yang sangat dekat, menjadi sahabat, teman curhat, bahkan menjadi dua orang yang saling menyukai dan membutuhkan. Menjalani suka duka bersama, berbagai cobaan kami lalui dengan kasih hingga tumbuh cinta yang begitu dalam di antara kami.

Tiga tahun lamanya kami menjalani kebersamaan itu. Hingga pada suatu saat, jarak memisahkan hubungan itu membuat perasaannya semakin hilang. Keadaan kami membuatnya melakukan sebuah kesalahan. Cobaan itu datang dan merusak segalanya.

Pengkhianatan, kekecewaan, kesedihan, air mata tercampur menjadi satu. Aku terisak merenungi hari di mana aku dikhianati. Bagaimana mungkin! Tujuan, harapan, kebahagiaan itu hilang setelah kejadiannya. Sosok itu seperti datang untuk membuatku runtuh. Kini sosok yang selalu kubanggakan itu pun menghilang ditelan bumi, tak terdengar kabar sedikitpun darinya.

Aku mencoba kuat dan melupakan kenangan-kenangan pahit itu. Aku mencoba berdiri sendiri tanpa melibatkan lembaran baru di dalamnya. Akan kunikmati setiap point sedih itu hingga habis tak tersisa. Akan kujaga hati yang retak ini agar tak terluka lagi.

Aku tak membenci sosok itu. Aku coba berdamai dengan kenangan itu, lalu tak akan pernah berhenti hanya karena alasan itu. Aku akan terus berjalan, apapun itu hari kemarin adalah kenangan serta pelajaran yang baik. (DC dan EO)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun