Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuliah Umum untuk Para Katekis Milenial

26 Agustus 2021   14:19 Diperbarui: 27 Agustus 2021   10:00 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr Anton Bele, penggagas teori Quadran Bele, sedang memberi kuliah umum kepada mahasiswa STP St. Petrus Keuskupan Atambua, Kamis (26/08/21)/dokpri

STP St. Petrus-Kefamenanu.  Hari ini Kamis (26/08/2021), STP St. Petrus Keuskupan Atambua mengadakan kuliah umum bersama Dr Anton Bele di aula utama kampus dengan tetap taat dan memperhatikan protokol kesehatan. Kuliah ini dihadiri oleh para mahasiswa calon katekis milenial, Ketua STP St. Petrus Keuskupan Atambua, Ketua LPMI dan juga para dosen dan tenaga pendidik.

Pada kesempatan pembukaan acara kuliah umum ini, Dr. Theo Asa Siri, S.Ag, selaku Ketua STP St. Petrus Keuskupan Atambua mengatakan bahwa kekhasan kampus ini terletak pada militansi iman dan moral. Maka mahasiswa dibimbing sedemikian rupa agar menjadi manusia yang berkualitas untuk Gereja dan tanah air dengan tetap mempertahankan militansi iman dan moral.

Selanjutnya, Dr. Anton Bele, membuka kuliah umum dengan mengemukakan Teori Generasi yang digagas oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshal tahun 2004 bahwa ada 5 generasi manusia berdasarkan tahun kelahiran yakni: generasi Baby Boomer (1946-1964), generasi X (1965-1980), generasi Y atau milenial (1981-1994), generasi Z/generasi internet (1995-2010) dan generasi Alpha (2011-2025). Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa para calon katekis ini sedang berada dalam generasi Z atau internet, maka segala hal yang dikerjakannya selalu ada kaitannya dengan media komunikasi internet.

Di balik semua kenyataan yang ada termasuk kecanggihan media komunikasi dan teknologi, pengajar calon Magister dan calon Doktoral Universitas Setia Wacana Salatiga dan mantan Ketua Puspas Keuskupan Atambua ini mengatakan ada 7 sifat generasi internet yang menggelisahkan yakni konsumtif, serba praktis-langsung jadi, hobby jalan-jalan menggunakan uang orang tua, kurang adanya sopan santun, alergi dengan pekerjaan rumah, apatis terhadap keadaan sekitar dan suka mendengar orang lain dari pada orang tua.

Di hadapan para mahasiswa STP St. Petrus Keuskupan Atambua, beliau memaparkan teori 4N atau lazim disebut Quadran Bele, hasil temuannya yang berguna dalam hidup manusia. 4 N itu terdiri dari Nafsu-Nalar-Naluri-Nurani. Kalau NAFSU itu mencakup keinginan terhadap benda atau hal apa saja, terlalu besar, rakus, tamak. Kalau terlalu kecil, susahkan diri, bunuh diri. Kalau NALAR terlalu besar, sombong, anggap diri tahu semua, anggap orang lain bodoh, dungu. Kalau NALURI terlalu besar, sukuis dan menganggap suku lain lebih rendah. Kalau NURANI terlalu besar, anggap diri suci dan orang lain jahat dan dianggap sebagai iblis. Beliau mengatakan bahwa 4N ini harus seimbang.

Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa ada hal-hal dalam diri manusia yang ternyata melawan budaya 4N itu yakni KKN. Korupsi, merusak bersama, dalam hal yang buruk, misalnya salah menggunakan dana orang. Kolusi, bermain bersama, menyalahgunakan barang atau hak. Nepotisme, pilih orang-orang dekat untuk berbuat kejahatan.

Beliau melanjutkan bahwa agar menjadi manusia yang berharga dan berbudaya, maka orang perlu melestarikan 5 kegiatan dengan menunjuk pada jumlah jari kemudian memberinya nama: 3S + 2B. SEMBAYANG (Ibu Jari), ini menjadi pertama dan utama. SABDA TUHAN (Jari Telunjuk), hidup sesuai dengan petunjuk Tuhan dalam Kitab Suci. SAKRAMEN (Jari Tengah), merayakan pertemuan dengan Tuhan dalam ibadat terutama dalam Sakramen Mahakudus/ Ekaristi. BELAJAR (Jari Manis), pelajari dan alami semua yang baik, benar dan bagus serta abdikan semua itu kepada masyarakat. BEKERJA (Jari Kelingking), untuk mendatangkan hasil kemudian jujur, tertib dan teliti. Beliau menegaskan bahwa 3S itu abadi, sedangkan 2B itu itu kekal. Lima kegiatan ini yang membuat diri kita berbudaya. Kita akan mempertanggungjawabkan semua itu di depan sesama dan terlebih di depan Tuhan.

Kuliah yang dimoderatori oleh Kristophorus Ukat, S.Fil., M.Th, begitu menggugah para katekis milenial ini hingga memunculkan beberapa pertanyaan dari para peserta. Selanjutnya, menanggapi pertanyaan peserta, pria asal Lakmaras-Kabupaten Belu ini lebih cenderung membagikan berbagai pengalaman hidupnya sekaligus memotivasi para calon katekis agar terus berjuang menata diri dengan 3S + 2B dengan memperhatikan 4N yang ada dalam diri setiap orang.

Kuliah umum ini diakhiri dengan pengalungan selendang bertuliskan "STP ST. PETRUS KEUSKUPAN ATAMBUA,"  hasil tenun mahasiswa kemudian ditutup dengan doa dan berkat.(KU)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun