Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masalah Hidup Menggereja Mahasiswa Migran

16 Juli 2021   11:08 Diperbarui: 16 Juli 2021   19:57 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pendahuluan

Migrasi merupakan sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Ada berbagai macam alasan yang membuat setiap orang melakukan migrasi dalam hidup. Salah satu faktor yang membuat orang melakukan migrasi adalah alasan pendidikan. Karena pendidikan, seorang mahasiswa rela meninggalkan daerah asalnya menuju daerah tujuan untuk mewujudkan keinginannya. Daerah asal dan tujuan bisa sedaratan, bisa juga lintas pulau. Banyak mahasiswa dari wilayah Timur Indonesia khususnya dari Propinsi Nusa Tenggara Timur rela meninggalkan daerah asalnya menuju pulau Jawa untuk menyelesaikan studinya dalam berbagai tingkat.

Tulisan ini akan lebih difokuskan pada migrasi mahasiswa dari Propinsi Nusa Tenggara Timur ke Pulau Jawa untuk mewujudkan pendidikannya. Tulisan ini pula merupakan sebuah penelusuran kecil penulis pada saat kuliah di Kota Malang terutama keadaan dan masalah mahasiswa migran dalam hidup menggereja. Semoga tulisan ini berkenan untuk dibaca.

2. Alasan Migrasi Mahasiswa

Mahasiswa yang melakukan migrasi disebut mahasiswa migran ata perantau. Mahasiswa migran menjadi bagian dari kelompok masyarakat khususnya orang muda yang turut melakukan migrasi karena alasan pendidikan. Dalam hal ini, saya akan mengemukakan beberapa hal yang saya temukan saat kuliah di Malang. Dan lebih fokus kepada hal hidup menggereja sebagai orang Katolik.

Para mahasiswa melakukan migrasi dengan meninggalkan daerah asalnya dan berpindah ke daerah lain yang menjadi tujuannya. Mereka berusaha meninggalkan pulau atau propinsinya menuju pulau dan propinsi lain untuk mengejar pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi sesuai cita-cita yang diharapkannya. Mereka ingin meraih kesuksesan dalam pendidikannya. Mereka berani, percaya diri dan mandiri serta siap menghadapi berbagai perubahan situasi dan lingkungan baru. Mereka berjuang untuk menuntut ilmu tertentu dan mempersiapkan diri dalam pencapaian suatu keahlian dalam jenjang perguruan tinggi seperti diploma, sarjana, magister atau doktoral.

Selain itu para mahasiswa melakukan migrasi karena terbatasnya sarana-sarana pendidikan di daerahnya bila dibandingkan dengan daerah asalnya. Jurusan yang diinginkannya tidak terdapat di daerahnya sedangkan di tempat lain tersedia. Mereka berjuang untuk mempelajari hal-hal baru yang terdapat di daerah tujuannya seperti bahasa, memperbanyak dan memperluas pertemanan, biaya hidup yang murah, budaya dan kebiasaan baru, pandangan dan pemahaman baru, terbebas dari rutinitas, terbukanya kesempatan belajar dan mengekplorasi diri dengan hal-hal kreatif, kesempatan memperkenalkan kekayaan budayanya kepada orang lain, meningkatkan nilai gelar akademik dan lain sebagainya.

3. Masalah Hidup Menggereja Mahasiswa Migran

Meskipun demikian, ada sekian banyak masalah yang dihadapi dan dialami oleh para mahasiswa migran setelah berada di tempat tujuan perkuliahan. Saya ingin mengemukakan masalah-masalah tersebut setelah saya menelusuri dan bercerita dengan beberapa pihak seperti pihak kampus, masyarakat dan juga pihak Gereja Katolik.

Dari penelusuran itu diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan keadaan hidup menggereja mahasiswa migran. Masalah-masalah tersebut dapat dikategorikan ke dalam lima bidang yang disebut pancatugas Gereja. Pancatugas Gereja itu meliputi bidang Liturgia, Kerygma, Koinonia, Diakonia dan Martyria. Masalah-masalah itu antara lain:

a. Liturgia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun