Kusambut pagi yang indah bersama sang fajar dengan hati yang riang dan penuh semangat, karena hari itu adalah hari dimana saya bersama kakak dan teman saya akan pergi ke salah satu tempat wisata yang hampir terlupakan yaitu Padang Rumput Fulan Fehan. Fulan Fehan atau yang biasa disebut dengan panggilan manja FF ini, membentangkan padang rumput hijau yang sangat luas dan sangat indah. Udara alami yang segar menyapa dan menyejukan hati setiap orang yang datang mengunjunginya. Padang rumput Fulan Fehan (FF) ini berada di suatu desa yang kurang lebih berbatasan dengan negara Timor Leste yakni desa Dirun, kecamatan Lamaknen, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Keberadaan padang hijau ini tidak semata terletak di dataran yang rendah, namun sebaliknya, padang ini berada di atas bukit yang berlatar belakang gunung Lakaan dan bukit-bukit yang lain. Matahari menyembunyikan diri dan Langit pun mulai menyapa kita di atas kepala, dengan menebarkan keindahan warna biruhnya yang membuat hati terasa nyaman. Pagi itu mengantar kami pada suatu keindahan yang mungkin tidak pernah terlupakan oleh kami. Jaraknya yang lumayan jauh tidaklah menjadi suatu kendala bagi saya dan dua orang teman saya. Disetiap perjalanannya pun dihiasi dengan keindahan hutan, berbagai pepohonan yang unik dan menarik, serta jalannya yang mendaki menandakan bahwa padang rumput Fulan Fehan ini sudah semakin mendekat. Ketika di Fulan Fehan (FF), langsung kami memarkir motor kami dan mengambil karcis yang disediakan dengan harga Rp. 5.000,00 per kendaraan. Kami pun langsung masuk ke area padang rumput yang indah itu melalui gerbang kecil sederhana dan mungil yang telah disediakan.
Belum lagi berdiri sebuah gunung yang melatarbelakangi padang rumput Fulan Fehan (FF), yang akhirnya menghiaskan kesan tersendiri bagi padang rumput Fulan Fehan. Biasanya setahun sekali terdengar bunyi festival yang indah, dimana hampir seluruh masyarakat kabupaten Belu menggelarkan festival di Fulan Fehan (FF) tersebut.
Sebagian kecil dari padang hijau dengan bentuk seperti wajan adalah tempat yang digunakan untuk menggelarkan festival tersebut. Hal inilah yang sering menambah keramaian di Fulan Fehan setiap tahunnya. Selain keramaian yang bisa dilihat pada saat festival, di hari-hari biasa pun banyak orang yang berdatangan untuk mengunjungi dan menikmati keindahan padang rumput Fulan Fehan khususnya di hari Minggu. Tidaklah heran jika padang rumput Fulan Fehan ini dikenal sebagai salah satu tempat yang paling indah dan menyejukan di kabupaten Belu.
Benteng ini sering disebut dengan nama Benteng Makes. Benteng ini memiliki banyak cerita sejarah yang biasanya diceritakan turun temurun. “Benteng ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Dulu benteng ini digunakan sebagai tempat untuk merencanakan penyerangan, musyawarah, dan juga bertahan dari serangan musuh waktu perang antar suku masih sering terjadi.” Kata Robert, salah seorang yang tinggal dekat Fulan Fehan. “Sekarang benteng ini dibiarkan begini saja dan sesekali digunakan untuk upacara adat seperti ritual adat pasca panen atau adanya rumah adat yang ingin dibangun di Dirun.” Lanjut Robert. Benteng Tujuh Lapis ini terus dilestarikan keberadaannya sehingga masih menjadi salah satu tempat yang digemar oleh kami para pengunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H