Mohon tunggu...
Kristo Kinoe
Kristo Kinoe Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strukturalisme Lévi-Strauss

31 Mei 2011   05:36 Diperbarui: 4 April 2017   16:21 2840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian yang membahas mengenai manusia sungguh sangat luas dan kompleks. Berbagai bidang ilmu memusatkan perhatian masing-masing untuk memahami manusia. Misalnya, Biologi mencoba memahami manusia dari sudut biologisnya, psikologi mencoba melihat manusia dari sisi perilakunya, dan masih banyak lagi lainnya.

Dalam paper ini saya akan membahas teori Strukturalisme dari Lévi-Strauss. Saya akan memberikan pemaparan mengenai teori strukturalisme dari Levi-Strauss. Teori strukturalisme pada intinya berpendapat bahwa dalam segala keanekaragaman budaya tentu ada sebuah struktur pembentuk yang sifatnya universal, sama dimanpun dan kapanpun. Claude Levi-Strauss sendiri dikenal sebagai Bapak Strukturalisme, karena memang dialah yang pertama kali menjelaskannya secara lebih rinci dan detail.

Paper ini terbagi dalam empat bagian besar. Pertama, bagian pendahuluan yang menjadi pengantar sekaligus pemaparan keseluruhan arah dari paper ini. Kedua, bagian pokok atau isi. Pada bagian ini saya akan memaparkan penjelasan mengenai teori strukturalisme dari Levi-Strauss dan implementasinya. Ketiga, bagian tanggapan kritis. Bagian ini akan menampilkan sebuah kritik terhadap teori strukturalisme. Keempat, bagian kesimpulan yang akan menyimpulkan secara singkat, padat, dan jelas keseluruhan tulisan ini.

BAB II

POKOK BAHASAN

2.1Hidup dan Karya vi-Strauss[1]

Claude vi-Strauss adalah seorang antropolog sosial Perancis dan filsuf strukturalis.[2] Ia lahir di Brussels, Belgia, pada 28 Nopember 1908 sebagai seorang keturuan Yahudi. Namun pada tahun 1909 orang tuanya pindah ke Paris, Perancis. Ayahnya bernama Raymond Lévi-Strauss dan ibunya bernama Emma Levy. Sejak kecil Lévi-Strauss sudah mulai bersentuhan dengan dunia seni, yang kelak akan banyak ditekuninya ketika dewasa, karena memang ayahnya adalah seorang pelukis.

Sesungguhnya pendidikan formal dan minat Lévi-Strauss pada awalnya bukanlah Antropologi. Pada tahun 1927, Lévi-Strauss masuk Fakultas Hukum Paris dan pada saat yang sama itu pula, ia pun mempelajari filsafat di Universitas Sorbonne. Studi hukum diselesaikannya hanya dalam waktu satu tahun. Sedangkan dari studi filsafat, aliran materialisme menjadi aliran yang banyak mempengaruhi pemikirannya. Salah satu argument materialisme adalah segala sesuatu harus bisa diukur, diverivikasi, dan diindera. Namun pada suatu saat Levi-Strauss mengungkapkan kebosanannya dalam mengajar.

Kemudian setelah membaca buku Primitive Social karya Robert Lowie, seorang ahli antropologi. Bermula dari membaca buku Robert Lowie itulah ketertarikannya akan dunia antropologi muncul. Akhirnya,Levi-Strauss semakin jelas berpaling kepada Antropologi ketika mengajar di Sao Paulo, Brazil, dan melakukan studi antropologi yang lebih luas di pusat Brazil.

Selama mengajar di Brazil itulah ia mulai banyak melakukan ekspedisi di daerah-daerah pedalaman Brazil. Heddy Shri dalam bukunya menyebutkan, ekspedisi pertamanya adalah ke daerah Mato Grosso. Dari ekspedisi itu Levi-Strauss merasa mendapatkan pengalaman batin yang menginspirasikan banyak hal, yang tertuang dalam bukunya Trites Tropique. Itulah karya pertamanya dan sekaligus mengukuhkan dirinya masuk kedalam bidang antropologi.

Dalam prosesnya melakukan penelitian dan pengamatan banyak terbentur hambatan. Hal ini salah satunya tidak lepas dari karena ia termasuk keturunan Yahudi, yang saat itu dalam pergolakan pembantaian oleh Jerman. Sampai ia akhirnya harus mengalami pemecatan. Pada tahun 1947, ia kembali ke Perancis dan pada tahun berikutnya ia diangkat sebagai maitre de recherché selama beberapa bulan di CNRS (Center National de la Recherche Scintifique/Pusat Penelitian Ilmiah Nasional). Pada tahun yang sama, ia menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Sorbonne, dengan disertasi Les Structures elementaires de la parente.

Levi-Strauss dianggap sebagai pendiri strukturalisme, sebuah paham yang memegang bahwa kode terstruktur adalah sumber makna dan bahwa unsur-unsur struktur yang harus dipahami melalui hubungan timbal balik mereka. Lebih lanjut, bahwa struktur sosial adalah kebebasan dari kesadaran manusia dan ditemukan dalam mitos dan ritual. Secara singkat, itulah inti dari teori strukturalisme menurut pendapat Levi-Strauss.

Levi-Strauss banyak menghasilkan karya-karya tulis besar yang sangat menarik banyak perhatian banyak kalangan, baik dari intelektual maupun awam. Karya-karya terbesar tersebut antara lain: The Elementary Structures of Kinship (1949),Structural Anthropology (1958), The Savage Mind (1962), and the Mythologics, 4 vols. (1964–72). Mythologics sendiri terdiri dari tetralogi The Raw and The Cooked, From Honey to Ashes, The Origin of Table Manners, dan The Naked Man.

2.2Teori Strukturalisme Dan Penelitian Lévi-Strauss

Secara umum, istilah strukturalisme banyak dikenal dalam Filsafat Sosial. Filsafat Eropa modern sering menyebut bahwa strukturalisme adalah sebuah fenomena sosial. Lebih lanjut dikatakan bahwa fenomena itu tidak peduli seberapa dangkal beragam wujudnya. Secara singkat, strukturalisme adalah fenomena social yang secara internal dihubungkan dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak disadari.

Hubungan-hubungan internal dan pola merupakan struktur, dan mengungkap struktur-struktur ini adalah objek studi manusia. Padaumumnya, sebuah struktur bersifat utuh, transformasional, dan meregulasi diri sendiri (self-regulatory). Strukturalisme adalah metodologi yang menekankan struktur daripada substansi dan hubungan daripada hal. Hal ini menyatakan bahwa sesuatu selalu keluar hanya sebagai elemen dari penanda suatu sistem.

Metodologi Struktural sesungguhnya berasal dari struktural linguistik dari Saussure, yang menggambarkan bahwa bahasa sebagai sebuah tanda dari aturan sistem sosial. Baru pada tahun 1940, ia mengusulkan bahwa fokus yang tepat penyelidikan antropologi berada di mendasari pola-pola pemikiran manusia yang menghasilkan kategori budaya yang mengatur pandangan dunia sampai sekarang dipelajari. Kemudianpada tahun 1960, Claude Levi-Strauss melanjutkan metodologi ini, tidak hanya untuk antropologi (strukturalisme antropologi) tetapi, memang, untuk penanda semua sistem. Namum memang Levi-Strausslah pada umumnya yang dianggap sebagai pendiri strukturalisme modern. Melalui karyanya, strukturalisme menjadi tren intelektual utama di Eropa Barat, khususnya Perancis, dan sangat mempengaruhi studi tentang ilmu-ilmu manusia.

Pada tahun 1972, Levi-Strauss mengeluarkan bukunya yang berjudul Strukturalisme dan Ekologi menjelaskan secara rinci rincian prinsip dari apa yang akan menjadi antropologi struktural. Di dalamnya, ia mengusulkan bahwa budaya, seperti bahasa, terdiri dari aturan tersembunyi yang mengatur perilaku praktisi.[3] Apa yang membuat budaya yang unik dan berbeda dari satu sama lain adalah aturan tersembunyi bagi pemahaman anggota tetapi tidak dapat mengartikulasikan, dengan demikian, tujuan antropologi struktural adalah untuk mengidentifikasi aturan-aturan ini. Dia mempertahankan budaya yang adalah proses dialektika: tesis, antitesis, dan sintesis.

Ahli antropologi mungkin menemukan proses berpikir yang mendasari perilaku manusia dengan memeriksa hal-hal seperti kekerabatan, mitos, dan bahasa. Lebih lanjut, bahwa ada realitas tersembunyi di balik semua ekspresi budaya. Selanjutnya strukturalis bertujuan untuk memahami makna yang mendasari pemikiran manusia yang terungkap melalui aktivitas budaya. Pada dasarnya, unsur-unsur budaya yang tidak jelas dalam dan dari dirinya sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem yang berarti. Sebagai model analitis, strukturalisme menganggap universalitas proses pemikiran manusia dalam upaya untuk menjelaskan "struktur dalam" atau makna yang mendasari yang ada dalam fenomena budaya.[4]

2.3Implementasi Teori

Pada masa ini kita masih bisa banyak menemukan penelitian-penelitian yang menggunakan teori strukturalisme. Kita bisa mengambil contoh peneliti yang ingin mengetahui struktur pemikiran orang Surabaya sehingga dalam budayanya cenderung kasar, misalnya bahasa. Peneliti tersebut membandingkan dengan struktur pemikiran yang ada didalam budaya Yogyakarta yang cenderung lebih ramah. Antara Surabaya dan Yogyakarta yang walaupun kelihatannya berbeda sebenarnya ada sebuah struktur sama di dalam budaya.

Dengan memahami struktur dalam budaya peneliti akan mengetahui sebuah keuniversalan dalam budaya. Mungkin itulah yang akan dikatakan oleh para ahli strukturalisme. Strukturalisme membantu memetakan pola perilaku manusia dalam budaya.

BAB III

TANGGAPAN KRITIS[5]

Secara umum, strukturalisme menuai banyak kritik dari sisi epistemology. Validitas penjelasan struktural telah ditentang dengan alasan bahwa metode strukturalis yang tidak tepat dan tergantung pada pengamat. Artinya unsur subjektivisme sangat erat dalam penelitian strukturalisme. Satu peneliti dan menghasilkan hasil yang sama sekali lain dengan peneliti lainnya.

Paradigma strukturalisme terutama berkaitan dengan struktur jiwa manusia, dan tidak membahas aspek sejarah atau perubahan budaya. Pendekatan sinkronis, yang menganjurkan sebuah "kesatuan psikis" dari semua pikiran manusia, telah dikritik karena tidak memperhitungkan tindakan manusia individu historis. Dalam pemikiran strukturalis, ide-ide yang bertentangan secara inheren ada dalam bentuk oposisi biner, namun konflik-konflik ini tidak menemukan resolusi. Dalam pemikiran Marxis struktural, pentingnya perubahan abadi dalam masyarakat adalah mencatat: "Ketika kontradiksi internal antara struktur atau dalam struktur tidak bisa diatasi, struktur tidak mereproduksi tetapi diubah atau berevolusi".

Selanjutnya, yang lain telah mengkritik strukturalisme karena kurangnya perhatian dengan individualitas manusia. Budaya relativis sangat kritis terhadap ini karena mereka percaya struktural "rasionalitas" melukiskan pemikiran manusia sebagai seragam dan seragam. Budaya selalu mengandung unsur relative di dalamnya dan tidak bisa disamakan atau diseragamkan.

Selain mereka yang memodifikasi paradigma strukturalis dan kritik ada reaksi lain yang dikenal sebagai Meskipun poststructuralists dipengaruhi oleh ide-ide strukturalis diajukan oleh Levi-Strauss "pascastrukturalisme.", Pekerjaan mereka memiliki lebih berkualitas refleksif. Pierre Bourdieu adalah pascastrukturalis yang "... melihat struktur sebagai sebuah produk ciptaan manusia, meskipun para peserta mungkin tidak sadar akan struktur". Daripada gagasan strukturalis dari universalitas proses pemikiran manusia yang ditemukan dalam struktur pikiran manusia, Bourdieu mengusulkan bahwa proses berpikir dominan adalah produk dari masyarakat dan menentukan bagaimana orang bertindak.

Lain reaksi terhadap strukturalisme didasarkan pada penyelidikan ilmiah. Dalam setiap bentuk penyelidikan yang bertanggung jawab, teori harus difalsifikasi. analisis struktural tidak memungkinkan ini atau untuk validasi eksternal.

BAB IV

KESIMPULAN

Pada bagian ini saya akan sedikit memberikan rangkuman atas hasil pemaparan keseluruhan tulisan ini. Sekiranya ada dua hal yang ingin saya tekankan. Pertama, yaitu bahwa argument utama strukturalisme adalah bahwa dalam setiap budaya terdapat sebuah struktur yang universal, sama dimanapun dan kapanpun. Banyak penelitian yang menggunakan teori strukturalisme tersebut. Tujuannya untuk memahami pola dalam kebudayaan.

Kedua, nyatanya teori strukturalisme mendapatkan banyak kritik dan sorotan yang tajam. Salah satunya yang mengena adalah bahwa manusia merupakan makluk yang komplek. Kekomplekan itu juga terbawa dalam perilaku budaya yang mereka hasilkan pula. Jika manusia kompleks maka usaha untuk “menyeragamkan” manusia dengan sebuah struktur yang pasti sungguh sangat terdengar naïf. Strukturalisme memang baik sebagai sebuah metodologi memahami manusia dan budaya. Strukturalisme adalah alat dan bukan tujuan dalam memahami manusia dengan segala kekomplekannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, Heddy Shri, Strukturalisme Lévi-Strauss Mitos dan Karya Sastra, Galang Press, Yogyakarta, 2001

Bunnin, Nicholas And Jiyuan Yu. The Blackwell Dictionary of Western Philosophy. Blackwell Publishing. New York. 2004

http://www.as.ua.edu/ant/cultures/cultures.php?culture=Structuralism diunduh pada Senin, 08 Maret 2011 pukul 14.00

[1] Pada bagian ini saya banyak mengacu buku Ahimsa-Putra, Heddy Shri, Strukturalisme Lévi-Strauss Mitos dan Karya Sastra, Galang Press, Yogyakarta, 2001

[2] Bunnin, Nicholas And Jiyuan Yu, The Blackwell Dictionary of Western Philosophy, Blackwell Publishing, New York, 2004, Hlm. 384

[3] Diunduh dari http://www.as.ua.edu/ant/cultures/cultures.php?culture=Structuralism pada Senin, 08 Maret 2011 pukul 14.00

[4] Ibid.

[5] Pada bagian ini saya mengacu Ibid.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun