Dharma Pongrekun, sosok yang luar biasa dalam dunia perpolitikan di Indonesia pada akhir-akhir ini. Seorang tokoh petinggi POLRI yang namanya kurang begitu terdengar di media-media Indonesia. Namun faktanya bang Dharma memiliki segudang prestasi. Namanya mulai ramai diperbincangkan ketika Covid-19 melanda dunia, khususnya Indonesia. Beliau menganggap Covid-19 bukanlah pandemi, namun plandemi. Beliau juga berhasil maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta jalur independen. Seberapa independen kah Dharma Pongrekun di kancah kontestasi pemilihan calon DKI 1 tersebut?
Komjen Pol. (Purn.) Dr. (H.C.) Dharma Pongrekun, S.I.K., .M.M., M.Hum. lahir di Palu, 12 Januari 1966. Bersekolah SD di Bandung, SMP di Purwokerto, SMA di Jakarta, lulusan S2 di Universitas Bhayangkara Jakarta, dan lulusan S2 Universitas Gadjah Mada (UGM), serta dianugerahkan gelar Doktor Kehormatan bidang kemanusiaan oleh MBC (Master Bussiness Campus) Univeristy, Depok. Merupakan seorang purnawirawan Polri dengan pangkat terakhir Komjen Pol. (Komisaris Jenderal Polisi) sekaligus merupakan lulusan terbaik AKABRI A (Akpol) tahun 1988. Dinas terakhir di POLRI adalah sebagai Analis Kebijakan Utama bidang Pengujian dan Pengembangan (Jianbang) Lembaga Pendidikan dan Latihan (Lemdiklat) POLRI.
Bang Dharma merupakan laki-laki berdarah Toraja yang berprofesi sebagai polisi secara unik. Jelas unik karena bang Dharma merupakan lulusan terbaik Akpol dengan pangkat Komjen namun belum pernah mengemban pucuk pimpinan sebuah organisasi. Bang Dharma kerap kali mengemban sebagai Kepala Unit, Kepala Bagian, Kepala Satuan, Kepala Biro, dan Wakil Pimpinan. Salah satu yang begitu prestisius adalah sebagai Wakil Kepala BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara).
Jejak pendidikannya juga tidak kalah mentereng, bang Dharma juga berpengalaman sebagai intelejen pengawasan orang asing dan lulusan FBI (Federal Bureau of Investigation) National Academy. Oleh karena itu bang Dharma bukanlah orang yang sembarangan ketika bicara tentang dunia internasional. Beliau sudah berpengalaman dalam dunia internasional di balik layar.
Bicara soal independen di negara yang menganut sistem demokrasi bisa dikatakan hampir mustahil terjadi. Meskipun demokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan dan kewenangan untuk membuat keputusan politik berada di tangan rakyat, namun hal tersebut dilakukan oleh para wakil rakyat yaitu DPR dan DPD. Untuk hal ini, pejabat independen adalah DPD yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum. Sedangkan DPR dipilih langsung oleh rakyat di pemilihan umum, namun dengan usungan partai politik.
- DPD dan Gubernur berbeda. Lalu apa bedanya independen DPD dan Dharma Pongrekun dalam pemilihan Calon Gubernur? Jika dalam DPD diambil 4 orang anggota DPD dari setiap provinsi dan DPD adalah legistlatif, sedangkan Gubernur bisa 1 pasang, 2 pasang, 3 pasang, dan seterusnya untuk dipilih hanya 1 pasang saja, serta Gubernur adalah jabatan eksekutif. Eksekutif bertanggung jawab menjalankan dan mengimplementasikan hukum serta kebijakan yang telah dibuat legislatif sedangkan legislatif bertanggung jawab untuk membuat, membahas, dan mengesahkan undang-undang, serta mengawasi jalannya pemerintahan dan penggunaan anggaran. Hal ini membuktikan beliau benar-benar harus berjuang demi menjadi Gubernur DKI Jakarta, mengingat lawannya didukung oleh banyak partai.
- Belum menikah. Dharma Pongrekun merupakan pensiunan Polri sejak awal tahun 2024 yang artinya usianya sudah mencapai 58 tahun pada saat itu. Nyatanya bang Dharma belum pernah menikah sekalipun seumur hidupnya. Meskipun dirinya merupakan putra emas dari Toraja (karena prestasinya), nyatanya dirinya tidak pernah menikah hingga sekarang. Hal ini membuat dirinya dapat bekerja dan berpikir lebih jernih karena merupakan hasil pemikirannya pribadi berdasarkan pengalamannya atau sudut pandangnya.
- Aktif dalam kegiatan keagamaan. Bang Dharma, meskipun dikenal sebagai orang yang sibuk karena jabatannya, namun hal tersebut tidak membuatnya acuh terhadap pelayanan di agamanya. Tercatat beliau aktif memberikan khotbah atau ceramah di berbagai denominasi gereja Kristen di Indonesia. Beliau kerap aktif membagikan implementasi Firman Tuhan terhadap pengalaman hidupnya. Tidak lupa juga beliau sering mengajak para umat gereja untuk terus hidup dalam ajaran agama dan mengabaikan setiap perilaku jahat dan bertentangan dengan ajaran agama. Hal ini menunjukkan bahwa bang Dharma tidak hanya merangkul denominasi gerejanya saja, namun semuanya dirangkul selama diberi kesempatan.
- Aktif dalam bicara di depan umum dan podcast. Bang Dharma juga aktif mengampanyekan hidup lurus kepada semua orang. Secara umum beliau tetap menganjurkan untuk setiap orang berlaku baik dan menghindari hal-hal jahat atau buruk, mengedepankan adab dan etika dalam kehidupan, serta patuh kepada hal-hal yang benar dan logis. Dalam podcast juga secara konsisten beliau menyampaikan hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa bang Dharma merangkul semua kalangan baik agama, status, dan golongan. Dapat dipastikan isinya sama meskipun dalam berbeda forum.
- Aktif melawan peristiwa yang tidak wajar. Bang Dharma menganggap banyak hal-hal yang terjadi adalah hal yang tidak wajar. Seperti salah satunya Pandemi Covid-19 yang disebut sebagai Plandemi yang berarti plan yaitu rencana dan demi adalah pandemi sehingga plandemi adalah pandemi yang direncanakan. Beliau menegaskan bahwa pandemi Covid-19 merupakan sebuah wabah yang diciptakan manusia yang disebut elite global dengan kepentingan untuk menguasai dunia. Manusia secara terpaksa berinteraksi satu dengan lainnya secara berjauhan, ketergantungan, malas, terpapar radiasi/pengaruh negatif, individualis, serta akan menjadi budak/terkontrol oleh mereka sanga penguasa elite global. Hal ini memperkuat bahwa bang Dharma tegak lurus kepada prinsip yang dipegangnya. Ia memiliki pendirian dan melihat jauh ke depan segala potensi baik dan buruk, sehingga dapat menyiasati hal-hal yang kelak menjadi kebijakannya.
- Ditakuti karena berpotensi pemberontak. Ia dianggap realistis dengan keputusan dan pandangannya. Hal ini yang dikhawatirkan Cagub Ridwan Kamil dalam debat pertama Cagub-Cawagub DKI Jakarta yang menyatakan Gubernur itu masih punya atasan yaitu Mendagri (Menteri Dalam Negeri) dan Presiden. Sehingga tidaklah boleh seorang Gubernur memiliki keputusan berlawanan dengan pemerintah pusat. Sedangkan bang Dharma menganggap dirinya jika menjadi Gubernur sah-sah saja membuat keputusan sendiri yang dapat dituangkan dalam Pergub DKI. Hal ini menunjukkan bang Dharma memiliki buah pemikiran dan kebijakan yang berasal dari dirinya maupun internalnya sendiri. Bahkan dikatakan bahwa bang Dharma tidak memiliki konsultan politik seperti pelaku politik pada umumnya.
- Kebijakannya dianggap 'nyeleneh'. Sebagai calon pemimpin, biasanya akan mengampanyekan program, visi, dan misinya kepada masyarakat. Kebijakannya juga pasti yang tidak biasa dan menghasilkan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh warganya. Jika dilihat kebijakan para pasangan calon, salah satunya dalam hal mengatasi kemacetan di DKI Jakarta, Ridwan Kamil ingin membuat perahu sebagai transportasi, dan jam kerja WFH bergantian. Pramono mengegaskan perluasan trayek Transjabodetabek dan revitalisasi pasar tradisional. Sedangkan bang Dharma mengatakan semua sudah cukup, beliau lebih menyoroti adab warga DKI Jakarta yang harus dibina. Salah satunya mengenai antrean yang sulit sekali diterapkan karena warga Jakarta cerderung egois ingin buru-buru dan stres di jalan. Kemudian sulitnya warga Jakarta patuh peraturan di jalan (lawan arus, plat palsu, perlengkapan berkendara tidak lengkap, prioritas di jalan) karena lagi-lagi hidup di Jakarta sangat membuat stres dan depresi pengguna jalan. Hal ini yang membuat bang Dharma merasa adab harus digalakkan dan masuk ke kurikulum pelajar. Meski demikian, beberapa pakar kebijakan politik mengatakan bahwa hal ini adalah jangka panjang, tidak bisa dibuktikan dalam 5 bahkan 10 tahun ke depan.
- Tidak pernah gentar. Semenjak bang Dharma lolos dalam bursa calon Gubernur independen, beliau begitu sering diremehkan dan dihujat. Perkataannya sering dianggap halusinasi bahkan disamakan dengan alm. Rangga Sasana (Lord Rangga) pimpinan Sunda Empire yang merupakan kerajaan fiktif. Pembicaraannya yang begitu jauh di luar nalar umumnya manusia dianggap sebuah ilmu cocoklogi dan konspirasi, meskipun beliau menolak dikatakan cocoklogi dan konspirasi. Bang Dharma tetap tegar dan tidak berubah baik perkataan dan prinsipnya.
- Diremehkan oleh Youtuber dan podcaster ulung. Seorang youtuber sekaligus podcaster Deddy Corbuzier dalam podcast Close the Door didatangi oleh bang Dharma. Padahal sebelumnya Deddy sempat dikritik soal dirinya yang tidak mengundang bang Dharma ke podcastnya oleh warganet yang juga pelanggan kanalnya. Ia berdalih bahwa dirinya telah mengundang bang Dharma, namun bang Dharma masih enggan bersedia datang. Nyatanya pada awal Oktober 2024, bang Dharma datang memenuhi undangan Deddy Corbuzier, namun hal tersebut dirasa penuh dengan kejanggalan. Perselisihan debat antara bang Dharma dan Deddy kerap terjadi. Bahkan Deddy tampak seolah memahami dan antusias padahal tidak sependapat. Selanjutnya tidak lanma kemudian, Deddy membuat sebuah podcast yang menghadirkan komedian Coki Pardede dan Tretan Muslim. Mereka menyebut dirinya adalah timses (tim sukses) independen dari calon Gubernur independen. Mereka menertawakan dan memparodikan penampilan, gaya bicara, dan teori-teori bang Dharma. Deddy juga tampak begitu puas mengklarifikasi keanehan-keanehan teori bang Dharma melalui kedua komedian tersebut. Tentu podcast ini mengaminkan ke'halu'an bang Dharma seperti Lord Rangga.
Lalu seberapa independen kah Dharma Pongrekun? Apakah bang Dharma akan jauh dari pengaruh-pengaruh yang sering terjadi dalam hubungan perpolitikan di Indonesia? Apakah buah pemikiran bang Dharma sebagai calon Gubernur cocok untuk kota Jakarta dan warganya? Tanpa dukungan politik apakah mungkin bang Dharma dan wakilnya mampu mewujudkan kota Jakarta dan warganya sesuai tujuan, visi, dan misinya?Â
Mungkinkah jalur independen dapat memenangkan hiruk pikuk dunia demokrasi di Indonesia? Kita tunggu saja, warga Jakarta yang akan menentukan. Semoga artikel ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut yang menjadi problematik dalam menentukan calon Gubernur, bahkan pemimpin bangsa ini ke depannya demi tegaknya nilai-nilai Pancasila, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan/Kepemimpinan, dan Keadilan. Ya, semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H