Siapa yang tidak kenal etnis Tionghoa? Etnis ini merupakan etnis yang berasal dari negeri Tiongkok. Sebagai etnis tionghoa, mereka dapat dibedakan dengan ciri khas mereka, yaitu bermata sipit dan berkulit cerah. Itu adalah ciri-ciri paling umum, walau tidak semua etnis tionghoa seperti demikian, namun hal tersebut sudah cukup mewakili mayoritasnya. Mengapa demikian? Di Tiongkok, masih ditemui masyarakat Tionghoa berkulit gelap. Untuk Indonesia, sangat jarang ditemui.
Etnis Tionghoa di Indonesia masuk melalui jalur perdagangan, sama seperti bangsa Arab masuk ke Indonesia. Sudah bukan rahasia umum, jika orang Tionghoa gemar berdagang atau berbisnis. Kerap kita temui di toko-toko, terutama toko emas yang di dominasi orang Tionghoa. Selain itu toko elektronik dan agen dagang juga digarap sebagai mata pencahariannya. Bukan hanya itu, pengusaha-pengusaha sukses konglomerat negeri ini di dominasi Tionghoa. Mulai dari PT. Indofood, Sinarmas group, Ciputra, Lippo group, Agung Podomoro, MNC group dan perusahaan lainnya, pemiliknya adalah orang Tionghoa.
Tionghoa sebenarnya sudah lama terdengar, namun beberapa kali orang pribumi enggan atau terbiasa menggunakan kata Cina. Tetapi, sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, telah dikemukakan sebuah sebutan Tionghoa bagi orang Cina dan Tiongkok bagi negara Cina. Mengapa? Karena Cina dianggap memiliki konotasi negatif dan bersifat sarkas, sehingga berbau rasial.
Bicara tentang sejarah, peran orang Tionghoa sangat berpengaruh. Kita tahu Soe Hoek Gie salah satunya, tokoh reformasi di era Soekarno. Gie menurunkan Soekarno yang dianggap tidak demokratis sesuai nilai-nilai bangsa Indonesia. Gie seorang Tionghoa, namun semangat nasionalismenya tidaklah palsu, ia begitu cinta terhadap Indonesia. Pergerakannya didukung oleh lapisan mahasiswa yang berbuah kesuksesan.
Masih banyak lagi orang-orang Tionghoa yang berpengaruh di negeri ini. Tidak hanya bidang politik dan wirausaha, namun di bidang militer, hiburan, agama, dan bidang lainnya yang orang Tionghoa tidak pernah ketinggalan. Jadi, masih ragu akan nasionalisme keturunan Tionghoa?
Segelintir pribumi yang memiliki jiwa nasionalisme geram, orang Tionghoa engga bersatu dengan pribumi. Masih terlihat tradisi yang mereka bawa hingga beranak cucu di negeri ini. Jika ditanya orang mana, selalu ada kata Cina Medan, Cina Lampung, bahkan Cina Kalimantan. Jikalau mereka cinta Indonesia, mereka harus memilih, orang Jawa, Medan, Manado atau apapun tanpa embel-embel Cina di depannya. Mereka sebaiknya juga tidak lagi memakai nama Cina, sering ditemui orang Tionghoa bernama Indonesia, namun masih memiliki nama Cina. Jikalau mencintai negeri ini, kenapa tetap menjaga tradisinya? Haruslah berani berbaur, ini Indonesia yang sudah kaya akan tradisi dan kebudayaan. Konflik RAS masih menjadi pemicu, itupun sesama pribumi. Bagaimana dengan suku lain yang notabene adalah pendatang? Di negeri Malaysia saja hanya dengan satu suku pribumi, yaitu Melayu, masih terjadi pembedaan antara suku India dan Tionghoa. Bagaimana dengan Indonesia yang plural? Ada Jawa, Sunda, Batam, Ambon, Manado, Bugis, Toraja, Minang, Papua, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H