Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Ada Cinta Bagi Indonesia dari Keturunan Tionghoa

28 Juli 2016   14:34 Diperbarui: 29 Juli 2016   15:24 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: abanggeutanyo.wordpress.com

Siapa yang tidak kenal etnis Tionghoa? Etnis ini merupakan etnis yang berasal dari negeri Tiongkok. Sebagai etnis tionghoa, mereka dapat dibedakan dengan ciri khas mereka, yaitu bermata sipit dan berkulit cerah. Itu adalah ciri-ciri paling umum, walau tidak semua etnis tionghoa seperti demikian, namun hal tersebut sudah cukup mewakili mayoritasnya. Mengapa demikian? Di Tiongkok, masih ditemui masyarakat Tionghoa berkulit gelap. Untuk Indonesia, sangat jarang ditemui.

Etnis Tionghoa di Indonesia masuk melalui jalur perdagangan, sama seperti bangsa Arab masuk ke Indonesia. Sudah bukan rahasia umum, jika orang Tionghoa gemar berdagang atau berbisnis. Kerap kita temui di toko-toko, terutama toko emas yang di dominasi orang Tionghoa. Selain itu toko elektronik dan agen dagang juga digarap sebagai mata pencahariannya. Bukan hanya itu, pengusaha-pengusaha sukses konglomerat negeri ini di dominasi Tionghoa. Mulai dari PT. Indofood, Sinarmas group, Ciputra, Lippo group, Agung Podomoro, MNC group dan perusahaan lainnya, pemiliknya adalah orang Tionghoa.

Tionghoa sebenarnya sudah lama terdengar, namun beberapa kali orang pribumi enggan atau terbiasa menggunakan kata Cina. Tetapi, sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, telah dikemukakan sebuah sebutan Tionghoa bagi orang Cina dan Tiongkok bagi negara Cina. Mengapa? Karena Cina dianggap memiliki konotasi negatif dan bersifat sarkas, sehingga berbau rasial.

Bicara tentang sejarah, peran orang Tionghoa sangat berpengaruh. Kita tahu Soe Hoek Gie salah satunya, tokoh reformasi di era Soekarno. Gie menurunkan Soekarno yang dianggap tidak demokratis sesuai nilai-nilai bangsa Indonesia. Gie seorang Tionghoa, namun semangat nasionalismenya tidaklah palsu, ia begitu cinta terhadap Indonesia. Pergerakannya didukung oleh lapisan mahasiswa yang berbuah kesuksesan.

Kwik Kian Gie. Sumber: www.rmol.co
Kwik Kian Gie. Sumber: www.rmol.co
Kwik Kian Gie, seorang pengusaha dan mantan menteri keuangan. Menjadi menteri dari etnis Tionghoa yang masuk dalam pemerintahan. Membangun ekonomi Indonesia dan kini telah memiliki kampus Kwin Kian Gie bussines school, bukti dedikasinya sebagai ekonom handal negeri ini. Kepeduliannya terhadap ekonomi Indonesia, dibuktikan dengan membuat kampus sebagai pencetak bibit-bibit unggul negeri ini. Hal ini merupakan bukti kepeduliaannya terhadap dunia ekonomi dan pendidikan bangsa ini.

Anthony Salim. Sumber: www.konfrontasi.com
Anthony Salim. Sumber: www.konfrontasi.com
Salim group (Anthony Salim dan Sudono Salim) adalah perusahaan konglomerat di negeri ini. Salim group memiliki anak perusahaan yaitu, Indofood (tepung dan mie instan), perkebunan kelapa sawit, konsensi penerbangan, properti (mall, gedung, hotel, ressort, real estate, dan golf), serta minuman bir San Miguel. Sebagai perusahaan besar yang produk-produknya laris di Indonesia, tidak lupa mereka menggunakan nama Indo bagi merek dagangnya. Indo merupakan penggalan dari Indonesia. Kebanggaannya terbukti dengan nama tersebut. Walaupun merk dagangnya sudah go internasional, namun nama Indomie tetap menjadi top brand mereka. Hal ini jelas mengharumkan nama Indonesia sebagai salah satu produsen mie instan, yang digemari berbagai lapisan masyarakat dunia.

Basuki Tjahaja Purnama. Sumber: www.jakartasatu.co
Basuki Tjahaja Purnama. Sumber: www.jakartasatu.co
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Gubernur DKI Jakarta. Seorang Tionghoa yang sedang hangat menjadi pembicaraan masyarakat. Mungkin beliau adalah satu-satunya orang Tionghoa yang mampu meraih dukungan warga pribumi terbanyak. Prestasinya membangun kota Jakarta dan Belitung (ketika menjabat Bupati) dikatakan memuaskan. Tidak sedikit orang mengatakan ketegasannya mampu membuat perubahan besar. Bahkan, beliau sangat ditakuti oleh anak buahnya di Pemprov, bahkan DPRDpun berani ditantangnya. Soal tantang menantang, Ahok sangat ahli, Menteri bahkan lapisan pemerintah lainnya berani dilawannya. Pengakuannya adalah tidak takut selama jujur (benar).

Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sumber: www.gusdur.net
Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sumber: www.gusdur.net
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merupakan presiden RI ke-4. Usut punya usut, berdasarkan wikipedia dengan kata kunci "tokoh Tionghoa Indonesia", ternyata alm. Gus Dur termasuk jejeran daftar keturunan Tionghoa. Kiyai besar ini dikatakan Presiden yang membawa kedamaian. Persoalan agama dan perang antar suku dihindarinya dengan memberi pengakuan untuk bebas. Kebebasan beragama diungkapkannya karena bersumber dari Pancasila dan UUD 1945. Tidak boleh ada pembedaan dan Rasial. Gus Dur sebagai ulama Islam bersikap merangkul semua umat di negeri ini. Gus Dur akhirnya harus lengser secara tidak hormat berdasarkan sidang MPR, dimana beliau tidak ada di sidang tersebut.

Masih banyak lagi orang-orang Tionghoa yang berpengaruh di negeri ini. Tidak hanya bidang politik dan wirausaha, namun di bidang militer, hiburan, agama, dan bidang lainnya yang orang Tionghoa tidak pernah ketinggalan. Jadi, masih ragu akan nasionalisme keturunan Tionghoa?

Segelintir pribumi yang memiliki jiwa nasionalisme geram, orang Tionghoa engga bersatu dengan pribumi. Masih terlihat tradisi yang mereka bawa hingga beranak cucu di negeri ini. Jika ditanya orang mana, selalu ada kata Cina Medan, Cina Lampung, bahkan Cina Kalimantan. Jikalau mereka cinta Indonesia, mereka harus memilih, orang Jawa, Medan, Manado atau apapun tanpa embel-embel Cina di depannya. Mereka sebaiknya juga tidak lagi memakai nama Cina, sering ditemui orang Tionghoa bernama Indonesia, namun masih memiliki nama Cina. Jikalau mencintai negeri ini, kenapa tetap menjaga tradisinya? Haruslah berani berbaur, ini Indonesia yang sudah kaya akan tradisi dan kebudayaan. Konflik RAS masih menjadi pemicu, itupun sesama pribumi. Bagaimana dengan suku lain yang notabene adalah pendatang? Di negeri Malaysia saja hanya dengan satu suku pribumi, yaitu Melayu, masih terjadi pembedaan antara suku India dan Tionghoa. Bagaimana dengan Indonesia yang plural? Ada Jawa, Sunda, Batam, Ambon, Manado, Bugis, Toraja, Minang, Papua, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun