Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kampanye Mulut ke Mulut, Kekuatan Sebenarnya Masyarakat Indonesia

20 April 2016   16:29 Diperbarui: 20 April 2016   16:37 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sebuah kampanye di Kendari di hadiri oleh berbagai macam lapisan masyarakat. Sumber: kendaripos.fajar.com"][/caption]Pilkada dan pemilu Presiden masih lama. Bercermin dari kampanye-kampanye sebelumnya, begitu gencar ketika sudah ditetapkan sebagai calon oleh KPU. Menanggapi komentar-komentar di Kompasiana saya yang berjudul Calon Gubernur DKI Jakarta Curi Start Kampanye, KPU Kemana? mari kita berpikir lagi bukan dari satu sisi, namun meluas hingga calon-calon lainnya, tentunya segala tulisan harus bersifat objektif bukan subjektif.

Bicara perihal artikel sebelumnya, Muhamad Idrus sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta, beliau menyatakan diri sendiri untuk maju, memang belum tahu beliau pasti lolos atau belum, beliau maju atau tidak. Belajar dari visi misi dan program beliau tentunya sebagai calon sangat baik dan terkini, statistik dan bukti-bukti yang dibeberkan pada diskusi publik di Universitas Negeri Jakarta tentunya sangat menakjubkan. Tetapi menurut saya pribadi salah momen, belum sah sebagai calon tetapi sudah membeberkan visi misi dan programnya.

Perihal itu, beliau sudah memantapkan dirinya sebagai pimpinan DKI Jakarta, setelah ditilik lebih jauh, saya yakin beliau lolos sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, selain muda dan cerdas, ditambah pengalaman yang kaya, serta dukungan dari masyarakat Betawi, saya rasa sudah cukup.

Perihal komentar negatif dan pernyataan buruk yang masuk ke akun dan email saya, serta berbagai diskusi yang saya sempatkan, ada yang berpikur miring soal beliau. Dari perihal elektabilitas partai, persaingan dari calon kuat lainnya (Ahok, Risma, dan Yusril), dan lain sebagainya tentu beliau sudah tahu dan tetap maju, mari beri apresiasi kepada beliau.

Namun mari kritisi perihal curi start maupun tidak curi start, memang SK KPUD belum keluar, beliau juga belum pasti lolos dan sebagainya, namun jika lolos? Tentunya dengan citra baik dan menjadi di kenal masyarakat, di tambah massa yang sudah banyak menjadi nilai tambah untuk beliau.

Mari kita melongok pada calon lain yaitu petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Purnama (Ahok). Tokoh ini tentu fenomenal dan gembar gembor untuk maju, jauh sebelum Muhamad Idrus, Ahok sudah mempunyai tim yang dinamakan Sahabat Ahok. Memang tidak ada rupa kampanye seperti Muhamad Idrus, namun dengan terbentuknya tim tersebut, semakin hari bertambah, tentu patut disoroti ada upaya kampanye dari simpatisan-simpatisan kepada masyarakat luas. Bukankah ini juga bentuk kampanye? Ada lagi beberapa penyataan enteng Ahok yang menyatakan kalah kalah tidak apa-apa, kalau ada yanh lebih baik dari saya silakan jangan pilih saya, tentu mudah saja, beliau sudah tercium akan menjadi calon Presiden Republik Indonesia.

Belajar dari kampanye-kampanye terselubung tersebut, Ahok sebagai superstar di mata pengagumnya secara otomatis memberitakan kabar baik dan prestasi beliau. Beberapa kali saya ibadah di gereja-gereja belainan, Pendeta di sela-sela kotbahnya berani berkampanye dan mendoakan bersama-sama jemaat agar Ahok menjadi pemimpin negeri ini. Hal ini sebenarnya biasa, kaum minoritas dengan calon tunggal pasti membanggakan tokoh yang mewakili mereka. Hal ini sudah biasa di mata rakyat Indonesia yang tebang pilih dalam memilih pemimpin, yang jadi pertimbangan adalah suku, agama, dan ras yang sama. Masalah persamaan paham dan pemikiran menjadi nomor dua atau mungkin bisa nomor pertama, namun kembali pada pertimbangan tadi lagi.

Ironis memang, tapi inilah Indonesia yang berbeda-beda, sulit bersatu, kedamaian yang tercipta tetap ada, namun rentan terhadap hasutan dan masukan dari orang lain, mudah dipengaruhi.

Perihal boleh tidaknya kampanye sebelum menjadi calon, tentunya tidak bisa dipungkiri lagi, selalu ada kampanye-kampanye terselubung. Seperti seorang penggemar Iron Maiden, JKT48, atau bahkan Agnes Monica, sudah pasti penggemar tersebut bercerita tentang bintangnya, musik atau lagunya asik dan keren, tetapi jika di usik, tentu tidak akan tinggal diam, penggemar akan membela mati-matian bintangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun