Mohon tunggu...
kristiyanti dwi kurniawati
kristiyanti dwi kurniawati Mohon Tunggu... -

seorang guru berpipi tembem yang selalu menyukai hal baru dan tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dekorasi Cinta

23 November 2011   21:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:17 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“sayang, kau sepertinya tak memperdulikan aku. kau tak pernah memberiku bunga mawar yg kupinta. Tak pernah memberiku kejutan-kejutan kecil layaknya seorang pangeran yang mencintai sang putri, kekasih hatinya. Apakah susahnya bagimu untuk memberikan kejutan kecil bagiku??”

Aku tidak pernah mengerti arti senyummu itu. Aku tak pernah memahaminya. Karena tak sedetik pun kuijinkan mata hatiku terbuka dan melihat kedalaman  hati dan jiwamu.

Dan kau pun tersenyum membalasku. “sayang, lihatlah di sana. Di ujung sana.” kutatap matanya dan melayangkan pandangku ke arah pondasi bangunan yg berdiri kokoh itu. Katanya lagi, “aku lebih memilih untuk membangun sebuah pondasi yang kuat untuk kebahagiaan kita. Sedangkan kamu hanya menginginkan sebuah dekorasi cinta sebelum bangunan itu jadi.”

Aku menyingkir ke tepian. Dan memilih duduk seorang diri ketika kau memutuskan untuk menghampiriku. “mengapa kau marah wahai kekasihku? Tidak cukup mengertikah engkau akan aku? Mengapa tak kau buka sedikit saja pintu hatimu untukku dan mencoba memahami aku?”

“kekasihku, apakah engkau ingin tau mengapa aku tak pernah memberimu setangkai mawar ungu?” mataku berkaca-kaca menanti ia memberi jawab. “karena bagiku, engkaulah setangkai mawar itu, sang putri.. Ketika aku memutuskan mempersuntingmu, saat itulah aku memetik keelokanmu. Duri-duri di tubuhmu melukai aku dan membuatku menyimpanmu dalam sebuah kotak kacaku, agar aku bisa memandangmu dari kejauhan. Kulihat dari jauh beberapa pria mendatangimu. Membuka kotak kacaku dan menyentuh kelopak bungamu yang cantik itu. Beberapa berusaha mematahkan tangkaimu dan mencabuti kelopak bungamu, hanya untuk kesenangan mereka. Dan aku hanya melihat dari jauh. Hanya memandangimu dari jauh. Kulihat kelopak cantikmu memudar, menjadi layu dan berguguran. Aku hanya melihatnya dari jauh dan aku tak berani menyentuhmu karena kau tak pernah mengijinkan aku datang mendekat kepadamu. Taukah kamu apa yang kurasa ketika aku melihat mereka menodaimu? Aku hanya bisa ‘berpaling’ dan menitikkan airmataku. Semua kulakukan agar tak kau lihat lukaku. Bisa saja aku merebutmu dari genggaman mereka. Tapi aku tau, itu akan semakin melukaimu.”

Ia memelukku ketika aku tak kuasa lagi menahan tangisku. “kemarilah, agar bisa kupeluk dirimu. Aku tak dapat memberimu setangkai bunga mawar dan sekotak coklat kesukaanmu. Aku hanya punya sepasang bahu yang bisa kau pakai untuk bersandar, dan sepasang telinga untuk mendengar semua kepedihan hatimu. Aku hanya ingin engkau bersandar di bahuku dan berbagi kesedihanmu denganku, karena aku mencintaimu dan ingin hidup selamanya denganmu.”

Seorang wanita terkadang hanya mengingini sebuah dekorasi indah dalam pernikahannya, tetapi lelaki yang dinikahinya menawarkan keindahan pondasi cinta yang kokoh dan kuat dengan "ketulusan hatinya". Saatnya bagi seorang wanita untuk melihat dan menerima tawaran manis prianya yang ingin menunjukkan betapa indahnya kekokohan pondasi pernikahan yang didasari oleh kuatnya cinta yang mau menerima segala kekurangan sang wanitanya yang tak lagi memiliki bargaining power. Jangan pernah membalik keadaan. Sampai kapanpun “Petualangan cinta berakhir ketika biduk rumah tangga dimulai”

-CintaMU kuat bagaikan MAUT, balut aku dalam kekuatan cintaMU. Karena disitulah aku aman-
“sayang, kau sepertinya tak memperdulikan aku. kau tak pernah memberiku bunga mawar yg kupinta. Tak pernah memberiku kejutan-kejutan kecil layaknya seorang pangeran yang mencintai sang putri, kekasih hatinya. Apakah susahnya bagimu untuk memberikan kejutan kecil bagiku??”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun