Mohon tunggu...
kristiyanti dwi kurniawati
kristiyanti dwi kurniawati Mohon Tunggu... -

seorang guru berpipi tembem yang selalu menyukai hal baru dan tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

malam tahun baru

2 Oktober 2011   16:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terduduk ku di teras rumah. Kurajut sebuah hadiah indah untuk Kekasihku. Aku menantikanNya pulang dari perjalanan jauhNya, mengabarkan sebuah ‘kabar baik’ bagi seluruh isi ‘dunia kami’. Waktu berlalu,..  detik ke menit, menit ke jam, dan petang pun datang. Lelah mataku mencari-cari kemana Kekasihku... dan kuputuskan masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan makan malam bagiNya. Dan ketika tertidur ku dalam lelah, Kau bangunkan aku dengan kecupMU yg lembut. kataMU, “tak sanggupkah kau berjaga-jaga barang sejenak untuk menantiKU pulang?” aku tak ‘sanggup menahan kantukku , Sayang.. maafkanlah aku...’ aku tau arti senyumMu yg khas itu sebagai tanda Kau memahami aku.

Kau duduk di sampingku dan menunjukkan sesuatu di tanganMu. “hidangkanlah  apel ini bagiKU dan ikutlah makan denganKU.” Lalu kuambil apa yg ada di tanganNYA. “tak perlu kupas semua kulitnya, biarlah tetap ada. Dan tuanglah sedikit madu di atas potongan itu” kuturuti semua perintahNYA dan menghidangkannya di atas meja.  kataNya sambil membimbingku, “mari, ikutlah makan denganKU.”

Aku masih tak mengerti mengapa IA memintaku menyajikan ini di meja, tepat di malam pergantian tahun ini. Tapi kembali  Ia tersenyum ketika melihatku kebingungan dan menyuruhku memakan hidangan ini, kataNya “kecaplah dan rasakan setiap kemanisan yang ada dalam tiap potongan apel yang kuberikan kepadamu, dan oleskan sedikit madu ke tiap potongan itu sebelum kau mulai memakannya.. rasakan dan nikmatilah tiap kemanisan yang ada di dalamnya.” Kuturuti semua yang Kau katakan, meskipun kebingungan tetap melandaku.

Tanyaku “mengapa di malam tahun baru ini, Engkau ingin aku menghidangkan apel dan madu ini? Bukankah banyak makanan yg lebih nikmat yg telah aku sajikan untukMu, mengapa tahun baru ini, kita hanya makan apel dan madu saja??” ah... rontok hatikuuu tiap kali memandang senyumMU yang lembut itu....

Kau tak pernah menjawab pertanyaanku dengan sempurna..  Bagai guru yang bijak, Kau selalu ingin aku belajar sesuatu  sendiri.. Kau selalu mengembangkan rasa ingin tauku... ahh Kekasihkuuu... mengapa Kau tak pernah terlalu berterus-terang kepadaku....   “Sudahkah kau kecap manisnya kris? Berhentilah berfikir... kecaplah... hanya kecap dan rasakan..itu saja.. tak perlu kau fikir apapun.. bila perlu.. tutuplah matamu... agar kau bisa benar-benar.. merasakan manisnya...”

Entah mengapa, setelah memakan apel dengan tetesan madu itu, tiba-tiba airmataku menitik. “Aku tau mengapa kau menangis... berhentilah menangis sayangKU... . sekarang kau mengerti mengapa AKU memintamu menikmati hidangan ini bersamaKU?” dan aku pun mengangguk..

Lalu kataNYA, “ itulah AKU dan kamu. Bagaikan apel dan madu. Apel tak akan pernah berbuah bila sang lebah tidak hinggap di atasnya dan menghisap sari-sari bunganya. BagiKU, engkau bagaikan bunga yang indah di taman. Diantara banyak bunga, AKU memilih untuk hinggap di rona-mu. Mekarmu selalu menggodaKU untuk datang dan menghisap sarimu. Sari-sari kasih, damai sejahtera, penguasaan diri, kebajikan, kemurahan, kelematlembutan, kesabaran, dan sukacitamu begitu nikmat dan manis.. selalu membuatKU rindu untuk mendatangimu.  AKU begitu terpikat olehmu, sehingga mata, telinga dan hatiKU tertuju kepadamu seorang.. Dan ketika AKU meninggalkan kemanisanKU untukmu, kau pun berbuah-buah.. bagai apel, engkau tumbuh begitu lebat hingga banyak orang bisa menikmatimu, tapi  masih terasakah asamnya di dalam buah apel yang kau makan, kris? Itulah dagingmu yang seharusnya turut lebur.. “

“aku tau Tuhan, seharusnya dagingku sudah benar-benar mati, dan Kau tau betapa aku berjuang untuk mengalahkannya.. tapi sulit sekali bagiku untuk menghilangkannya, terutama ketika sengatMU itu melukai aku.. “

Ia pun memelukku ketika tangisku makin menjadi, kataMU “ketahuilah nak, mungkin sengatKU sangat menyakitkan bagimu. Mungkin sengatKU membuatmu tak dapat memandang ke sekeliling.  Kau terlalu terluka ketika Aku menyengatmu lewat pemimpinmu. Kau terlalu kecewa ketika Aku menyengatmu dengan kondisi keluargamu yang makin memburuk. Bahkan kau bereaksi tidak seperti yang Aku mau, ketika Aku ‘pernah’ menyengatmu dengan kondisi tubuhmu yang menurun. Kau teramat tersakiti ketika AKU menyengatmu dengan ekonomimu yang tak kunjung membaik,..dan lagi..dan lagi...dan lagii.... Tapi ketahuilah, ketika engkau bertahan dalam ketekunanmu, selalu mengucap syukur  dan tetap menghasilkan sari-sari-mu yang menyukakan AKU, AKU tak kan berpaling darimu dan, ketahuilah nak,.. madu yang manis itu adalah HASIL dari sari-sari ketaatanmu kepadaKU.. “

Malam pergantian tahun itu, para malaikat berdiri mengelilingi kami dan meniup sofar 8 kali sebagai tanda sebuah awal yang baru. Dan IA  memandang lekat kepadaku, tersenyum sambil menggandeng tanganku, “terbanglah bersamaKU kris,  AKU menyertaimu sepanjang tahun ini, oleh sebab mata, telinga dan hatiKU melekat kepadamu.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun