Mentari menghangatkan bumi bagaikan kasih ibu mendekap anaknya dalam pelukan. Siang ini, mentari seolah bersahabat dengan kulit.
Cintya menutup pintu gerbang kostnya, berjalan ke ujung jalan untuk mendapatkan angkot menuju kampus. Terlihat senyum sumringah pada tetangga yang ditemuinya. Semangat untuk menikmati hari ini terlihat dari langkah kaki yang mantap.
Ketika di jalan raya, terlihat seorang ibu mendekap anak perempuan yang digendongnya. Ibu itu menenangkan si anak yang merintih. Mereka duduk di sebuah toko yang tutup. Mereka tampak kelelahan dan berbaju lusuh.
“Adiknya kenapa, bu?” tanya Cintya menghampiri ibu itu.
Sang ibu terkejut, terdiam seraya menatap Cintya, kemudian terdengar suara lirih, “ nggak tau mbak, katanya perut sakit. Mungkin lapar karena kami belum makan mulai kemarin.”
Cintya memegang kepala anak itu lalu bagian tubuh lainnya. Rasa panas menyengat telapak tangan Cintya, ditambah keringat di kepala. Si anak spontan menangis ketika ada orang asing memegang.
“Sepertinya adik sakit, “ kata Cintya kepada sang ibu.
Sang ibu tampak kuatir. Cintya segera bergegas pamit dan berjanji akan kembali ke sini lagi.